#Attribution1 { height:0px; visibility:hidden; display:none }

Saturday, April 14, 2012

PENGERTIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI


         Pengertian Kemampuan Komunikasi
Oleh Kabul Rifai*
Pengertian kemampuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993: 522) adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Anak yang mengalami kelainan pendengaran akan mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasa, sedangkan kemampuan berbahasa menentukan kemampuan berbicara, hal ini dialami oleh anak tuna rungu wicara. Dengan demikian proses pembelajaran bahasa bagi anak tuna rungu wicara sangat diperlukan agar mereka bisa meningkatkan kemampuan bekomunikasi.
Pengertian komunikasi menurut Riyono Praktiko (1990: 21) bahwa “Komunikasi adalah suatu pernyataan antara manusia yang bersifat umum dengan menggunakan lambang yang dimengerti”. Sedangkan pengertian komunikasi menurut Onong Uehjena Effendi (1988: 6) bahwa “komunikasi adalah penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk mengubah sikap, pendapat atau pikiran, baik langsung secara lisan maupun tidak langsung”. Dijelaskan lebih lanjut upaya mengubah pikiran adalah misalnya, yang asalnya tidak tau menjadi tau, yang semula tidak mengerti menjadi mengerti, yang tadinya bodoh menjadi pintar. Upaya mengubah perasaan umpamanya yang tadinya sedih menjadi gembira, yang semula marah menjadi tenang. Upaya mengubah perilaku dicontohkan yang semula malas menjadi rajin. Selain itu sebuah komuniksai akan terjadi apabila seseorang dapat menangkap pesan dari orang yang menyampaikan pesan tersebut.


 
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi adalah kecakapan atau kesanggupan penyampaian pesan, gagasan, atau pikiran kepada orang lain dengan tujuan orang lain tersebut memahami apa yang dimaksudkan dengan baik, secara langsung lisan atau tidak langsung.
Berkomunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan setiap orang. Komunikasi banyak bentuknya, salah diantaranya adalah dengan komunikasi verbal. Pada kenyataanya komunikasi verbal lebih sering digunakan dari pada komunikasi non verbal.
Komunikasi verbal merupakan karakteristik khusus dari manusia. Sebab tidak ada makhluk yang bisa bermacam-macam arti melalui kata-kata. Kata-kata dapat digunakan individu untuk menyatakan ide yang beragam serta komprehensip dan tepat. Kata-kata memungkinkan menyatakan perasaan yang dapat dibaca  orang lain untuk waktu yang lama.
Komunikasi verbal dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
1)       Komunikasi Lisan
a)      Pengertian
Komunikasi lisan dapat diartikan sebagai suatu proses dimana seorang pembicara berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku penerima.
Kemampuan berkomunikasi secara lisan merupakan penyampaian yang melibatkan aspek berbahasa, bicara, suara, dan irama dengan mengandalkan kemampuan berfikir, mengartikan perasaan orang, menghayati keadaan, kemampuan untuk mengekspresikan sehingga dapat menyampaikan perasaan, kehendak, pikiran, dan pesan dengan rangkaian kaidah bahasa yang sesuai dengan aturan tata bahasa yang dituturkan oleh alat bicara.
Kemampuan komunikasi pada anak tuna rungu dapat dilihat dari kemampuan berfikirnya, kemampuan mengartikan perasaan orang lain, kemampuan ikut menghayati keadaan yang sedang terjadi dan kemampuan mengekspresikan perasaan pendapat dan perasaan lewat bahasa. Kaidah-kaidah bahasa disusun menjadi suatu kalimat susuai dengan aturan tata bahasa yang benar yang dituturkan melalui alat bicara sehingga sebagai pengatur bunyi, sehingga sebuah pikiran, perasaan, dan pesan yang ingin disampaikan dapat terungkap. Peristiwa penyampaian maksud, ide, pikiran, isi hati seseorang kepada orang lain dengan mengguankan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain merupakan peristiwa bicara atau berkomunikasi lisan.
Sebagai akibat kemiskinan kosakata dan bahasa anak menjadi egosentris, maka timbulah kesulitan dalam berkomunikasi baik untuk anak itu sendiri ataupun baqgi orang lain yang ingin berhubungan dengan anak tuna rungu. Sebagai salah satu usaha untuk memecahkan kesulitan dalam hambatan komunikasi tersebut diperlukan suatu usaha pembinaan melalui program latihan atau program pengajaran disekolah.
Bahasa terdiri dari konsep-konsep dan tata bahasa atau simbol, oleh sebab itu untuk menanamkan pengertian pada anak tuna rungu diperlukan dua hal yaitu konsep atau ide dan hubungan antara konsep dan simbol. Dengan berkomunikasi anak tuna rungu dapat melahirkan perasaan, kehendak, dan pikirannya, secara lisan pada orang lain dan pemakaian bahasa lisan dapat diperjelas dengan adanya lagu atau intonsi, nada, dan tekanan pada kalimat yang disertai dengan mimik dan pento mimik.
Dengan demikian komunikasi lisan merupakan penyampaian melibatkan aspek bahasa, bicara, suara dan irama dengan mengendalikan kemampuan pikir, mengartikan perasaan orang lain, menghayati keadaaan, dan kemampuan untuk mengekspresikan sehingga dapat menyampaikan perasaan, kehendak, pikiran dan pesan dengan merangakai bahasa melalui kalimat yang sesuai dengan aturan kata bahasa yang dituturkan alat bicara.
Persaratan yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi lisan adalah:
(1)     Faktor kebahasaan dalam komunikasi lisan:
(a)     Pelafalan atau pengucapan yang baik dan jelas dengan lafal baku sehingga perlu mengoreksi kesalahan kesalahan pengucapan fonem, pengucapan vokal maupun konsonannya.
(b)    Diksi atau pilihan kata, pilihan kata ini mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan dan bagaimana mengungkap ungkapan yang tepat.
(c)     Struktur kalimat yang digunakan dalam kalimat lisan secara formal adalah kalimat baku.
(d)    Intonas, suatu kalimat akan jelas maksudnya apabila diucapkan dengan lagu kalimat yang tepat. Intonasi ini penting artinya bagi anak tuna rungu sendiri untuk lebih memperjelas apa yang diucapkannya. (Lani Bunawan, 1994: 14)
(2)     Faktor non kebahasaan dalam komunikasi lisan
                  Faktor non-kebahasaan dalam komunikasi lisan meliputi:(a) Sikap wajar dan tenang, (b) pandangan terarah pada lawan bicara atau bagi anak tuna rungu adalah ke wajah, (c) gerak gerik atau mimik yang tepat, (d) volume suara, (e) kelancaran dan ketepatan.
b)      Sifat-sifat Komunikasi Lisan
Menurut Siti Rahayu Haditono (1991: 162) menyatakan bahwa komunikasi lisan memiliki sifat-sifat khusus yaitu:
a.       Produksinya menggunakan alat bicara, sedangkan penerimanya mengguankan indera pendengaran.
b.      Kecuali dalam komunikasi telepon atau lisan dalam kegelapan, pengirim dan penerima saling melihat wajah dan tubuh masing-masing.
c.       Kecuali dalam menerima komunikasi rekaman, pada dasarnya tidak ada jarak antara produksi dan penerimaan.
Dikatakan lebih lanjut oleh Siti Rahayu Haditono, komunikasi lisan memiliki ciri-ciri khusus atau ciri pokok yaitu dikatakan dan didengar serta situasi tatap muka.
Pada anak tuna rungu, komunikasi lisan terjadi dalam situasi tatap muka. Hal ini untuk memudahkan anak dalam menerima dan menangkap apa yang disampaikan orang lain. Terkadang anak tuna rungu tidak dapat mengerti apa yang dikatakan orang lain apabila tidak bertatap muka, sehingga apa yang dikatakan orang akan berbeda maksud dengan anak tuna rungu. Dengan bertatap muka anak tuna rungu dapat mengartikan maksud dan perkataan orang lain melalui indera penglihatannya yaitu dengan melihat ekspresi dan gerak bibir serta tingkah laku orang tersebut
Dengan demikian komunikasi lisan anak tuna rungu yang menyangkut bahasa, bicara, irama, serta pemahaman arti kata akan diterima dan ditangkap secara baik melalui situasi tatap muka.
2)       Komunikasi Tulisan
Menurut Arni Muhammad (1989: 98) menyatakan bahwa “komunikasi tulisan merupakan suatu proses dimana seseorang menyampaikan pesan dalam bentuk yang dituliskan pada kertas atau pada tempat yang bisa dibaca”
*Guru MI Miftahul Ulum Waringinsari Pringsewu Lampung

Thursday, April 12, 2012

TEKS KHUTBAH JUMAT (13 April 2012)


MERASAKAN MANISNYA IMAN
April 2012


لحمـد لله الد ي انعم علينا بنعمة الايما ن والاسلا م والا ستقا مة. نحمـده سبحـا نه وتعـا لى الدى ارزقـنا بزيا دة العـلم والسلا مة.
ا شهـد ان لا اله الا الله و حـد ه لا شر يك له  الملك الحق المبين. واشهـد ا ن محـمـدا عـبده  و ر سو له . المبـعـو ث  رحـمـة للعـا لمين . اللــهم صـل و سلـم و با رك عـلى سيد نا محمـد وعـلى اله واصحا به ومن تبعـهم بإحـسا ن الى يوم القـيامة.  ا ما بعـد . فـيا عـبا د الله ، اوصيكم ونفس بتقواالله , ا تقـواالله حق تقا ته ولا تمو تن   الا وانتم مسلمون.
Hadirin jamaah Jum’ah rahimakumullah.
Marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan takwa kita kepada Allah Swt. Seraya mengagungkan dan memuji asma-Nya, yang telah mengkaruniakan rahmat dan kasih sayang-nya kepada kita, sehingga kita masih diberi umur panjang dan diberi kekuatan untuk beribadah dan mengabdi kepada-Nya. Kita tingkatkan mahabbatullah wa mahabbatur rasul saw.

 
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ اْلإِيْمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ (رواه البخاري ومسلم

Artinya: Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, Nabi saw bersabda: “Tiga orang, siapa yang termasuk di dalamnya, maka ia menemukan manisnya iman. (1) Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada yang lainnya, (2) ia tidak mencintai seseorang melainkan karena Allah, dan (3) ia membenci kembali pada kekufuran, sebagaimana ia membenci bila dilemparkan ke api neraka.” (HR. Bukhari Muslim)
Dalam hadits di atas, Rasulullah saw menggunakan istilah ‘halawah’ (manis, lezat) untuk terminologi iman. Hal ini, menurut Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, menunjukkan bahwa seorang mukmin sangat menikmati akan keimanannya. Ibarat orang yang sakit, baginya madu terasa pahit, sedangkan bagi orang yang sehat, madu itu dirasakannya manis sesuai dengan aslinya. Setiap kali kesehatan seseorang berkurang, maka kekuatan pengecapnya pun akan berkurang. (al-Asqalani,1424 H/2004 M:I/77). Begitu pula, orang beriman, ia akan merasakan manisnya iman jika bersih hatinya dan sehat jiwanya. Adapun jika hati dan jiwanya kotor,
maka iman yang seharusnya manis dirasakannya pahit.
Sedangkan Syekh Abu Muhammad bin Abi Hamzah berpendapat bahwa penggunaan ‘halawah’ tersebut mengandung arti bahwa Allah swt menyerupakan iman dengan sebuah pohon, seperti dalam firma-Nya,
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh (menghunjam ke pitala Bumi) dan cabangnya (menjulang) ke langit.” (QS. Ibrahim,14:24)
Menurutnya, ‘kalimat’ dalam ayat di atas adalah ikhlas, pohonnya adalah pokok keimanan, cabang-cabangnya adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, daun-daunnya adalah sesuatu yang selalu dilakukan seorang mukmin yaitu kebaikan, dan buahnya adalah ketaatan. Puncaknya berujung pada buah yang matang. Dari buah inilah, rasa manis itu muncul.
Rasulullah saw mensinyalir tiga orang yang dapat merasakan manisnya iman. (1) orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi segalanya. Cinta di sini bukan berarti cinta syahwat (hawa al-nafs) yang semu melainkan cinta yang hakiki (al-hubb al-aqli).
Cinta yang hakiki selalu menempatkan akal dan hati sebagai barometer pertimbangan.

Bagaikan seorang pasien, ia akan memandang perlu untuk meminum obat atau jamu, meskipun itu pahit.
Ia berkeyakinan bahwa dengan obat atau jamu tersebut, penyakitnya akan segera sembuh. Begitu pula seorang yang beriman, ia akan tunduk dan patuh pada perintah Allah dan Rasul-Nya, meskipun hal itu begitu berat dirasakannya. Ia percaya bahwa segala sesuatu yang disyariatkan Allah dan Rasul-Nya mengandung kebaikan dan membawa dirinya pada kebahagiaan di dunia dan di akherat.Seorang mukmin yang merasakan manisnya iman akan secara totalitas menyerahkan semua kehidupannya untuk Allah dan Rasul-Nya. Ia menyadari bahwa Allah adalah Dzat Pemberi Nikmat dan Rasulullah adalah manusia pilihan yang ditugaskan untuk meyampaikan syariat-Nya. Karenanya, ia tidak mencintai kecuali apa yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Selanjutnya (2) ia tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah, dan tidak membencinya kecuali karena Allah. Ia yakin betul bahwa semua janji Allah dan ancaman-Nya adalah benar dan pasti adanya. Dengan demikian, orientasi hidupnya adalah untuk mencapai kebahagiaan akherat, yaitu surga. Oleh karena itu, (3) ia tidak mau kembali pada kekufuran, sebab hal itu akan mengakibatkannya terlempar ke api neraka. Kandungan hadits di atas dikuatkan oleh firman Allah swt,     

(Teks Arab : QS. At Taubah ayat 24)
                               
Artinya: Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." (QS. al-Taubah,9:24)
Hadirin jamaah Jum’ah rahimakumullah.
Seorang yang beriman akan menemukan manisnya iman jika ia mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi segalanya. Cinta kepada Allah sendiri, dari segi hukumnya, dapat dikelompokkan menjadi dua;

(1) wajib dan (2) sunnah. Cinta yang hukumnya wajib adalah cinta yang mendorong untuk melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-laranganNya, meskipun hawa nafsu menentangnya. Karenanya, seorang yang beriman dan totalitas dengan keimanannya, ia tidak mungkin terjerumus pada kemungkaran. Maka ketika ia terlena dan lupa sehingga tergelincir pada kubangan dosa, secara otomatis seorang yang beriman akan menyesali perbuatannya. Sebab ketika itu, sesungguhnya keimanannya sedang tiada. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi saw bersabda:
لاَ يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلاَ يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلاَ يَسْرِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ (رواه البخاري ومسلم)
Artinya: “Seorang tidak berzina ketika ia berzina jika ia dalam keadaan mukmin, dan seorang tidak meminum khamar ketika ia minum jika ia dalam keadaan mukmin…” (HR. al-Bukhari Muslim)
Adapun cinta kepada Allah yang hukumnya sunnah adalah senantiasa mengerjakan amalan-amalan sunnah dan menjauhi segala hal yang syubhat.

Begitu pula mencintai Rasulullah, ada yang wajib dan ada pula yang sunnah. Hanya saja, mencintai Rasulullah memberi pengertian bahwa seorang mukmin harus mengikuti jejak perilaku dan budi pekerti beliau sebagai manusia pilihan yang memiliki suri tauladan yang baik bagi umatnya. Pada hakekatnya, mencintai Allah dan Rasul-Nya merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Seorang yang mencintai Allah dituntut juga untuk mencintai Rasul-Nya, sebagaimana diisyaratkan dalam al-Qur’an:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya: “Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran,3:31)
Hadirin jamaah Jum’ah rahimakumullah.
Keimanan yang tertanam di dalam dada seorang mukmin adalah suatu karunia Allah yang sangat berharga. Keimananlah yang menghantarkan seorang manusia menuju keridhaan-Nya. Karenanya, manusia yang beriman tentu akan menjaga keimanannya tersebut serta berusaha meningkatkan kualitasnya.

Ia tidak akan rela jika keimanan tersebut lepas darinya. Karena hilangnya keimanan berarti kekufuran. Kekufuran inilah yang akan menjerumuskan seorang manusia ke jurang api neraka. Seorang yang telah merasakan manisnya iman akan membenci kekufuran, kendati kekufuran itu berasal dari orang tua atau karib kerabatnya. Sebab orang yang telah menjadikan kekufuran sebagai kawan akan jauh dari rahmat Allah swt. Dalam bidang akidah Islam bersikap tegas terhadap non-muslim,, tetapi dalam bidang muamalah, Islam tetap bersikap toleran untuk memperlakukan mereka dengan baik. Hal ini dijelaskan dalam al-Qur’an:
لاَ يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (الممتحنة: 8)
Artinya: “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. al-Mumtahanah, 60:8)              
Akhirnya kita berharap kepada Allah SWT mudah-mudahan kita diberi kekuatan dan istiqomah dalam menjalankan syariat-syariat-Nya, sehingga kita dapat memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Amin

بارك الله لي ولكم بالقران العظيم ونفعني واياكم بما فيه من الايات وذكرالحكيم وتقبل الله مني ومنكم    تلا وته انه هوالسميع العليم .
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والمؤمنين والمؤمنات  فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ


 

Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأََشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ؛
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى  سيدناإِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدناإِبْرَاهِيْمَ  . وَبَارِكْ عَلَى سيدنامُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سيدنا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى  سيدناإِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيدنا إِبْرَاهِيْمَ، في  العالمين إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ. وارحمنا معهم برحمتك ياارحم الراحمين
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.