#Attribution1 { height:0px; visibility:hidden; display:none }

Tuesday, March 27, 2012

BAB II PKP UT KELAS V PKn Oleh Maria

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi atau sering diartikan dengan dorongan semangat, menurut James O. Whittaker memberikan pengertian secara umum mengenai penggunaan istilah “Motivation” dibidang psikologi. Ia mengatakan bahwa motivasi adalah kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kapada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan motivasi tersebu t. (Martin Yamin : 2006 :  83). Thorndike yang terkenal dengan pandangannya tentang belajar sebagai proses “trial and error”. Ia mengatakan bahwa belajar dengan trial and error itu dimulai dengan adanya beberapa motif yang mendorong keaktifan. Dengan demikian, untuk mengaktifkan anak dalam belajar diperlukan motivasi.

B.  Pengertian Prestasi Belajar
Berikut ini akan paparan definisi tentang prestsi menurut pendapat para ahli :
1.  Menurut Kamus Umum W.J.S Poerwadarminta,  prestasi  adalah hasil  yang    telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).
2.   Philip Ricciardi (1996) menyatakan pula bahwa prestasi merupakan hasil yang berhasil dicapai dengan kuantitas tertentu atau nilai kerja yang dilakukan terhadap pelajaran atau hasil belajar. Menurut beliau juga, prestasi merupakan suatu kebolehan untuk menghasilkan sesuatu yang benar dengan cara yang benar dan dilakukan pada saat yang tepat dalam suatu usaha yang bersesuaian.
Kata belajar berasal dari kata dasar “ajar” yang mendapat awalan ber- menjadi belajar, yang berarti “berusha supaya memperoleh kepandaian, ilmu dan sebagainya.”Pengertian tentang belajar itu sangat kompleks, sehingga banyak pengertian yang dapat diambil dari padanya. Akan tetapi belajar mempunyai cirri–ciri kegiatan yang antara lain adalah: “Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui suatu pengalaman atau latihan.”
Jadi prestrasi belajar adalah suatu proses perubahan yang terus menerus pada diri manusia karena usaha untuk mencapai ke arah kehidupan atas bimbingan tentang cita-citanya dan sesuai dengan cita-cita dan falsafahnya yang diperoleh dari hasil belajarnya di bangku sekolah. Baik itu yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.

C.    Pengertian Pendekatan Mastery Learning
Pendekatan yaitu suatu rangkaian tindakan yang terpola / terorganisir berdasarkan prinsip tertentu (filosofis, psikhologis, didaktis, ekologis) yang terarah secara sistematis pada tujuan yang hendak dicapai (Depdiknas, 2003). Mastery Learning (pembelajaran tuntas) pada dasarnya merupakan pendekatan pembelajaran yang menempatkan peserta didik pada tempat yang   semestinya ia   dapatkan.   Mereka datang ke sekolah mempunyai niat dan tujuan, yaitu untuk menambah pengetahuan dan pengalamannya sesuai dengan perkembangan yang dimiliki. Maka guru harus menyadari keberadaannya, sehingga guru dalam pembelajarannnya harus menyamaratakan hak mereka supaya mereka tidak kecewa dan ketinggalan pengetahuannya sesuai perkembangannya.

Kegiatan pembelajarannya ditekankan pada optimalisasi kemampuan individu (perseorangan). Kegiatan belajar perseorangan ditujukan untuk menampung kegiatan pengayaan dan perbaikan (Depdikbud : 1999). Program pengayaan (enrichment) perlu diberikan pada siswa yang memiliki prestasi atau kemampuan yang melebihi dari teman sekelasnya. Program pengayaan dapat dilaksanakan oleh setiap  sekolah  yang  programnya  disesuaikan  dengan     kondisi siswa dan kondisi sekolah  yang  bersangkutan.  Sedangkan    kegiatan perbaikan (remedial) dilaksanakan untuk membantu siswa yang kurang berhasil atau yang prestasinya di bawah rata-rata teman sekelasnya. Juga program perbaikan disediakan untuk siswa yang ketinggalan pelajarannya karena tidak masuk sekolah dengan alasan ijin atau sakit. Pembelajaran perseorangan pada dasarnya dilandasi oleh prinsip-prinsip belajar tuntas (mastery learning).    
Adanya kegiatan pengayaan dan perbaikan dalam pembelajaran merupakan suatu upaya dalam menempatkan siswa sebagai kelompok atau sebagai individu yang memiliki perbedaan. Paling tidak membedakan kelompok siswa yang cepat menerima pelajaran dan kelompok siswa yang lambat.  Siswa  yang cepat menerima pelajaran dan cepat paham,  mereka diberikan pengayaan dan yang lambat dalam menerima pelajaran, mereka diberikan remedial.  Yang  terpenting  dalam  pelaksanaannya jangansampai memperlihatkan apalagi mempatenkan adanya diskriminasi antara dua kelompok siswa tersebut.