Mengenal cirri-ciri khas Puisi Indonesia
Oleh : Kartika Septiarini, S.Pd.*
Oleh : Kartika Septiarini, S.Pd.*
1.
Periode 1920 – 1933
Puisi-puisi pada periode ini masih mewarisi corak puisi
lama mirip pantun dan syair. Hanya saja sampiran ditiadakan untuk menjadikan
puisisnya lebih intens. Corak puisi seperti syair tidak digunakan sebagai
cerita, namun digunakan sebagai pengungkap makna yang lebih padat.
2.
Periode 1933 – 1945
Dalam periode ini terjadi perkembangan yang cukup pesat
bagi dunia kepenyairan. Puisi-puisi pujangga baru, berbentuk baru, bukan
pantun, syair, atau gurindam, sebagai
berikut cirri-cinya :
1)
Bentuk atau struktur puisinya
mengikuti bentuk atau struktur puisi baru,seperti sonata, distichon, tersina, oktaf,
dan sebagainya
2)
Pilihan kata-katanya diwarnai
dengan kata-kata yang indah-indah, seperti : Dewangga, nan, kalem, mentari,
nian, kandil, nirmala, beta, pualam dan sebagainya.
3)
Kiasan yang banyak dipergunakan
adalah gaya
bahasa perbandingan
4)
Bebtuk atau struktur
larik-lariknya adalah simetris. Tiap larik biasanya terdiri dari duia periode.
Hal ini pengaruh puisi lama.
5)
Gaya ekspresi aliran romantic nampak dalam
pengucapan perasaan, pelukisdan alam yang indah tentram damai, dan keindahan
lainnya.
6)
Gaya puisinya diafan dan polos, sangat jelas,
dan lambing-lambangnya yang umum dugunakan.
7)
Rima (persajakan) dfijadikan
sarana kepuitisan.
3.
Periode 1945 – 1953
Periode 1945-1953 disebut angkatan 45. Konsepi angkatan
45 tertuang dalam surat
kepercayaan gelanggang yang menjadi pandangan pokok para pengarang angkatan 45.
Ada tiga pokok
yang terkandung dalam kepercayaan gelanggang itu, yakni: bahwa para sastrawan
merupakan ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia, cirri keindonesiaan tidak
ditandai oleh ujud fisik tetapi terlebih oleh ungkapan jiwa, revolusio adalah
penempatan nilai baru atas nilai lama yang usang.
4.
Periode 1953 – 1966
Pada periode ini, sifat yang revolusionner berapi-api
penuh semangat seperti pada angkatan 45. Banyak puisi yang bercorak romantic
dan kedaerahan atau mencooba menggali akar daerah (sub kultur). Ciri-ciri puisi
pada periode ini adalah :
1)
Puisi dengan gaya bercerita (balada). Banyak ditulis oleh
penyair
2)
Balada-balada itu juga mulai
menampakkan gaya
mantra
3)
Gaya repetisi yang dalam periode sebelkumnya
belum luas dipergunakan, pada periode ini lebih banyak dipergunakan untuk
kepentingan ritma maupun rima.
4)
Gaya puisi liris yang banyak diciptakan tidak
berbeda dari periode 1945-1953.
5)
Gaya slogan dan retorik yang mulai dikenal
dengan periode 45, berkembang dengan pesat.
6)
Puisi romantic banyak diciptikan,
pengaruh F.G.Lorce bergitu kuat kepadsa beberapa penyair.
5.
Periode 1966-1970
Periode
1966-1970 disebut angkatan 66. Masa ini didominasai oleh puisi yang beraliran
realisme social kanan, yakni puisi Demonstrasi Taufik Ismail dan puisi protes
Rendra. Puisi Demontrasi lainnya misalnya karya-karya Bur Rasuwanto, Mansyur
Samin, Slamet Sukirnanto, dan sebagainya. Ciri-ciri struktur fisik-fisik puisi
tersebut sama dengan puisi periode 50-an. Karen atema protes social dikemukakan
begitu berapi-api, maka slogan dan retorik sangat kuat.
6.
Periode 1970-sekarang
Dalam periode ini muncuil puisi yang disebut puisi Kontemporer. Istilah “ontemporer”
menunjuk pada waktu bukan oada model puisi tertentu, sebab pada masa kontemporewr
ini banyak model puisi yang konvensional. Tokoh-tokoh penyair masa ini sudah
mulai menulis sejak periode 1965-1970. Bahkan Rendra sudah menulis sejak tahun
50-an.
Ciri-ciri puisi pada periode ini adalah :
1)
Puisi bergaya mantra menggunakan
sarana kepuitisan berupa : Ulangan kata, frasa, atau kalimat. Gaya
bahasa paralelisme dikombinasikan dengan gaya
bahasa hiperbola dan enumerasi untuk memperoleh efek yang sebersar-besarnya.
Tipografi puisi dieksploitasi secara sugestif. Kata-kata nonsens yang seolah
tidak mengandung arti banyak dipergunakan, dan diberi makna baru.
2)
Banyak diciptakan puisi konklret
sebagai puisi eksperimen
3)
Kata-kata daerah (sub kultur)
banyak dipergunakan, memberi warna daerah dan memiliki efek ekspresif.
4)
Asosiasi bunyi banyak dipergunakn
untuk memperoleh makan yang baru
5)
Puisi imajisme banyak di tulis ;
dalam puisi ini banyak digunakan kiasan , alegori atau parable (seperti Dewa
Ruci, Pariksid, Nabi Nuh dan sebagainya).
6)
Gayapenulisan banyak yang prosaic
7)
Banyak ditulis puisi lagu,
mempergunakan pengungkapan gagasan secara polos, dengan kata-kata serebral, dan
kalimat biasa yang polos.
8)
Banyak kata-kata tabu digunakan, baik
dalam kontek puisi main-main, protest (pamflet) maupun puisi konkret.
*Guru MI Miftahul Ulum Waringinsari Pringsewu Lampung
*Guru MI Miftahul Ulum Waringinsari Pringsewu Lampung