Thursday, April 19, 2012
PROFIL GURU MI MIMU
PROFIL GURU-GURU MI MIFTAHUL ULUM WARINGINSARI BARAT PRINGSEWU LAMPUNG
Keterangan :
1. Ibu Dra. Etiek Jukhaeni, Kepala Madrasah (Baris Depan Nomor 3 dari kanan);
2. Sukardi Rozali, A.Ma., Sesepuh MIMU yang kini memasuki masa pensiun (Baris belakang tengah);
3. Drs. Kabul Rifai, S.Pd., Wakil Kepala Madrasah (Baris belakang nomor 2 dari kiri);
4. Aslihatun, A.Ma., Guru (kini sedang menunggu Wisuda S-1, baris depan nomor 2 dari kiri);
5. Sawini, S.Pd.I., Guru (baris belakang paling kiri);
6. Sri Puryani, kini lagi persiapan buat skripsi S-1, (baris depan paling kiri);
7. C. Nanik Widiasih, A.Ma.Pd., kini lagi menunggu wisuda S-1, (baris depan nomor 3 dari kiri);
8. Kartika Septiarini, S.Pd., Guru Bhs Indonesia (baris depan nomor 2 dari kanan);
9. Sundari Marlina, kini duduk di semester VII S-1 PGSD (baris belakang paling kanan)
10. Nurlela, S.Pd. Guru Matematika, (Baris depan bagian tengah);
11. Nasrul Amin, kini lagi semester V IAIN (Baris belakang nomor 2 dari kanan)
12. Purwati, TU MIMU (Baris depan paling kanan);
13. Nurkhomsah, A.Ma. kini menunggu Wisuda S-1 (tapi gambarnya kagak ada)…
Wednesday, April 18, 2012
KARAKTER ISTRI SHOLIHAH
Blog Kajian Muslimah
Melacak Karakter Istri Sholihah dalam Al Qur'an
Oleh : Ustd. Adi J. Mustafa
Makalah singkat ini menyajikan beberapa karakter perempuan sholihah yang diungkapkan beberapa ayat al-Quran. Pengungkapan ayat-ayat ini dikaitkan dengan upaya pembangunan keluarga yang diliputi suasana tentram, cinta kasih dan sayang atau keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah (samara) sebagaimana diungkapkan pada ayat:
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS. 30:21)
Ayat-ayat yang digunakan sebagian terkait langsung dengan posisi perempuan sebagai istri. Sebagian ayat lain tidak terkait langsung dengan posisi perempuan sebagai istri, akan tetapi bila kita telusuri lebih jauh, ayat-ayat ini berkaitan secara tidak langsung dengan posisi istri, semisal pengungkapan ayat-ayat terkait kisah Ratu Bilqis pada surat an-Naml atau ayat-ayat yang menggambarkan sifat para bidadari di surga. Insya Allah ayat-ayat ini akan diungkapkan dalam kerangka mengungkapkan karakter istri sholihah.
Untuk memudahkan pengkajian, penulis mengelompokkan ayat-ayat untuk menggambarkan karakter istri sholihah dalam tiga profil, yaitu:
Profil Kekasih
Profil Ibu
Profil Sahabat
1. Profil Kekasih
1.1. Taat kepada Allah
Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Rabbnya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri-isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan. (QS. 66:5)
Menurut Muhammad Qutb, secara khusus ayat di atas merupakan pembelajaran bagi istri-istri Nabi, tentang makna kemuliaan sebagai istri di hadapan Allah swt. Akan tetapi orang beriman mendapatkan limpahan kerunia karena dapat mengambil pelajaran berharga dari pengajaran Allah ini.
Seorang perempuan sholihah itu pertama kali disifati dengan karakter ketaatannya kepada Allah swt. Mengapa kita menempatkan ketaatan kepada Allah ini sebagai karakter utama seorang kekasih? Jawabannya karena sebagai kekasih seorang itu mesti memelihara kecantikannya. Dan kecantikan hakiki seorang perempuan itu adalah pada ketaatan kepada Allah swt. Ini adalah puncak kecantikan batin, sebagaimana digambarkan Ibnul Qayyim. Dan kecantikan batin ini akan memperindah dan menyempurnakan kecantikan lahir.
Ketaatan kepada Allah diwujudkan dalam keimanan dan mewujudkan keyakinannya ini dalam amal perbuatan, taat terhadap semua aturan yang Dia tetapkan bagi perempuan muslimah, yang cepat menyadari kekeliruan dengan bertaubat, yang rajin beribadah, berpuasa dan senantiasa menjelajah kerajaanNya, ciptaanNya dan tanda-tanda keesaanNya dan kebenaran pengaturanNya di alam semesta. Inilah cakupan yang amat menyeluruh dari sifat keislaman bagi muslimah sholihah.
Diantara ketaatan praktis kepada Allah swt yang saat ini banyak ditinggalkan perempuan muslimah adalah berbusana menutup aurat (QS an Nuur:31 dan al-Ahzab:59). Ini merupakan fitnah yang amat serius, sebab Rasulullah saw pernah menegaskan,”Orang-orang perempuan yang berpakaian tetapi seperti telanjang, meliuk-liukan badannya dan rambutnya disasak, mereka tidak akan masuk surga, juga tidak akan mencium baunya surga, padahal bau surga itu dapat tercium dari jarak amat jauh.” (HR. Muslim)
1.2 Taat kepada Suami
Perempuan yang sholihah, ialah yang ta'at kepada Allah lagi memelihara diri 289 ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka) 290 (QS. 4:34)
289: Maksudnya: tidak berlaku curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya.
290: Maksudnya: Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan baik.
Rasulullah saw menyampaikan,”Jika seorang istri itu telah menunaikan shalat lima waktu, shaum di bulan Ramadhan, menjaga kehormatannya,dan taat kepada suaminya, maka akan dipersilakan kepadanya: masuklah ke Surga dari pintu mana yang kamu suka." (HR Ibnu Hibban, al-Bazzar, Ahmad dan Thabrani, Albani menyatakan keshahihannya).
Pada pengajarannya yang lain, Rasulullah saw berkata,”Perempuan mana saja yang meninggalkan dunia sementara suaminya meridhainya pasti masuk Surga." (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Sebaliknya kedurhakaan kepada suami akan mendatangkan kutukan dari Allah, para malaikat dan segenap manusia. Cukuplah pelajaran yang terdapat pada surat at-Tahrim menjadi peringatan bagi kaum muslimah.
Diantara sikap taat para istri kepada para suami adalah meminta ijin kepada suami jika hendak keluar rumah (tidak keluar rumah kecuali dengan ijin suami), tidak meminta bercerai tanpa alasan yang dibenarkan syariah, menjaga kesopanan dan kehormatan saat keluar rumah, tidak mengeraskan suara melebihi suami, tidak membantah suaminya dalam kebenaran, dan tidak menerima tamu yang dibenci suaminya ke dalam rumah, apalagi bermesraan dengan lelaki lain.
1.3. Lembut dan Pemalu
Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dengan kemalu-maluan, ia berkata: "Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami" … (QS. 28:25)
Al Quran yang merupakan kalam Allah tak pernah menyampaikan sesuatu yang sia-sia. Begitu pula dengan disampaikannya sifat malu-malu pada ayat di atas, tentulah tersimpan hikmah untuk menggambarkan kemuliaan sifat perempuan.
Malu sendiri adalah bagian dari iman. Bahkan sebuah hadits pada Kumpulan 40 Hadits an-Nawawiy mengungkapkan: “Jika kamu tidak malu, maka lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan.” Penafsiran hadits ini paling tidak ada dua. Pertama, malu menjadi parameter apakah sebuah perbuatan layak dilakukan atau tidak. Kedua, orang yang rendah rasa malunya, akan melakukan apapun yang dia mau.
Sifat pemalu ini menunjukkan kemuliaan dan penjagaan kemuliaan dirinya. Bahkan sifat sopan dan pemalu ini dijadikan daya tarik pada bidadari, sebagaimana disebutkan pada ayat-ayat berikut:
Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya …(QS. 55:56)
Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik. Maka ni'mat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah. (QS. 55:70-72)
1.4. Pencinta
Rasulullah saw bersabda,”Dunia ini perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah perempuan yang shalihah.” (HR Muslim). Kata perhiasan terkait dengan makna keindahan. Seorang perempuan shalihah senantiasa menjaga daya tarik dirinya bagi suaminya. Isyarat tentang para bidadari menggambarkan keindahan dan keadaan penuh cinta pada mereka.
Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli, laksana mutiara yang tersimpan baik. (QS. 56:22-23)
Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung 1452, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya, (QS. 56:35-37)
1452: Maksudnya mereka diciptakan tanpa melalui kelahiran dan menjadi gadis.
Rasulullah saw mengisyaratkan keadaan istri terbaik,”Istri yang paling baik adalah, bila suami memandang kepadanya memberikan kebahagiaan; Bila menyuruhnya, mentaatinya.; Bila sang suami bepergian, ia menjaga dirinya dan hartanya." (HR An-Nasai dan dishahihkan oleh al-Iraqi).
Istri shalihah senantiasa menyenangkan hati suaminya dan menjaga suasana mesra tetap bersemi dalam keluarga. “Sesungguhnya apabila seorang suami menatap istrinya dan istrinya membalas pandangan (dengan penuh cinta kasih), maka Allah menatap mereka dengan pandangan kasih sayang. Dan jika sang suami membelai tangan istrinya, maka dosa mereka jatuh berguguran di sela-sela jari tangan mereka." (HR Maisaroh bin Ali dari Abu Said bin al-Khudri).
Saat ini para suami dihadapkan pada godaan besar di sisi hubungan intim pria-wanita. Banyak perempuan yang secara sadar atau tidak telah menjadi penggoda kaum pria baik langsung ataupun tak langsung. Maka menjadi salah satu tanggung jawab mulia bagi para istri untuk membantu para suami mencurahkan cinta mereka pada sesuatu yang halal. Di sinilah makna larangan bagi para istri menolak ajakan para suami, seperti tercatat dalam pengarahan Rasulullah saw berikut ini:
“Bila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidurnya lalu ia menolak sehingga suaminya semalaman marah kepadanya, maka malaikat mengutuknya hingga pagi." (Muttafaqun alaihi)
Jadi hadits ini mesti ditempatkan dalam kerangka menjaga hubungan mesra dan cinta; Bukan menempatkan perempuan dalam posisi tertekan dan terpaksa dalam menjalankan hubungan intim suami-istri.
2. Profil Ibu**
2.1. Memiliki Visi Pendidikan untuk Mengabdi kepada Allah
Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Rabbku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu daripadaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Rabbku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk". (QS. 3:35-36)
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo'a: "Ya Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni'mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri". (QS. 46:15)
Ayat-ayat di atas mengajarkan agar para Ibu muslimah menjadikan visi terbesar pendidikan anak untuk menjadikan mereka para hamba Allah yang senantiasa berkhidmat kepada Allah swt. Kesuksesan utama orang tua dalam pendidikan anak adalah manakala mereka menjadi orang-orang yang pandai bersyukur kepada Allah.
Sikap syukur ini menyiratkan kebaikan-kebaikan mereka terhadap sesama manusia. Sebab syukur dalam makna yang luas berarti memanfaatkan segala kebaikan Allah swt untuk mentaatiNya. Artinya berbagai perbuatan kebajikan adalah perwujudan terima kasih kita kepada Allah. Dalam kerangka berpikir ini kita menemukan pentingnya pendidikan bagi anak, sebab pendidikan lah yang akan membuat seorang manusia memiliki karakter atau akhlak mulia.
Untuk itu seorang Ibu dituntut melengkapi wawasan dan pengetahuannya untuk mendidik anak-anak. Diantara pengetahuan mendasar bagi anak-anak adalah:
§ Dalam sisi keagamaan: tilawah Quran (serta pemahamannya pada hal-hal mendasar) dan sejarah kehidupan Nabi Muhammad saw, keluarga dan para sahabatnya ra. Pengetahuan dasar keagamaan ini akan menjadi fondasi bagi kekokohan aqidah dan akhlak.
§ Dalam sisi pengetahuan dan keterampilan umum: komunikasi-berbahasa (termasuk sastra), logika-matematika, pengetahuan sejarah dan musik-bernyanyi.
2.2. Memiliki Keyakinan Kuat terhadap Janji Allah
Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa: "Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan jangan (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul. (QS. 28:7)
Dalam menghadapi berbagai tantangan jaman, seorang Ibu mesti senantiasa optimis, bahwa Allah akan menolong mereka mendidik anak-anaknya menjadi manusia berguna di masa depan. Sikap teguh Ibunda Nabi Musa sebagaimana digambarkan pada surat al-Qashash menjadi teladan utama dalam bersikap yakin akan bantuan Allah swt ini.
Ibu Musa ditakdirkan melahirkan anaknya dalam kondisi amat berat, yaitu ketika Firaun, penguasa yang amat zhalim saat itu, mengeluarkan perintah untuk membunuh anak laki-laki yang lahir dari kalangan Bani Israil, karena alasan ketakutan akan runtuhnya kerajaannya. Akan Allah swt memerikan keteguhan kepada Ibu Musa dan dengan dibantu oleh kakak perempuan Musa, Ibu Musa berhasil melalui masa-masa sulit tersebut untuk melindungi dan memelihara Musa.
Kisah di atas menjadi pelajaran berharga bagi para ibu muslimah. Saat ini tantangan yang dihadapi dalam mendidik anak-anak amat besar. Kita dihadapkan pada berbagai tantangan dalam mendidik anak-anak, mulai dari seleksi pendidikan yang berkualitas, tantangan finansial, tantangan lingkungan hingga tantangan pada diri kita sendiri. Untuk tantangan lingkungan, kita menyaksikan banyaknya “polusi” berita dan informasi tentang kekerasan atau tindakan a-susila baik dalam bentuk tulisan ataupun tayangan-tayangan audio visual.
Dalam kondisi ini peran para Ibu amatlah besar untuk menjaga anak-anak agar tumbuh pada fitrah kesuciannya. Modal paling besar bagi para Ibu adalah kedekatan dengan Allah swt, memahami pengarahan (taujih) dan pengajaran dari Allah swt melalui al-Quran dan sunnah NabiNya. Untuk itu para Ibu hendaknya senantiasa mengadakan pengkajian yang mendalam terhadap dua sumber utama ajaran Islam ini
Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunnah Nabimu). Sesungguhnya Allah adalah Maha Lembut lagi Maha Mengetahui. (QS. 33:34)
2.3. Penuh Suka Cita dalam Mendidik
Dan berkatalah istri Fir'aun: "(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfa'at kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak", sedangkan mereka tiada menyadari. (QS. 28:9)
Sikap kasih sayang kepada anak-anak adalah fitrah yang Allah berikan kepada para Ibu untuk mendidik anak-anak mereka. Selama fitrah ini terjaga baik, seorang Ibu akan menjadikan perhatian pada anak sebagai perhatian terbesar dalam hidupnya. Kisah jatuh cintanya Asiyah istri Firaun kepada bayi Musa diabadikan al Quran untuk menggambarkan fitrah ini. Padahal Musa bukanlah anak kandungnya sendiri. Hendaknya sikap kasih sayang ini terus menyertai proses pendidikan anak.
Satu tantangan yang dihadapi para Ibu masa kini adalah tarikan untuk berkarir dan mencari penghasilan yang besar. Tarikan ini terjadi karena struktur sosial-ekonomi-masyarakat yang “memaksa” sebagian ibu-ibu untuk bekerja mencari nafkah. Padahal di dalam ajaran Islam, kewajiban mencari nafkah ini ada pada pundak para bapak. Motivasi lain adalah karena adanya kelemahan pola hubungan suami-istri. Sebagian istri merasa khawatir dirinya direndahkan oleh suami apabila tidak memiliki penghasilan sendiri. Tentu saja kondisi ini pun tidak seharusnya terjadi dalam keluarga muslim, sebab ajaran Islam telah memerintahkan para suami untuk bersikap kasih sayang dan adil dalam memimpin rumah tangga. Yang patut diwaspadai adalah ketika kaum perempuan justru sangat menikmati karirnya, sehingga meletakkan masalah pendidikan dan kasih sayang kepada anak pada prioritas ke sekian dibandingkan karirnya. Bahkan misalnya pada sebagian kalangan perempuan ada pandangan bahwa memiliki anak itu akan mengganggu karir mereka.
3. Profil Sahabat (Mitra)
3.1. Pencari Kebenaran
Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan yang memajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat 1462. (QS. 58:1)
1462: Sebab turunnya ayat ini adalah berhubungan dengan persoalan seorang wanita yang bernama Khaulah binti Tsa'labah yang telah didzihar oleh suaminya Aus bin Shamit, yaitu dengan mengatakan kepada isterinya: "Kamu bagiku sudah seperti punggung ibuku", dengan maksud dia tidak boleh lagi menggauli isterinya, sebagaimana ia tidak boleh menggauli ibunya. Menurut adat Jahiliyah kalimat seperti itu sudah sama dengan menthalak isteri. Maka Khaulah mengadukan hal itu kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw menjawab bahwa dalam hal ini belum ada keputusan dari Allah. Dan pada riwayat yang lain, Rasulullah saw mengatakan: "Engkau telah diharamkan bersetubuh dengan dia". Lalu Khaulah berkata: "Suamiku belum menyebut kata-kata thalak". Kemudian Khaulah berulang-ulang mendesak Rasulullah saw agar menetapkan suatu keputusan dalam hal ini, sehingga kemudian turunlah ayat ini dan ayat-ayat berikutnya.
Seorang muslimah hendaklah terus bersemangat mencari dan menegakkan kebenaran sebagaimana ditunjukkan pada contoh sahabiyah Khaulah binti Tsalabah ini. Dengan demikian ia akan menjadi partner diskusi yang handal bagi suaminya.
3.2. Memiliki Kriteria Tepat tentang Pendamping Hidup
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya". (QS. 28:26)
Menilik ayat di atas, sepertinya karakter ini berlaku bagi mereka yang belum menikah. Ayat di atas mengungkapkan kalimat putri seorang yang sholih di negeri Madyan, negeri tempat Musa muda melarikan diri dari kejaran Firaun. Sebagian penafsir mengatakan orang sholih ini adalah Nabi Syu’aib as. Begitulah gambaran seorang gadis yang cerdas dan sholihah menginterpretasikan sifat baik seorang pemuda. Ia tempatkan gejolak curahan hatinya mencari pasangan hidup, sekaligus melindungi posisinya dari kemestiannya bekerja dengan saudara perempuannya, karena sang ayah telah lanjut usia. Sang ayah pun memahami rahasia yang disembunyikan anak gadisnya. Setelah berbincang dengan Musa, ia menawari Musa untuk bekerja di tempatnya, dan ia berjanji akan menikahkan Musa dengan putrinya (kisah ini ada pada rangkaian ayat di atas, sebelum dan sesudahnya)
Akan tetapi bagi para muslimah yang telah menikah pun kisah di atas mengungkap pelajaran berharga. Perhatikanlah, perempuan sholihah meletakkan parameter lahir dan batin secara seimbang dalam berinteraksi dengan pasangan hidupnya. Maka semestinya apresiasi seorang istri kepada pasangannya pun selalu seimbang diantara sisi fisik dan psikis. Dalam kehidupan berumah tangga ini dapat diterjemahkan dalam bentuk perhatian pada pola makanan, pola istirahat, olah raga dan juga pada pola pendidikan serta pola ibadah ritual yang senantiasa mewarnai kehidupan suami-istri. Semakin panjang usia pernikahan, semakin terasa kebutuhan untuk saling mengingatkan dalam menjaga kondisi prima fisik dan psikis.
3.3. Kesetaraan di Hadapan Allah
Dikatakan kepadanya: "Masuklah ke dalam istana". Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: "Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca". Berkatalah Balqis: "Ya Rabbku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Rabb semesta alam". (QS. 27:44)
Ketika Ratu Balqis telah menyaksikan kerajaan besar yang Allah karuniakan kepada Nabi Sulaiman as dan mengetahui siapakah yang benar-benar harus disembah di muka bumi ini, sadarlah ia bahwa ternyata perbuatannya dan kaumnya (di antaranya menyembah matahari) adalah perbuatan yang zhalim. Akan tetapi perhatikanlah, Ratu Bilqis tidak pernah menyatakan ketundukan kepada Sulaiman. Yang ia ucapkan adalah bahwa ia bersama Sulaiman tunduk patuh, berserah diri kepada Allah swt.
Dari ayat ini kita mendapatkan taujih Rabbani (pengarahan Ilahi), bahwa kedudukan kaum perempuan dan kaum lelaki di hadapan Allah swt itu sama, yaitu sebagai hamba. Islam telah memuliakan kedudukan kaum perempuan. Untuk itu kaum muslimah hendaknya senantiasa menjaga kemuliaan ini dan bahu-membahu bersama para suami mereka dalam menegakkan kebenaran.
3.4. Berkontribusi Aktif dalam Kerja Sosial dan Da’wah
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu'min 1219, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta'atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. 33:35)
1219: Yang dimaksud dengan "orang muslim" di sini ialah orang-orang yang mengikuti perintah dan larangan pada lahirnya, sedang yang dimaksud "orang yang mu'min" di sini ialah orang yang membenarkan apa yang harus dibenarkan dengan hatinya.
Maka Rabb mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain 259. (QS. 3:195)
Sebab turunnya dua ayat di atas terkait langsung dengan kehidupan para muslimah di masa kehidupan Nabi Muhammad saw. Ayat pada surat al Ahzab turun karena adanya ucapan Ummu ‘Imarah al-Anshari kepada Rasulullah saw,”Kami menyaksikan segala sesuatu (terkait ajaran Islam) hanya bagi lelaki dan kami tidak melihat kaum perempuan disebut-sebut.” (diriwayatkan at-Tirmidzi melalui Ikrimah). Atau melalui Ibnu ‘Abbas diriwayatkan bahwa para muslimah berkata kepada Nabi saw,”Ya Rasulullah, mengapa hanya disebutkan kaum beriman lelaki dan tidak disebutkan kaum beriman perempuan?” (diriwayatkan ath-Thabrani). Sedangkan pada riwayat lain dikabarkan bahwa para muslimah menanyakan mengapa hanya para istri Nabi yang disebutkan. Mereka berkata,”Kalaulah pada kami ada kebaikan, tentu kami disebutkan.” Maka Allah swt menurunkan ayat di atas. (diriwayatkan Ibnu Sa’ad dari Qatadah)
Adapun untuk ayat pada akhir surat Ali ‘Imran, diriwayatkan bahwa Ummu Salamah berkata,”Ya Rasulullah, aku tidak mendengar Allah menyebutkan kaum perempuan dalam peristiwa Hijrah sedikitpun.” Maka Allah swt menurunkan ayat tersebut. (diriwayatkan oleh Abdur Razaq, Said bin Manshur, at-Tirmidzi, al-Hakim, dan Ibnu Abi Hatim).
Setelah kita ketahui konteks sosial sebab turunnya, ayat-ayat di atas semakin meneguhkan adanya peran sosial dan da’wah yang penting dari kaum perempuan sejak masa pertama turunnya ajaran Islam. Ini berlaku bagi semua perempuan. Mereka tidak kalah dengan kaum lelaki dalam melakukan seluruh aktifitas kehidupan, mulai yang sifatnya ibadah ritual hingga aktifitas sosial dalam rangka memperbaiki kondisi masyarakat.
WaLlaahu a'lamu bish shawwab.
Beberapa Buku Bacaan
Aisyah Abdurahman, Istri-istri Nabi saw., Pustaka Mantiq, 1988
Abu Mohd Rosyid Ridho, Wanita Sholihah: Ciri-ciri dan Fungsinya, Hikmah, Medan, 1985
Ibnu Ahmad Dahri, Peran Ganda Wanita Modern, Pustaka al-Kautsar, 1991
Ibnul Qayyim, Taman Orang-orang yang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu.
Ibrahim bin Shalih al-Mahmud, Kiat Hidup Bahagia dengan Suami Anda, Firdaus, 1992
Khairiyah Husain Thaha, Konsep Ibu Teladan: Kajian Pendidikan Islam, Risalah Gusti, 1992
Muhammad Qutb, Figur Wanita Sorga dan Neraka, Penerbit Amarpress, 1987
As-Suyuthi, Asbabun Nuzul.
** Sebetulnya istri sholihah dalam profil ibu memiliki dimensi lain daripada apa yang disampaikan makalah ini, yaitu secara kejiwaan seorang istri memberikan ketentraman bagi suami, laksana seorang ibu kepada anaknya. Ada pembahasan menarik dari Prof. Dr. Aisyah Abdurrahman tentang suasana kejiwaan Muhammad bin Abdullah saw di masa anak-anak dan remajanya yang telah ditinggal wafat ibunya pada usia 6 tahun. Suasana kejiwaannya merindukan seseorang yang bisa memberikan ketentraman bagai seorang ibu baginya. Allah swt Maha Pengasih, dengan takdir-Nya yang penuh hikmah, Muhammad pun dipertemukan dengan Khadijah. Pernikahannya dengan Khadijah, seorang perempuan yang matang jiwanya serta penuh kelembutan, seolah merupakan jawaban bagi Muhammad yang telah ditinggalkan ibunya sejak masa anak-anak. Ya ... dari Khadijah ini, Muhammad mendapatkan sentuhan lembut laksana seorang ibu, yang terus memberikan kasih sayang dan dukungan. Bahkan dukungan Khadijah ini semakin besar dan berarti ketika Muhammad telah diangkat menjadi Rasul Allah. Demikian kurang lebih kupasan Prof. Aisyah pada bab yang menerangkan profil Khadijah ra sebagai istri dalam buku "Istri-istri Nabi saw".
Sumber : http://adijm.multiply.com/journal/item/65
Tuesday, April 17, 2012
Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan Usia Dini Mengoptimalkan Potensi Anak
Friday, 08 April 2011 01:06 Ahmad Milah
ILUSTRASI/IST
Usia tiga tahun pertama merupakan saat paling tepat mengembangkan kecerdasan anak-anak. Masa itu seyogianya diisi orang tua dengan memberikan pendidikan formal dan nonformal. Anak yang terlahir dari rahim seorang ibu bak sehelai kertas putih yang bersih dan polos.
Orang tua dan lingkungan di sekitarnyalah yang akan membentuk “kertas” itu menjadi berwarna dengan cara menuliskan sesuatu di atas kertas itu, menggambar bentuk, atau bahkan ada yang meremasnya menjadi tidak berarti.
Begitu pula halnya anak, baik atau buruknya anak, tergali atau tidak bakat si anak, sangat dipengaruhi oleh peran orang tua serta lingkungan sekitar. Proses interaksi antara orang tua dan anak serta antara anak dengan lingkungan dipandang penting demi membentuk karakter anak yang positif.
Monday, April 16, 2012
PKP UT MATEMATIKA KELAS IV SD Oleh Siti Fatimah
LAPORAN PRAKTEK
PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL
MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF LEARNING PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah PDGK4501 Pemantapan Kemampuan Profesional
Disusun Oleh :
SITI FATIMAH
NIM 817368087
PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UPBJJ-UT BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2010
PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UPBJJ-UT BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2010
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
LAPORAN HASIL PERBAIKAN
MATA PELAJARAN MATEMATIKA
Nama Mahasiswa : SITI FATIMAH
NIM : 817368087
Program Studi : S 1 PGSD
Tempat Mengajar : SD Negeri 01 Panggungrejo Kec. Sukoharjo
Jumlah Pembelajaran : 3 x Pertemuan
Tempat dan Tanggal Pelaksanaan : SD Negeri 01 Panggungrejo Kec. Sukoharjo
Siklus 1, Hari Senin Tanggal 10 Mei 2010
Siklus 2, Hari Senin Tanggal 17 Mei 2010
Siklus 3, Hari Kamis Tanggal 20 Mei 2010
Masalah yang Merupakan Fokus Perbaikan :
1. Siswa kurang memahami penjelasan guru;
2. Rendahnya minat belajar siswa dalam pembelajaran matematika;
3. Hasil belajar siswa rendah;
4. Strategi dan metode pembelajaran kurang variatif
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kegiatan belajar mengajar banyak metode dan model yang biasa dipakai oleh guru untuk menyampaikan pelajaran kepada anak didiknya. Mengingat karakter maupun jenis informasi yang dimiliki oleh setiap mata pelajaran itu tidak sama, maka tidak ada satu metode yang baik untuk semua mata pelajaran, demikian pula tidak ada satu metode yang buruk untuk semua mata pelajaran.
Dengan demikian untuk memilih metode/model mana yang paling tepat dalam rangka meningkatkan minat dan hasil prestasi belajar untuk mata pelajaran Matematika diperlukan langkah-langkah yang tepat. Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen, yaitu peserta didik, guru (pendidik), tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi.
Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya.
Metodologi mengajar banyak ragamnya, dan sebagai pendidik tentu harus memiliki metode mengajar yang beraneka ragam, agar dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan hanya satu metode saja, tetapi harus divariasikan, yaitu disesuaikan dengan tipe belajar siswa dan kondisi serta situasi yang ada pada saat itu, sehingga tujuan pengajaran yang telah dirumuskan oleh pendidik dapat tercapai.
Hasil pembelajaran Matematika kelas IV SD Negeri 1 Panggungrejo yang ditemukan pada Ulangan Harian sebelum penelitian ini dimulai, bahwa dari 27 siswa yang mendapat nilai ≥ 60 sebanyak 13 siswa atau sekitar 48 %. Rendahnya hasil belajar siswa ini merupakan masalah pembelajaran. Jalan terbaik mengatasinya adalah dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), karena PTK identik dengan pelaksanaan penelitian melalui langkah siklus, dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu : Perencanaan (planning), Pelaksanaan (acting), Pengamatan (observing) dan Refleksi (reflecting) (Suharsini Arikunto, 2006). Dengan tahapan yang seperti ini diharapkan masalah-masalah pembelajaran dapat dicari solusinya.
Adapun data nilai yang ditemukan tersebut sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1 : Data Nilai Hasil Ulangan Harian Kelas IV Mata Pelajaran Matematka (Pra Siklus)
NO. NAMA SISWA NILAI
1 Adi Prasetyo 65
2 Ahmad Ali Imron 60
3 Muhammad Yusuf 50
4 Ahmad Sidik 43
5 Ahmad Suntoro 70
6 Anisa Fitri 62
7 Arif Santoso 66
8 Apriyadi Imora 35
9 Desi Wahyuningsih 46
10 Emi Marlina 55
11 Efendi 70
12 Krismonita 56
13 Lujatul Ngajaim 50
14 Nur Laila 52
15 Nur Rohman 75
16 Rizal Efendi 60
17 Susanto 67
18 Said Afansyah 35
19 Siti Nur Aini 37
20 Saeri 47
21 Ulfianto 63
22 Umi Sakdiyah 61
23 Uswatun Hasanah 45
24 Yuslihana 66
25 Yatin Winarti 55
26 Muhammad Heriyanto 55
27 Marlina 74
Jumlah 1499
Rata-rata 55,51
Sumber : Data Nilai Kelas
Tabel 2 : Rentang Nilai Pra Siklus Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 1 Panggungrejo Kecamatan Sukoharjo
NO INTERVAL JUMLAH SISWA PROSENTASE
1
2
3
4
5
6
7 ≤ 40
41 – 50
51 – 60
61 – 70
71 – 80
81 – 90
91 - 100 3
6
7
9
2
0
0 11,11 %
22,22 %
25,92 %
33,33 %
7,40 %
0
0
Sumber : Data Nilai Kelas
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian perbaikan ini sebagai berikut :
1. Bagaimanakah implementasi Model Pembelajaran Cooperative Learning dalam pembelajaran Matematika di SD Negeri 1 Panggungrejo Tahun Pelajaran 2009/2010?
2. Bagaimanakah meningkatkan minat dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika di SD Negeri 1 Panggungrejo Tahun Pelajaran 2009/2010?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan implementasi Model Pembelajaran Cooperative Learning dalam pembelajaran Matematika di SD Negeri 1 Panggungrejo Tahun Pelajaran 2009/2010
2. Mengetahui minat dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning di SD Negeri 1 Panggungrejo Tahun Pelajaran 2009/2010
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Suatu penelitian tentunya diharapkan mempunyai kegunaan atau manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi Guru
Membantu guru dalam usaha menemukan bentuk pembelajaran dan sebagai bahan masukan untuk mengetahui bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Learning merupakan salah satu bentuk upaya dalam kegiatan pembelajaran yang memngkinkan dapat menambah atau meningkatkan minat belajar siswa.
2. Bagi Lembaga yang Diteliti
Penelitian dapat dijadikan sebagai tolak ukur serta inovasi dalam pengelolaan Pendidikan di sekolah, serta sebagai motivasi untuk kemajuan dan perkembangan pendidikan di sekolah, selain itu juga sebagai suatu usaha dalam rangka mencapai tujuan kurikulum seperti yang telah dirumuskan dalam kurikulum sekolah.
3. Bagi Siswa
Memotivasi siswa yang dimungkinkan dapat mendorong penigkatan aktivitas dan hasil belajar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Minat Belajar
John G. Nunally mendefinisikan minat sebagai stated preference of activities. Soegarda mendefinisikannya sebagai kesediaan jiwa yang sifatnya aktif untuk menerima sesuatu dari luar. Menurut Slameto, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat yang ada.
Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan jika mereka bebas memilih apa yang mereka kehendaki. Jika mereka melihat bahwa sesuatu itu menguntungkan pada dirinya maka akan timbullah minat untuk melakukannya.Minat merupakan pernyataan ekspresi seseorang yang menunjukkan kecenderungan kepada suatu objek sehingga aktivitas-aktivitas yang lebih besar porsinya ditunjukkan kepada objek tersebut daripada objek lainnya. Karena itu, minat seseorang kepada sesuatu objek akan menyebabkan ia memberi perhatian yang lebih besar pula kepada objek tersebut.
Menurut Suharsimi Arikunto, minat merupakan kecenderungan seseorang untuk memilih atau menolak suatu kegiatan. Sebetulnya apa yang dicari atau ditolak bukan hanya kegiatan saja, melainkan juga benda, orang ataupun situasi. Suatu objek yang ada kaitannya dengan diri seseorang baik berupa kegiatan, benda, orang maupun situasi akan menyebabkan seseorang memusatkan perhatian untuk melanjutkan melakukan aktivitas terhadap objek.
B. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang telah dicapai seseorang setelah ia mengalami proses belajar, dengan terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan atau yang dilaluinya. Penilaian hasil belajar perlu dilakukan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana tujuan untuk instruksional yang telah diajarkan dalam kegiatan pembelajaran yang telah dikuasai siswa. Hal ini sejalan dengan Syaiful Bahri Djamarah (2002:142) yang menyatakan bahwa : “Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yaitu : (1) faktor lingkungan : lingkungan alami dan lingkungan budaya; (2) faktor instrumental : kurikulum, program, sarana, fasilitas, dan guru; (3) kondisi fisiologis : kondisi fisiologis, kondisi panca indra; (4) kondisi psikologis : minat, kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif.
Keberhasilan dalam belajar perlu dinilai, hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana dan Hetwijis Vera Visana (2001 : 7) yang menyatakan bahwa : “penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu”. Suharsini Arikunto (1997:282) ia menyatakan bahwa : “Bagi seorang siswa nilai merupakan cermin dari keberhasilan belajar. Namun bukan hanya siswa sendiri yang memerlukan cermin keberhasilan belajar, guru dan orang lainpun memerlukannya”.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut ditinjau dari sudut peristiwa yang terjadi pada sitem psichophisis seseorang yang melakukan belajar berarti suatu proses bekerjanya sistem urat saraf dimana berbagai perubahan terjadi didalamnya.
Ditinjau dari sikap individu dalam menghadapi objek yang dipelajari, belajar dalah suatu kegiatan menyusun dan mengatur lingkungn dengan sebaik-baiknya, sehingga lingkungan tersebut terserap oleh individu yang bersangkutan. Jika ditinjau dari segi kegiatannya, belajar adalah suatu kegiatan untuk memmperoleh kebiasaan-kebiasaan, pegetahuan dan pengembangan tertentu dari sikap-sikap bagi orang yang melakukannya.
C. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning
Model pembelajaran cooperative learning (MPCL) beranjak dari dasar pemikiran "getting better together", yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan-keterampilan sosial yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat. Melalui MPCL, siswa bukan hanya belajar dan menerima apa yang disajikan oleh guru dalam PBM, melainkan bisa juga belajar dari siswa lainnya, dan sekaligus mempunyai kesempatan untuk membelajarkan siswa yang lain.
Proses pembelajaran dengan MPCL ini mampu merangsang dan menggugah potensi siswa secara optimal dalam suasana belajar pada kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 6 orang siswa (Stahl, 1994). Pada saat siswa belajar dalam kelompok akan berkembang suasana belajar yang terbuka dalam dimensi kesejawatan, karena pada saat itu akan terjadi proses belajar kolaboratif dalam hubungan pribadi yang saling membutuhkan. Pada saat itu juga siswa yang belajar dalam kelompok kecil akan tumbuh dan berkembang pola belajar tutor sebaya (peer group) dan belajar secara bekerjasama (cooperative).
Pada MPCL, guru bukan lagi berperan sebagai satu-satunya nara sumber dalam PBM, tetapi berperan sebagai mediator, stabilisator, dan manajer pembelajaran.
Iklim belajar yang berlangsung dalam suasana keterbukaan dan demokratis akan memberikan kesempatan yang optimal bagi siswa untuk memperoleh informasi yang lebih banyak mengenai materi yang dibelajarkan dan sekaligus melatih sikap dan keterampilan sosialnya sebagai bekal dalam kehidupannya di masyarakat, sehingga perolehan dan hasil belajar siswa akan semakin meningkat.
Stahl (1992) mendapatkan, bahwa penggunaan MPCL mendorong tumbuhnya sikap kesetiakawanan dan keterbukaan diantara siswa; penelitiannya juga menemukan bahwa MPCL mendorong ketercapaian tujuan dan nilai-nilai sosial dalam pendidikan Matematika ataupun mata pelajaran lainnya.
Berdasarkan temuan penelitian terdahulu, ternyata penggunan MPCL menunjukkan efektifitas yang sangat tinggi bagi perolehan hasil belajar siswa, baik dilihat dari pengaruhnya terhadap penguasaan materi pelajaran maupundilihat dari pengembangan dan pelatihan sikap serta keterampilan-keterampilan sosial yang sangat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupannya di masyarakat.
BAB III
RENCANA DAN PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN
1. Identifikasi masalah :
a. Rendahnya minat belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Pannggungrejo dalam pembelajaran simetri bangun datar
b. Hasil belajar siswa pada kelas tersebut cenderung pasif
c. Siswa belum menguasai konsep simetri bangun datar
2 Analisis masalah :
Dalam menganalisis masalah ini berangkat identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, yaitu :
a. Rendahnya minat belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Panggungrejo dalam pembelajaran simetri bangun datar. Hal ini dapat dianalisis sebagai berikut :
1) Guru dalam menjelaskan materi kepada anak terlalu cepat
2) Guru dalam menjelaskan materi tersebut tidak disertai contoh secara mendetail
3) Guru kurang memberikan latihan dan contoh
4) Guru tidak menggunakan alat peraga yang sesuai
5) Guru menggunakan metode dan model pembelajaran kurang sesuai
b. Hasil belajar siswa pada kelas tersebut cenderung pasif
1) Guru tidak melibatkan siswa dalam pembelajaran secara aktif
2) Guru kurang terampil dalam menggali kemampuan siswa
3) Guru kurang menguasai dalam mendemontrasikan alat peraga
4) Guru dalam menyampaikan materi kurang menarik
5) Guru kurang mampu menguasai kelas
c. Siswa belum menguasai konsep simetri bangun datar
1) Guru kurang memberikan latihan pada siswa untuk simetri bangun datar
2) Siswa kesulitan dalam memahami konsep simetri bangun datar
3) Guru kurang memberikan latihan pada siswa dalam pembelajaran simetri bangun datar.
3. Perumusan Masalah :
Bagaimana meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dalam konsep simetri lipat di Kelas IV SD Negeri 1 Panggungrejo melalui model pembelajaran kooperatif learning?
4. Rencana Perbaikan
Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana tersebut di atas, maka disusunlah sebuah perencanaan perbaikan pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk rencana perbaikan pembelajaran (RPP). Dalam merancang tindakan perbaikan yang dilakukan penulis telah mengikuti prosedur dan tata aturan yang umum dan logis, yaitu (a) mengacu pada teori yang relevan, (b) bertanya kepada ahli terkait, (c) membaca referensi yang relevan, dan (d) berkonsultasi dengan supervisor. Adapun format lengkap Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang berisi rencana perbaikan pembelajaran mata pelajaran matematika dalam konsep simetri lipat di Kelas IV SD Negeri 1 Panggungrejo Tahun Pelajaran 2009/2010 sebagaimana terlampir.
B. PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 1 Panggungrejo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Lampung. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama kurang lebih satu bulan yaitu mulai tanggal 20 April 2010 sampai dengan 20 Mei 2010, dengan 6 jam pelajaran (3 kali pertemuan). Siswa yang menjadi subjek penelitian ini berjumlah 27 orang siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti (guru bidang study), seorang obsever, dan kepala sekolah sebagai penanggung jawab. Adapun jadwal penelitian ini adalah :
Tabel 3 Jadwal penelitian perbaikan pembelajaran Matematika :
Hari Tanggal Jam Ke Mata Pelajaran Keterangan
Senin 26-04-2010 3 - 4 Matematika Pembelajaran Orientasi (Pra Siklus)
Senin 10-05-2010 3 - 4 Matematika Pembelajaran Perbaikan 1
Senin 17-05-2010 3 - 4 Matematika Pembelajaran Perbaikan 2
Kamis 20-05-2010 5 - 6 Matematika Pembelajaran Perbaikan 3
Sumber : Jadwal Penelitian Pribadi
2. Prosedur Pelaksanaan Perbaikan (Per Siklus)
Pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran ini melalui langkah siklus sebanyak dua siklus, dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu : Perncanaan (planning), Pelaksanaan (acting), Pengamatan (observing) dan Refleksi (reflecting) (Suharsini Arikunto, 2006).
a. Perencanaan
1) Menyusun jadwal mengajar
2) Membuat perangkat pembelajaran
3) Menyusun skenario pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan
4) Mempersiapkan media pembelajaran yang akan dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran
5) Mempersiapkan lembar observasi dan catatan lapangan
b. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan pelaksanaan dari tahap perencanaan, yang meliputi :
1) Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai;
2) Guru memotivasi siswa agar belajar dengan mengintensifkan penggunaan alat peraga;
3) Guru menyampaikan materi yang telah ditentukan dan mengefektifkan tanya jawab, diskusi, demonstrasi serta pemberian tugas;
4) Guru bersama teman sejawat mengamati proses kegiatan pembelajaran dengan demonstrasi alat peraga yang disiapkan;
5) Setiap anak diminta menyebutkan nama-nama bangun yang simetris dan tidak simetris melalui alat peraga yang disiapkan;
6) Anak diminta mennunjukkan bangun datar dan simetri lipatnya;
7) Guru bersama siswa mendemonstrasikan beraneka alat peraga yang menunjukkan bangun datar simetris dan simetri lipatnya;
8) Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi dan pengamatannya;
9) Guru memberikan tes tertulis secara individu di akhir siklus;
10) Siswa yang mendapat nilai kurang dari 60 dan rata-rata nilai yang kurang dari ketentuan mnimal, maka dilakukan perbaikan dan yang sudah tuntas diberikan tambahan sebagai pengayaan.
c. Pengamatan/Pengumpulan Data
Dalam pengamatan penelitian tindakan kelas ini peneliti bekerja sama dengan guru (teman sejawat) yaitu seorang guru dari SD Negeri 1 Panggungrejo, yang bertugas mengamati selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan ini dituangkan dalam catatan lapangan yang telah dipersiapkan.
Tabel 4 : Lembar Pengamatan Perbaikan Pembelajaran
No Aspek yang diobservasi
Kemunculan Komentar
Ada Tidak Ada
1 Penjelasan konsep oleh guru √ Cukup
2 Pemberian contoh √ Cukup
3 Pemberian latihan √ Cukup
4 Penggunaan alat peraga √ Kurang maksimal
5 Penggunaan metode mengajar
• Ceramah
• Tanya jawab
• Demonstrasi
• Latihan/Penugasan
√
√
√
√
Terlalu panjang
Tidak terkonsep
Kurang maksimal
Cukup
6 Penguasaan konsep/hasil belajar √ Cukup
7 Aktivitas siswa √ Kurang
8 Pengorganisasian materi (sistematis, logis) √ Cukup
9 Pemilihan sumber/media pembelajaran √ Baik
10 Kejelasan skenario pembelajaran (kegiatan awal, inti, penutup) √ Baik
11 Kesesuaian teknik strategi dengan tujuan pembelajaran √ Baik
12 Kelengkapan instrumen (soal, kunci, pedoman penskoran) √ baik
Beri tanda chek (√) pada kolom ada / tidak ada
d. Refleksi
Refleksi ini merupakan kegiatan dalam menganalisis, memahami dan membuat kesimpulam berdasarkan hasil pengamatan dan catatan lapangan. Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes dan observasi, serta menentukan perkembangan kemajuan dan kelemahan yang terjadi, sebagai dasar perbaikan pada siklus berikutnya.
Pada siklus II, pelaksanaannya berdasarkan refleksi dari siklus I dan pelaksanaannya pun sama, yaitu terdiri dari empat tahap pelaksanaan : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Namun dalam proses kegiatan pembelajaran siklus II ini telah banyak ditemukan kelemahan-kelemahan apada siklus I dan di sini diadakan perbaikan.
Pada siklus III, pelaksaannya berdasarkan refleksi dari siklus II dan pelaksanaannya pun sama, yaitu terdiri dari empat tahap pelaksanaan : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Namun dalam proses kegiatan pembelajaran siklus III ini telah banyak dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan dari kelemahan-kelemahan pada siklus II. Jadi pada silkus ini merupakan siklus pamungkas dalan pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
3. Hal-hal yang Unik
Hal-hal unik yang muncul selama pelaksanaan perbaikan pembelajaran sehingga menampilkan suasana kelas yang berbeda di antaranya :
a. Kedatangan dua orang tamu yaitu mahasiswa dan guru pengamat sekaligus ke dalam kelas membuat semua siswa terlihat tegang. Perhatian semua siswa tertuju ke depan kelas, tanpa ada seorangpun siswa yang berani melihat ke kanan dan ke kiri apalagi menpleh ke belakang. Tetapi setelah diinformasikan maksud dan tujuan kedatangan kedua tamu tersebut, siswa baru terlihat agak tenang.
b. Tercatat ada 5 (lima) siswa yang unik yaitu 2 (dua) siswa yang amat bandel dan cari perhatian tapi tergolong pintar. Dua orang siswa lagi tercatat pendiam tapi tidak bisa membaca dan menulis, dan satu siswa lagi yang tergolong unik bahwa ia bisa membaca tapi tidak bisa menulis.
c. Suasana kelas cenderung pasif, karena mereka banyak yang diam. Ditanya tidak mau menjawab, apalagi disuruh bertanya, mereka diam seribu basa.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Hasil/Temuan yang Diperoleh
Pada setiap akhir pembelajaran siklus I, II, dan III, selalu diadakan tes evaluasi dan pengamatan. Hasil tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel yang memuat isi keseluruhan hasil / temuan yang diperoleh selama melaksanakan penelitian. Hasil tersebut diperoleh dari catatan-catatan peneliti sendiri dan catatan-catatan guru pendamping atau teman sejawat.
Tabel 5 : Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika
NO. NAMA SISWA SIKLUS
I I II
1 Adi Prasetyo 65 76 87
2 Ahmad Ali Imron 60 73 85
3 Muhammad Yusuf 50 60 71
4 Ahmad Sidik 43 55 65
5 Ahmad Suntoro 70 80 92
6 Anisa Fitri 62 71 85
7 Arif Santoso 66 75 88
8 Apriyadi Imora 35 45 56
9 Desi Wahyuningsih 46 55 65
10 Emi Marlina 55 60 71
11 Efendi 70 81 93
12 Krismonita 56 64 74
13 Lujatul Ngajaim 50 60 69
14 Nur Laila 52 61 73
15 Nur Rohman 75 83 95
16 Rizal Efendi 60 73 87
17 Susanto 67 75 89
18 Said Afansyah 35 45 56
19 Siti Nur Aini 37 49 65
20 Saeri 47 57 67
21 Ulfianto 63 73 83
22 Umi Sakdiyah 61 70 81
23 Uswatun Hasanah 45 55 66
24 Yuslihana 66 76 85
25 Yatin Winarti 55 65 77
26 Muhammad Heriyanto 55 66 78
27 Marlina 74 83 95
Jumlah 1499 1760 2131
Rata-rata 55,51 65,96 78,92
Sumber : Data Nilai Kelas
2. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika melalui model pembelajaran Kooperatif Learning pada siswa kelas IV semester I SD Negeri 1 Panggungrejo Kecamatan Sukoharjo dapat dilihat dari hasil ulangan yang dilaksanakan dalam pembelajaran pada pra siklus sampai siklus III dapat disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 6 : Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika
Siklus Jumlah Nilai 60
Jumlah Nilai Rata-rata
Jumlah Siswa Prosentase
I 27 13 48,14 % 1499 55,51
II 27 20 74,07 % 1760 65,18
III 27 25 92,59 % 2131 78,92
Sumber : Data Nilai Kelas
3. Pembahasan
a. Siklus I
Pelaksanaan siklus I mata pelajaran Matematika pada hari Senin tanggal 10 Mei 2010 diikuti oleh 27 siswa kelas IV yang terdiri dari 14 laki-laki dan 13 anak perempuan. Pertemuan ini berlangsung selama 1 x pertemuan (2 x 35 menit).
1) Hasil Belajar Siswa
Data dari tes akhir pada siklus I menunjukkan bahwa siswa memperoleh nilai 60 ke atas pada mata pelajaran Matematika sebanyak 13 siswa atau
48,14 %. Ini berarti kriteria pada siklus I ini pada pelajaran Matematika belum memenuhi target bahkan masih jauh dari yang diharapkan, yaitu siswa yang mendapat nilai 60 keatas sebesar 85 % atau lebih.
2) Refleksi
Pada akhir siklus I diperoleh hasil belajar siswa belum memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Berdasarkan hasil pengamatan guru teman sejawat terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dari keseluruhan yang diamati yaitu :
a) Guru belum optimal dalam membangkitkan minat siswa untuk belajar;
b) Guru kurang tegas dalam pembagian kelompok belajar;
c) Guru kurang memperhatikan pemahaman pada siswa tentang pentingnya kerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan suatu masalah.
d) Guru belum optimal dalam menanamkan prinsip cara mengkonstruksi sebuah pemahaman pada anak.
Pembelajaran yang kurang memuaskan hasilnya itu juga disebabkan oleh siswa itu sendiri, yaitu :
1) Sebagian siswa belum memahami hakikat dari pembelajaran yang diikuti;
2) Dalam kegiatan pembelajaran, siswa banyak yang ribut dan tidak memperhatikan penjelasan guru;
3) Siswa kurang aktif dalam diskusi kelompok, tanya jawab, maupun kegiatan lain yang seharusnya dilakukan siswa.
Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan-perbaikan yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yakni pada siklus II.
b. Siklus II
Pelaksanaan siklus II mata pelajaran Matematika dimulai hari Senin tanggal 17 Mei 2010. Pertemuan ini berlangsung selama 2 x 35 menit.
1) Hasil Belajar Siswa
Data dari tes akhir pada siklus II menunjukkan bahwa siswa memperoleh nilai 60 ke atas pada mata pelajaran matematika sebanyak 20 siswa dari 27 siswa atau 74,07 %. Ini berarti kriteria pada siklus II ini pada mata pelajaran matematika sudah banyak mengalami kemajuan dan hampir memenuhi target walaupun masih harus dan bisa ditingkatkan lagi sesuai dengan yang diharapkan, yaitu siswa yang mendapat nilai 60 keatas sebesar 85 % atau lebih.
2) Refleksi
Pada akhir siklus II diperoleh hasil belajar siswa belum memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Berdasarkan hasil pengamatan guru teman sejawat terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dari keseluruhan yang diamati yaitu :
a) Guru perlu mengoptimalkan dalam memotivasi dan membangun minat siswa terhadap pelajaran matematika;
b) Guru mempertegas dalam pembagian tugas dalam kelompok belajar;
c) Guru kurang memperhatikan pemahaman pada siswa tentang pentingnya kerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan suatu masalah.
d) Guru belum optimal dalam menanamkan prinsip cara mengkonstruksi sebuah pemahaman pada anak, yaitu dengan mengaitkan peristiwa dan pengalaman-pengalaman yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran yang kurang memuaskan hasilnya itu juga disebabkan oleh siswa itu sendiri, yaitu :
a) Sebagian siswa belum memahami hakikat dan strategi dari pembelajaran yang diikuti;
b) Dalam kegiatan pembelajaran, siswa banyak yang ribut dan tidak memperhatikan penjelasan guru;
c) Siswa kurang aktif dalam diskusi kelompok, tanya jawab, maupun kegiatan lain yang seharusnya dilakukan siswa.
Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan-perbaikan lagi yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yakni pada siklus III.
c. Siklus III
Pelaksanaan siklus III mata pelajaran Matematika dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 20 Mei 2010 diikuti oleh 27 siswa kelas IV yang terdiri dari 14 laki-laki dan 13 anak perempuan.
1) Hasil Belajar Siswa
Data dari tes akhir pada siklus III menunjukkan bahwa siswa memperoleh nilai 60 ke atas pada mata pelajaran matematika sebanyak 25 siswa atau
92,59 %. Ini berarti kriteria pada siklus III ini baik mata pelajaran matematika sudah banyak mengalami kemajuan dan sudah memenuhi target yang diharapkan, yaitu siswa yang mendapat nilai 60 keatas sebesar 85 % atau lebih, dan hasil yang diperolehnya telah sesuai dengan target yang diharapkan.
b) Refleksi
Pada akhir siklus III diperoleh hasil belajar siswa sudah memenuhi kriteria keberhasilan (KKM) yang ditetapkan. Berdasarkan hasil pengamatan guru teman sejawat terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif learning pada siklus III sudah lebih baik dari siklus II, dan terjadi peningkatan hasil belajar siswa yakni sudah memenuhi apa yang diharapkan, karena terbukti hasil yang dicapai siswa pada mata pelajaran matematika dengan nilai lebih dari 60 sebanyak 25 siswa dari jumlah siswa keseluruhan yaitu 27 anak atau mencapai 92,59 %.
Hal ini menunjukkan bahwa peranan guru dalam proses pembelajaran bukan hanya sebagai pengajar, tetapi lebih ditekankan sebagai fasilitator. Guru memfasilitasi siswa untuk berhasil dengan memberikan motivasi, dorongan dan pendampingan dalam kegiatan pembelajaran.
BAB V
KESIMPULAN, SARAN DAN TINDAK LANJUT
A. Kesimpulan
Penelitian tindakan kelas beserta pembahasannya yang dilakukan guru di kelas IV SDN 1 Panggungrejo dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif learning telah dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa untuk meraih prestasi, maka peranan guru menjadi sangat penting yaitu sebagai motivator dan fasilitator. Hal ini ditunjukkan oleh hasil belajar siswa pada penelitian tindakan kelas ini, yaitu :
Tabel 7 : Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika
Siklus Peningkatan Nilai Siswa 60 (%)
Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Siklus I ke Siklus II 25,93 % 10,45
Siklus II ke Siklus III 18,52 % 12,96
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa motivasi dan hasil belajar meningkat.
B. Saran dan Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka disarankan :
1. Bahwa dengan menggunakan model pebelajaran kooperatif learning dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan di sekolah guna meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Hendaknya guru selalu dapat mengembangkan metode pembelajaran yang menarik dan kreatif yang banyak melibatkan siswa sebagai upaya pengekspresian dari diri siswa, dan seyoyanya guru lebih dapat mamainkan peran guru sebagai motivator dan fasilitator.
PKP UT IPS KELAS IV SD Oleh Siti Fatimah
LAPORAN PRAKTEK
PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL
MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INTERAKTIF PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV SD NEGERI 1 PANGGUNGREJO
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah PDGK4501 Pemantapan Kemampuan Profesional
Disusun Oleh :
SITI FATIMAH
NIM 817368087
PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UPBJJ-UT BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2010
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
LAPORAN HASIL PERBAIKAN
MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)
Nama Mahasiswa : SITI FATIMAH
NIM : 817368087
Program Studi : S 1 PGSD
Tempat Mengajar : SD Negeri 01 Panggungrejo Kec. Sukoharjo
Jumlah Pembelajaran : 3 x Pertemuan
Tempat dan Tanggal Pelaksanaan : SD Negeri 01 Panggungrejo Kec. Sukoharjo
Siklus 1, Hari Rabu Tanggal 28 April 2010
Siklus 2, Hari Rabu Tanggal 12 Mei 2010
Siklus 3, Hari Rabu Tanggal 19 Mei 2010
Masalah yang Merupakan Fokus Perbaikan :
1. Metode pembelajaran kurang variatif
2. Rendahnya minat belajar siswa dalam pembelajaran IPS
3. Hasil belajar siswa rendah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberadaan guru dalam pelaksanan pembelajaran di kelas amatlah menentukan akan berhasil dan tidaknya mengantarkan anak didik mengubah perilaku dan pengalaman belajarnya. Keberhasilan itu hanya akan ditentukan oleh kepiawaian guru dalam menerapkan metode, strategi, pendekatan, pemberian motivasi, umpan balik dan pemahaman secara komprehensif terhadap karakteristik siswa. Banyak metode dan model pembelajaran yang biasa dipakai oleh guru untuk menyampaikan pelajaran kepada anak didiknya. Mengingat karakter maupun jenis informasi yang dimiliki oleh setiap mata pelajaran itu tidak sama, maka tidak ada satu metode yang baik untuk semua mata pelajaran, demikian pula tidak ada satu metode yang buruk untuk semua mata pelajaran.
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) termasuk salah satu mata pelajaran yang terbilang sulit. Hal ini terbukti ketika rapat guru dilangsungkan di sekolah dari tahun ke tahun dapat diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa selalu menduduki rangking terbawah. Menurut pengamatan penulis terdapat beberapa faktor yang menyebabkan nilai IPS selalu kurang baik yaitu :
1. IPS selalu menuntut penguasaan konsep dan fakta yang berupa hafalan siswa, sementara siswa kurang berminat untuk materi hafalan;
2. Luasnya cakupan materi pelajaran IPS dari tingkat keluarga sampai dunia dan seisinya, sehingga anak sering menganggapnya sebagai mata pelajaran yang membosankan;
3. Banyaknya fakta dan konsep IPS yang berkembang terus sesuai keadaan jaman, sehingga menyebabkan IPS sebagai mata pelajaran yang rumit, bertele-tele, dan menyebalkan.
Dari data di lapangan ditemukan bahwa hasil pembelajaran IPS kelas IV dari 27 siswa yang mendapat nilai ≥ 60 sebanyak 12 siswa atau sekitar 44 %. Rendahnya hasil belajar siswa ini merupakan masalah pembelajaran yang harus segera direrspon. Jalan terbaik mengatasinya adalah dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), karena PTK identik dengan pelaksanaan penelitian melalui langkah siklus, dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu : Perencanaan (planning), Pelaksanaan (acting), Pengamatan (observing) dan Refleksi (reflecting) (Suharsini Arikunto, 2006). Dengan tahapan yang seperti ini diharapkan masalah-masalah pembelajaran dapat dicari solusinya.
Adapun data nilai yang ditemukan sebagaimana terpampang pada tabel berikut:
Tabel 1 : Rentang Nilai Pra Siklus Mata Pelajaran IPS Kelas IV SD Negeri 1 Panggungrejo Kecamatan Sukoharjo
NO INTERVAL JUMLAH SISWA PROSENTASE
1 ≤ 40 4 14,81 %
2 41 – 50 5 18,51 %
3 51 – 60 8 29,62 %
4 61 – 70 7 25,92 %
5 71 – 80 3 11,11 %
6 81 – 90 0 0
7 91 - 100 0 0
Sumber : Data Nilai Kelas
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian perbaikan ini sebagai berikut :
Apakah metode Interaktif dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Panggungrejo Tahun Pelajaran 2009/2010?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan implementasi metode interaktif dalam pembelajaran Imu Pengetahuan Sosial di SD Negeri 1 Panggungrejo Kelas IV Tahun Pelajaran 2009/2010.
2. Mengetahui minat dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui Metode Interaktif di SD Negeri 1 Panggungrejo Kelas IV Tahun Pelajaran 2009/2010.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Suatu penelitian tentunya diharapkan mempunyai kegunaan atau manfaat bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi Guru
Membantu guru dalam usaha menemukan bentuk pembelajaran dan sebagai bahan masukan untuk mengetahui bahwa Metode Interaktif merupakan salah satu bentuk upaya dalam kegiatan pembelajaran yang memungkinkan dapat menambah atau meningkatkan minat dan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
2. Bagi Lembaga yang Diteliti
Penelitian dapat dijadikan sebagai tolak ukur serta inovasi dalam pengelolaan pendidikan di sekolah, serta sebagai motivasi untuk kemajuan dan perkembangan pendidikan di sekolah, selain itu juga sebagai suatu usaha dalam rangka mencapai tujuan kurikulum seperti yang telah dirumuskan dalam kurikulum sekolah.
3. Bagi Siswa
Memotivasi siswa yang dimungkinkan dapat mendorong peningkatan minat, motivasi dan hasil belajar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Minat Belajar
Kata minat, menurut Slameto adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat yang ada. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan jika mereka bebas memilih apa yang mereka kehendaki. Jika mereka melihat bahwa sesuatu itu menguntungkan pada dirinya maka akan timbullah minat untuk melakukannya.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, minat merupakan kecenderungan seseorang untuk memilih atau menolak suatu kegiatan. Sebetulnya apa yang dicari atau ditolak bukan hanya kegiatan saja, melainkan juga benda, orang ataupun situasi. Suatu objek yang ada kaitannya dengan diri seseorang baik berupa kegiatan, benda, orang maupun situasi akan menyebabkan seseorang memusatkan perhatian untuk melanjutkan melakukan aktivitas terhadap objek.
B. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang telah dicapai seseorang setelah ia mengalami proses belajar, dengan terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan atau yang dilaluinya. Penilaian hasil belajar perlu dilakukan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana tujuan untuk instruksional yang telah diajarkan dalam kegiatan pembelajaran yang telah dikuasai siswa.
Keberhasilan dalam belajar perlu dinilai, hal ini sesuai dengan pendapat Nana Sudjana dan Hetwijis Vera Visana (2001 : 7) yang menyatakan bahwa : “penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu”. Suharsini Arikunto (1997:282) ia menyatakan bahwa : “Bagi seorang siswa nilai merupakan cermin dari keberhasilan belajar. Namun bukan hanya siswa sendiri yang memerlukan cermin keberhasilan belajar, guru dan orang lainpun memerlukannya”.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut ditinjau dari sudut peristiwa yang terjadi pada sitem psichophisis seseorang yang melakukan belajar berarti suatu proses bekerjanya sistem urat saraf dimana berbagai perubahan terjadi didalamnya.
Ditinjau dari sikap individu dalam menghadapi objek yang dipelajari, belajar adalah suatu kegiatan menyusun dan mengatur lingkungn dengan sebaik-baiknya, sehingga lingkungan tersebut terserap oleh individu yang bersangkutan. Jika ditinjau dari segi kegiatannya, belajar adalah suatu kegiatan untuk memmperoleh kebiasaan-kebiasaan, pegetahuan dan pengembangan tertentu dari sikap-sikap bagi orang yang melakukannya.
C. Pengertian Metode Interaktif
Kata interaktif berarti pengaruh timbal balik dan saling mempengaruhi. Metode interaktif dalam prakteknya identik dengan metode tanya jawab. Bertanya dan menjawab biasa dilakukan oleh orang jika terdapat ketidaktahuan atau ketidak pahaman akan sesuatu peristiwa. Dalam proses pembelajaran, tanya jawab dijadikan salah satu mertode untuk menyampaikan materi pelajaran dengan cara guru bertanya kepada peserta didik atau peserta didik bertanya kepada guru.
Metode interaktif (tanya jawab) adalah cara penyajian pelajaran dalam proses belajar mengajar melalui interaksi dua arah (two way traffic) dari guru ke peserta didik atau dari peserta didik kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi melalui jawaban lisan guru atau peserta didik.
Dalam metode interaktif, guru dan siswa sama-sama aktif. Guru sebaiknya mampu member dorongan dan rangsangan pada siswa untuk bias menjadi aktif dan keaktifannya jangan sampai hanya tergantung dari keaktifan guru. Sifat dan rasa ingin tahu anak usia SD harus didorong dan ditumbungkembangkan dan sekaligus mendapat penyaluran yang wajar.
Metode interaktif atau Tanya jawab nampaknya amat sesuai dan serasi dengan karakteristik mata pelajaran IPS yang menuntut banyak penguasaan konsep dan pendalam materi melalui hapalan. Sementara dengan bertanya jawab secara interaktif ini akan mampu menggali potensi daya ingat siswa yang kurang mendalam. Dengan demikian metode tanya jawab interaktif sangat membantu siswa dalam penguasaan materi yang dipelajari.
BAB III
RENCANA DAN PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN
1. Identifikasi masalah :
a. Rendahnya minat belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Pannggungrejo dalam pembelajaran pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
b. Hasil belajar siswa pada kelas tersebut cenderung pasif.
c. Siswa belum menguasai konsep pentingnya koperasi.
2 Analisis masalah :
Dalam menganalisis masalah ini berangkat identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, yaitu :
a. Rendahnya minat belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Panggungrejo dalam pembelajaran pentingnya koperasi. Hal ini dapat dianalisis sebagai berikut :
1) Guru dalam menjelaskan materi kepada anak terlalu cepat
2) Guru dalam menjelaskan materi tersebut tidak disertai contoh secara mendetail
3) Guru kurang memberikan latihan dan contoh
4) Guru tidak menggunakan alat peraga yang sesuai
5) Guru menggunakan metode dan model pembelajaran kurang sesuai
b. Hasil belajar siswa pada kelas tersebut cenderung pasif
1) Guru tidak melibatkan siswa dalam pembelajaran secara aktif
2) Guru kurang terampil dalam menggali kemampuan siswa
3) Guru kurang menguasai dalam mendemontrasikan alat peraga
4) Guru dalam menyampaikan materi kurang menarik
5) Guru kurang mampu menguasai kelas
c. Siswa belum menguasai konsep pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
1) Guru kurang memberikan latihan pada siswa mengenai konsep pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
2) Siswa kesulitan dalam memahami konsep pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
3) Guru kurang memberikan latihan pada siswa dalam pembelajaran konsep pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
3. Perumusan Masalah :
Bagaimana meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS konsep pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kelas IV SD Negeri 1 Panggungrejo melalui metode interaktif?
4. Rencana Perbaikan
Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana tersebut di atas, maka disusunlah sebuah perencanaan perbaikan pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk rencana perbaikan pembelajaran (RPP). Dalam merancang tindakan perbaikan yang dilakukan penulis telah mengikuti prosedur dan tata aturan yang umum dan logis, yaitu (a) mengacu pada teori yang relevan, (b) bertanya kepada ahli terkait, (c) membaca referensi yang relevan, dan (d) berkonsultasi dengan supervisor. Adapun format lengkap Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang berisi rencana perbaikan pembelajaran mata pelajaran matematika dalam konsep simetri lipat di Kelas IV SD Negeri 1 Panggungrejo Tahun Pelajaran 2009/2010 sebagaimana terlampir.
B. PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 1 Panggungrejo Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Lampung. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama kurang lebih satu bulan yaitu mulai tanggal 20 April 2010 sampai dengan 20 Mei 2010, dengan 6 jam pelajaran (3 kali pertemuan). Siswa yang menjadi subjek penelitian ini berjumlah 27 orang siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti (guru bidang study), seorang obsever, dan kepala sekolah sebagai penanggung jawab. Adapun jadwal penelitian ini adalah :
Tabel 2 : Jadwal penelitian perbaikan pembelajaran IPS :
Hari Tanggal Jam Ke Mata Pelajaran Keterangan
Selasa 27-04-2010 3 - 4 IPS Pembelajaran Orientasi (Pra Siklus)
Selasa 11-05-2010 3 - 4 IPS Pembelajaran Perbaikan 1
Senin 17-05-2010 3 - 4 IPS Pembelajaran Perbaikan 2
Rabu 19-05-2010 5 - 6 IPS Pembelajaran Perbaikan 3
Sumber : Jadwal Penelitian Perbaikan Pribadi
2. Prosedur Pelaksanaan Perbaikan (Per Siklus)
Pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran ini melalui langkah siklus sebanyak dua siklus, dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu : Perncanaan (planning), Pelaksanaan (acting), Pengamatan (observing) dan Refleksi (reflecting) (Suharsini Arikunto, 2006).
a. Perencanaan
1) Menyusun jadwal mengajar
2) Membuat perangkat pembelajaran
3) Menyusun skenario pembelajaran sesuai dengan materi yang akan disampaikan
4) Mempersiapkan media pembelajaran yang akan dipergunakan dalam kegiatan pembelajaran
5) Mempersiapkan lembar observasi dan catatan lapangan
b. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan pelaksanaan dari tahap perencanaan, yang meliputi :
1) Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai;
2) Guru memotivasi siswa agar belajar dengan mengintensifkan penggunaan alat peraga;
3) Guru menyampaikan materi yang telah ditentukan dan mengefektifkan interaktif dan tanya jawab, diskusi, demonstrasi serta pemberian tugas;
4) Guru bersama teman sejawat mengamati proses kegiatan pembelajaran dengan demonstrasi alat peraga yang disiapkan;
5) Setiap anak diminta menyebutkan tujuan, manfaat, jenis-jenis koperasi, melalui alat peraga yang disiapkan;
6) Anak diminta mennyebutkan arti lambang koperasi dan peranannya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
7) Guru bertyanya jawab dengan siswa mengenai loperasi dan peranannya;
8) Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi dan pengamatannya;
9) Guru memberikan tes tertulis secara individu di akhir siklus;
10) Siswa yang mendapat nilai kurang dari 60 dan rata-rata nilai yang kurang dari ketentuan mnimal, maka dilakukan perbaikan dan yang sudah tuntas diberikan tambahan sebagai pengayaan.
c. Pengamatan/Pengumpulan Data
Dalam pengamatan penelitian tindakan kelas ini peneliti bekerja sama dengan guru (teman sejawat) yaitu seorang guru dari SD Negeri 1 Panggungrejo, yang bertugas mengamati selama proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan ini dituangkan dalam catatan lapangan yang telah dipersiapkan.
Tabel 3 : Lembar Pengamatan Perbaikan Pembelajaran
No Aspek yang diobservasi
Kemunculan Komentar
Ada Tidak Ada
1 Penjelasan konsep oleh guru √ Cukup
2 Pemberian contoh √ Cukup
3 Pemberian latihan √ Cukup
4 Penggunaan alat peraga √ Kurang maksimal
5 Penggunaan metode mengajar
• Ceramah
• Tanya jawab
• Demonstrasi
• Latihan/Penugasan
√
√
√
√
Terlalu panjang
Tidak terkonsep
Kurang maksimal
Cukup
6 Penguasaan konsep/hasil belajar √ Cukup
7 Aktivitas siswa √ Kurang
8 Pengorganisasian materi (sistematis, logis) √ Cukup
9 Pemilihan sumber/media pembelajaran √ Baik
10 Kejelasan skenario pembelajaran (kegiatan awal, inti, penutup) √ Baik
11 Kesesuaian teknik strategi dengan tujuan pembelajaran √ Baik
12 Kelengkapan instrumen (soal, kunci, pedoman penskoran) √ baik
Beri tanda chek (√) pada kolom ada / tidak ada
d. Refleksi
Refleksi ini merupakan kegiatan dalam menganalisis, memahami dan membuat kesimpulam berdasarkan hasil pengamatan dan catatan lapangan. Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil tes dan observasi, serta menentukan perkembangan kemajuan dan kelemahan yang terjadi, sebagai dasar perbaikan pada siklus berikutnya.
Pada siklus II, pelaksanaannya berdasarkan refleksi dari siklus I dan pelaksanaannya pun sama, yaitu terdiri dari empat tahap pelaksanaan : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Namun dalam proses kegiatan pembelajaran siklus II ini telah banyak ditemukan kelemahan-kelemahan apada siklus I dan di sini diadakan perbaikan.
Pada siklus III, pelaksaannya berdasarkan refleksi dari siklus II dan pelaksanaannya pun sama, yaitu terdiri dari empat tahap pelaksanaan : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Namun dalam proses kegiatan pembelajaran siklus III ini telah banyak dilakukan penyempurnaan-penyempurnaan dari kelemahan-kelemahan pada siklus II. Jadi pada silkus ini merupakan siklus pamungkas dalan pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
C. Hal-hal yang Unik
Hal-hal unik yang muncul selama pelaksanaan perbaikan pembelajaran sehingga menampilkan suasana kelas yang berbeda di antaranya :
1. Kedatangan dua orang tamu yaitu mahasiswa dan guru pengamat sekaligus ke dalam kelas membuat semua siswa terlihat tegang. Perhatian semua siswa tertuju ke depan kelas, tanpa ada seorangpun siswa yang berani melihat ke kanan dan ke kiri apalagi menpleh ke belakang. Tetapi setelah diinformasikan maksud dan tujuan kedatangan kedua tamu tersebut, siswa baru terlihat agak tenang.
2. Tercatat ada 5 (lima) siswa yang unik yaitu 2 (dua) siswa yang amat bandel dan cari perhatian tapi tergolong pintar. Dua orang siswa lagi tercatat pendiam tapi tidak bisa membaca dan menulis, dan satu siswa lagi yang tergolong unik bahwa ia bisa membaca tapi tidak bisa menulis.
3. Suasana kelas cenderung pasif, karena mereka banyak yang diam. Ditanya tidak mau menjawab, apalagi disuruh bertanya, mereka diam seribu basa.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Hasil/Temuan yang Diperoleh
Pada setiap akhir pembelajaran siklus I, II, dan III, selalu diadakan tes evaluasi dan pengamatan. Hasil tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel yang memuat isi keseluruhan hasil / temuan yang diperoleh selama melaksanakan penelitian. Hasil tersebut diperoleh dari catatan-catatan peneliti sendiri dan catatan-catatan guru pendamping atau teman sejawat.
Tabel 4 : Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
NO. NAMA SISWA SIKLUS
I II III
1 Basuki 60 67 79
2 Ahmad fatoni 62 70 80
3 Andian 52 60 70
4 Doni S. 40 55 65
5 Denni Firmanto 70 79 85
6 Ferdi 63 72 84
7 Sumita 65 74 86
8 Bagus susilo 34 45 56
9 Tri Widodo 45 55 66
10 Saiful anam 50 60 71
11 Firmansyah 71 74 84
12 Aji Supardi 55 65 74
13 Dian Saputa 52 60 71
14 Bayu Saputram 50 55 70
15 Khairul Anam 74 81 92
16 Aristantiningsih 61 71 84
17 Puji Lestari ‘ 65 74 87
18 Fauziah 36 46 55
19 Anikmah 35 44 54
20 Rosidah 48 55 65
21 Evi Rianti 60 70 81
22 Tiara Mukti 56 72 84
23 Ernawati 46 55 65
24 Susi Susanti 65 74 84
25 Sumiati 56 66 76
26 Sindi auliah 55 61 72
27 Anis Safitri 75 84 95
Jumlah 1545 1741 2032
Rata-rata 57,22 64,48 75,25
Sumber : Data Nilai Kelas
2. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui metode interaktif pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Panggungrejo Kecamatan Sukoharjo dapat dilihat dari hasil ulangan yang dilaksanakan dalam pembelajaran pada siklus I sampai siklus III dapat disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 5 : Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetaahuan Sosial
Siklus Jumlah Nilai 60
Jumlah Nilai Rata-rata
Jumlah Siswa Prosentase
I 27 12 44,44 % 1545 57,22
II 27 19 70,37 % 1741 64,48
III 27 24 88,88 % 2032 75,25
Sumber : Data Nilai Kelas
B. Pembahasan
1. Siklus I
Pelaksanaan siklus I mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada hari Selasa tanggal 27 Mei 2010 diikuti oleh 27 siswa kelas IV yang terdiri dari 14 laki-laki dan 13 anak perempuan. Pertemuan ini berlangsung selama 1 x pertemuan (2 x 35 menit).
a. Hasil Belajar Siswa
Data dari tes akhir pada siklus I menunjukkan bahwa siswa memperoleh nilai 60 ke atas pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sebanyak 12 siswa atau 44,44 %. Ini berarti kriteria pada siklus I ini pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial belum memenuhi target bahkan masih jauh dari yang diharapkan, yaitu siswa yang mendapat nilai 60 keatas sebesar 85 % atau lebih.
b. Refleksi
Pada akhir siklus I diperoleh hasil belajar siswa belum memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Berdasarkan hasil pengamatan guru teman sejawat terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dari keseluruhan yang diamati yaitu :
1) Guru belum optimal dalam membangkitkan minat siswa untuk belajar;
2) Guru kurang tegas dalam pembagian kelompok belajar;
3) Guru kurang memperhatikan pemahaman pada siswa tentang pentingnya kerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan suatu masalah.
4) Guru belum optimal dalam menanamkan prinsip cara mengkonstruksi sebuah pemahaman pada anak.
Pembelajaran yang kurang memuaskan hasilnya itu juga disebabkan oleh siswa itu sendiri, yaitu :
1) Sebagian siswa belum memahami hakikat dari pembelajaran yang diikuti;
2) Dalam kegiatan pembelajaran, siswa banyak yang ribut dan tidak memperhatikan penjelasan guru;
3) Siswa kurang aktif dalam diskusi kelompok, tanya jawab, maupun kegiatan lain yang seharusnya dilakukan siswa.
Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan-perbaikan yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yakni pada siklus II.
2. Siklus II
Pelaksanaan siklus II mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dimulai hari Senin tanggal 17 Mei 2010. Pertemuan ini berlangsung selama 2 x 35 menit.
a. Hasil Belajar Siswa
Data dari tes akhir pada siklus II menunjukkan bahwa siswa memperoleh nilai 60 ke atas pada mata pelajaran matematika sebanyak 20 siswa dari 27 siswa atau 74,07 %. Ini berarti kriteria pada siklus II ini pada mata pelajaran matematika sudah banyak mengalami kemajuan dan hampir memenuhi target walaupun masih harus dan bisa ditingkatkan lagi sesuai dengan yang diharapkan, yaitu siswa yang mendapat nilai 60 keatas sebesar 85 % atau lebih.
b. Refleksi
Pada akhir siklus II diperoleh hasil belajar siswa belum memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Berdasarkan hasil pengamatan guru teman sejawat terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dari keseluruhan yang diamati yaitu :
1) Guru perlu mengoptimalkan dalam memotivasi dan membangun minat siswa terhadap pelajaran matematika;
2) Guru mempertegas dalam pembagian tugas dalam kelompok belajar;
3) Guru kurang memperhatikan pemahaman pada siswa tentang pentingnya kerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan suatu masalah.
4) Guru belum optimal dalam menanamkan prinsip cara mengkonstruksi sebuah pemahaman pada anak, yaitu dengan mengaitkan peristiwa dan pengalaman-pengalaman yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran yang kurang memuaskan hasilnya itu juga disebabkan oleh siswa itu sendiri, yaitu :
1) Sebagian siswa belum memahami hakikat dan strategi dari pembelajaran yang diikuti;
2) Dalam kegiatan pembelajaran, siswa banyak yang ribut dan tidak memperhatikan penjelasan guru;
3) Siswa kurang aktif dalam diskusi kelompok, tanya jawab, maupun kegiatan lain yang seharusnya dilakukan siswa.
Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan-perbaikan lagi yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yakni pada siklus III.
3. Siklus III
Pelaksanaan siklus III mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 19 Mei 2010 diikuti oleh 27 siswa kelas V yang terdiri dari 14 laki-laki dan 13 anak perempuan.
a. Hasil Belajar Siswa
Data dari tes akhir pada siklus III menunjukkan bahwa siswa memperoleh nilai 60 ke atas pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sebanyak 24 siswa dari 27 siswa atau 88,88 %. Ini berarti kriteria pada siklus III ini sudah banyak mengalami kemajuan dan sudah memenuhi target yang diharapkan, yaitu siswa yang mendapat nilai 60 keatas sebesar 85 % atau lebih, dan hasil yang diperolehnya telah sesuai dengan target yang diharapkan.
b. Refleksi
Pada akhir siklus III diperoleh hasil belajar siswa sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Berdasarkan hasil pengamatan guru teman sejawat terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan metode interaktif pada siklus III sudah lebih baik dari siklus II, dan terjadi peningkatan hasil belajar siswa yakni sudah memenuhi apa yang diharapkan, karena terbukti hasil yang dicapai siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan nilai lebih dari 60 sebanyak 24 siswa dari jumlah siswa keseluruhan yaitu 27 anak atau mencapai 88,88 %.
Hal ini menunjukkan bahwa peranan guru dalam proses pembelajaran bukan hanya sebagai pengajar, tetapi lebih ditekankan sebagai fasilitator. Guru memfasilitasi siswa untuk berhasil dengan memberikan motivasi, dorongan dan pendampingan dalam kegiatan pembelajaran.
BAB V
KESIMPULAN, SARAN DAN TINDAK LANJUT
A. Kesimpulan
Penelitian tindakan kelas beserta pembahasannya yang dilakukan guru di kelas IV SD Negeri 1 Panggungrejo dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui metode interaktif telah dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa untuk meraih prestasi, maka peranan guru menjadi sangat penting yaitu sebagai motivator dan fasilitator. Hal ini ditunjukkan oleh hasil belajar siswa pada penelitian tindakan kelas ini, yaitu :
Tabel 6 : Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Siklus Peningkatan Nilai Siswa 60 (%)
Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Siklus I ke Siklus II 25,93 % 7,26
Siklus II ke Siklus III 18,51 % 10,77
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa inat dan hasil belajar meningkat.
B. Saran dan Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka disarankan :
1. Bahwa dengan menggunakan metode interaktif dapat menjadi salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat diterapkan di sekolah terutama mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial guna meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Hendaknya guru selalu dapat mengembangkan metode pembelajaran yang menarik dan kreatif yang banyak melibatkan siswa sebagai upaya pengekspresian dari diri siswa, dan seyogyanya guru lebih dapat mamainkan peran guru sebagai motivator dan fasilitator.
Subscribe to:
Comments (Atom)