PEMAHAMAN DAN TELAAH PUISI
Oleh : Kartika Septiarini, S.Pd.*
Oleh : Kartika Septiarini, S.Pd.*
A. LANGKAH-LANGKAH DALAM
PEMAHAMAN PUISI
Dari jaman ke jaman ujud struktur puisi itu berubah-ubah tetapi tetap
sebaagi struktur. Majas, verifikasi dan pengkonsentrasian bahasa merupakan
unsur-unsur puisi yang tetap bertahan. Struktur puisi dibangun oleh struktur
fisik (metode pengucapan makna) dan struktur batin (makna) puisi.
Langkah menelaah puisi dapat melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1.
Struktur karya sastra.
Pada tahgap pertama kita berusah memahami struktur karya sastra secara
umum. Apakah puisi ini berstruktur sebagai puisi lama, baru, angkatan 45,
ataukah puisi kontemporer. Apakah bentuk puisi itu konvensional ataukah
nonkonvensional. Penelaah berusaha memahami bait-bait dan lirik-lirik, serta
memahami secara gelobal tema apakah yang dikemukakan oleh penyair.
2.
Penyair dan kenyataan sejarah
Untuk melengkapi pemahaman secara gelobal karya yang kita telaah, maka
kita bahas siapa penyairnya, bagaimana aliran filsafatnya, corak khas yang
menjadi ciri dari zaman penyair itu berkarya, kata-kata dan ungkapan khusus
yang berhubungan dengan penyair, aliran, filsafat, dan zaman saat puisi itu
diciptakan. Dengan dilengkapi data tentang penyair dan kenyataan sejarah ini,
totalitas puisi akan lebih mudah diinterpretasikan.
3.
Telaah unsur-unsur
Sruktur fisik dan batin puisi ditelaah unsure-unsurnya. Kedua strukturitu
harus mempunyai kepaduan dalam mendukung totalitas puisi. Telaah ini menyangkut
telaah unsure-unsur puisi dan berusaha membedah puisi sampai ke unsure-unsur
yang sekecil-kecilnya.
a.
Struktur fisik
Dalam telaah struktur fisik dibahas bagaimana kecakapan/kreatifitas
penyair dalam menciptakan puisi. Maka struktuir fisik disebut metode puisi. Ditelaah
bagaimana penyair memilih, mengurutkan dan memberi sugesti kata (diksi)
bagaimana penyair menciptakan pengimajian, bagaimana kata-kata diperkonkret,
bagaimana penyair menciptakan lambang dan kiasan (majas) bagaimana verifikasi
dalam puisi itu dan bagaimana penyair menyusun tata wajah puisi. Telaah unsure
fisik tidak dapat dilepaskan dengan telaah struktur batin. Dapat juga ditelaah
hubungan antara struktur fisik dengan
telaah tuntutan pengucapan batin penyair.
b.
Struktur Batin
Semua unsure struktur fisik digunakan penyair untuk
mengungkapkan tema dan amanta yang hendak disampaikannya. Dengan kata lain
struktur fisik dan struktur batin atau struktur tematik dan struktur sintatik
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kemampuan memahami strukjtur fisik
secara mendalam dan canggih memungkinkan pembaca memiliki kemampuan menghayati
makna yang hendak disampaikan oleh penyair Karena tema, perasaan, nada dan
amanat disampaikan melalui struktur fisik puisi.
4.
Sintetis dan interpretasi
Setelah menelaah secara mendalam struktur puisi hingga ke
unsure-unsurnya, kemudian kita dapat mensiintesiskan telaah kita itu. Sintesis
itu dapat berujud jawaban atas pertanyaan sebagai berikut : (1) apakah amanat
(pesan) yang hendak disampaikan penyair? (2) Mengapa penyair menggunakn bahasa
yang demikian? (hubungannya dengan perasaan dan nada) (3) apakah arti karya
tersebut bagi kita (peneliti) (4) bagaimana sikap anda terhadap apa yang
dikemukakan penyair? (5) bagaimana penyair menciptakan puisi itu, apakah cukup
mahir?
B. DUA BUAH PUISI
Berikut ini akan dikemukakan dua puisi sebagai contoh telaah puisi.
Contoh tidak diuraikan secara panjang lebar karena hanya ingin memberikan
gambaran secara garis besar saja.
Senja di Pelabuhan Kecil
Buat Sri Ayati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
Di anatar gudang, riumah tua, pada cerita
Tiang serta temali, kapal, perahu tiada
berlaut,
Menghembus diri dalam mempercaya maut
berpaut.
Gerimis mempercepat kelam, ada juga kelepak
elang
Menyinggung muram, desir hari lari berenang
Menemu bujuk pengkal akana. Tidak bergerak
Dan kini, tanah, air tidur, hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan Menyisir
semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat
jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa
terkedap.
Chairil
Anwar
1)
Struktur Global
Puisi di atas adalah puisi
modern, bukan puisi lam adan bukan puisi baru
(Angkatan Pujangga Baru). Hal ini dapat kita lihat dari struktur baris
dan baitnya. Adanya tanda titik di tengah baris menunjukkan perbedaan puisi
tersebut dari puisi lama dan puisi baru.
Puisi di atas
terdiri dari tiga bait dan tiap bait terdiri dari empat baris. Seluruh bait dan
baris itu mengungkapkan tema kedukaan. Kedukaan itu dapat kita tangkap lewat
penggunaan bahasanya. Kata-kata penggambaran alam, dan suasana yang dilukiskan
oleh penyair, membantu pengungkapkan tema,
kedukaan itu.
a. Bait I
Menceritakan
cinta yang sudah tidak dapat diperoleh lagi. Penyair melukiskan gudang, rumah
tua, cerita tiang dan temali, kapal, dan perahu yang tidak bertaut. Benda-benda
itu semua mengungkapkan perasaan sedih dan sepi. Penyair merasa bahwa
benda-benda di pelabuhan itu membisu kepadanya itu “Menghembus diri dalam
mempercaya mau berpaut”.
b. Bait II
Perhatian
penyair memfokus ke suasana pelabuhan dan tidak lagi kepadfa benda-benda di
pelabuhan yang beraneka ragam. Dipelabuhan itu turun gerimis yang “mempercepat
kelam” (dalam kesedihan penyair), dan ada “kelapak elang” yang “menyinggung
muram” (membuat hati penyair lebih muram). Dan “hari-hari seakan lari berenang”
(kegembiraan telah musnah). Suasana di pantai itu suatu saat membuat hati
penyair dipenuhi harapan yang terhibur (menemu bujuk pangkal akanan), tapi
ternyata suasana pantai itu kemudian berubah. Harapan untuk mendapatkan hiburan
itu musnah, sebab “kini tanah, air tidur, hilang ombak”. Bagaimanakah jika laut
kehilangan ombak? Seperti halnya manusia yang kehilangan harapan akan
kebahagiaan. Bait ini mempertegas suasana kedukaan penyair.
c. Bait III
Pikiran
penyair lebih dipusatkan pada dirinya sendiri dan bukan lagi kepada pantai dan
benda-benda disekeliling pantai itu. Dia merasa “aku sendiri”. Tidak ada lagi
yang diharapkan akan memberikan hiburan dalam kesendirian dan kedukaannya itu.
Dalam kesendirian itu, dia menyisir semenanjung. Semula ia berjalan dengan
penuh harapan. Namun sesampainya di ujung “sekalian selamat jalan”.
2)
Penyair dan kenyataan sejarah
Untuk
melengkapi pembahasan struktur global puisi ini. Factor penyair dan kenyataan
sejarah mungkin akan membantu. Kita baru akan mendapatkan jawaban bahawa puisi
ini bertema kedukaan. Setelah membahas
latar belakang penyair dan kenyataan sejarah, Kedukaan itu disebabkan oleh
percintaan.
Chairil adalah
penyair angkatan 45 pada angkatan tersebut banyak diekspresikan alitan pealisme
dan ekspresionisme. Ekspresi jiwa
penyair lebih utama dari kesan-kesan.
3)
Analisis struktur fisik dan
struktur batin
a.
Struktur fisik
Bahasa puisi
yang digunakan adalah bahasa prismatis. Penyair memilih kata-kata yang
menyebabkan pembaca berpikir dulu untuk memahami maknanya.
b.
Struktur batin
Secara pintas
telah di interpretasikan tema puisi ini, yakni tema kedukaan karena kegagalan
cinta. Atau dapat dibalik tema cinta
yang gagal sehingga menimbulkan kedukaan. Kedukaan hati penyair itu sangat
mendalam.
Dongeng
sebelum tidur
“Cikcak itu, cintaku, berbicara tentang
kita.
Yaitu nonsence).
Itulah yang dikatakan Baginda kepada permaisurinya,
Pada malam itu. Nafsu di ranjang telah jadi
teduh
Dan senyap merayap antara sendi dan sprei.
“Mengapakah tak percaya? Mimpi akan
meyakinkan
Seperti matahari pagi.”
Perempuan itu terisak, ketika Anglingdharma
menutupkan
Kembali kain ke dadanya dengan nafas yang
dingin,
Meskipun ia mengecup rambutnya.
Esok harinya permaisuri membunuh diri dalam
api.
Dan bagindapun mendapatkan akal bagaimana ia
harus
Melarikan diri – dengan pertolongan
dewa-dewa entah
Dari mana – untuk tidak setia.
“Batik Madrim, Batik Madrim mengapa harus
patihku?
Mengapa harus seorang mencintai kesetiaan
lebih dari
Kehidupan dan sebagainya dan sebagainya
lagi?”
(Goenawan Mohammad, 1971)
1)
Struktur Global
Puisi adalah
puisi modern. Dari struktur globalnya Nampak bahwa pembaitan dan larik-larik
ini lebih modern dari “senja di pelabuhan kecil” karya Chairil Anwar. Puisi ini
jenis puisi naratif yang mengungkapkan alegori atau parable, yaitu puisi cerita
yang dimaksudkan untuk memberikan nasehat tentang budi pekerti, agama atau
moral.
2)
Penyair dan kenyataan sejarah
Untuk
melengkapi pemahaman global tentang puisi di atas kita perlu mengenal siapakah
Goenawan Mohammad dan periode pada saat puisi di atas diciptakan. Goenawan
Mohammad adalah penyair Jawa yang banyak mengungkapkan kembali cerita dari
daerah Jawa.
3)
Struktur fisik
Dalam
bercerita seseorang dapat berperan sebagai pencerita yang tidak terlibat dengan
nada suasana kisah yang diceritakan, namun dapat juga melibatkan diri kedalam
cerita. Karena puisi ini bertemakan pendidikan, maka penyair melibatkan dirinya
kedalam kisah ini. Artinya penyair ingin menampilkan peristiwa tertentu untuk
dijadikan bahan perenungan, agar manusia meningkatkan martabat dirinya.
4)
Struktur batin
Struktur
semantik puisi ini dibagi atas 7 kelompok bait yang masing-masing megemukakan
gagasan pokok,
Bait I,
Berisi ucapan
Anglingdarma kepada permaisurinya yang memberikan jawaban mengapa ia tertawa
setelah mendengarkan pembicaraan dua cikcak dikamar tidurnya.
Bait II,
Merupakan
penjelasan tentang pembicaraan baginda dan akibat bagi keduany.
Bait III,
Pembicaraan
Anglingdarma kepada permaisuri. Baginda menjelaskan bahwa kata-katanya tidak
bohong.
Bait IV,
Berisi cerita
penyair tentang keadaan permaisuri. Dalam perasaan tersinggung ia menangis
tersedu-sedu.
Bait V,
Merupakan
kisah tentang nasib tragis yang dialami permaisuri.
Bait VI,
Menceritakan
kisah baginda setelah permaisuri bunuh diri.
Bait VII,
Merupakan
pertanyaan filosofis Anglingdarma kepada patihnya Batik Madrim.
*Guru MI Miftahul Ulum Waringinsari Pringsewu Lampung
*Guru MI Miftahul Ulum Waringinsari Pringsewu Lampung