Beberapa Aliran Sastra (Oleh Kartika Septiarini, S.Pd.)*
1.
Aliran Romantik
Dalam aliran ini perasaan lebih ditonjolka. Karya-karay
yang bersifat romantic seringkali berusaha membuai perasaan pembacanya. Kecenderungan
menggambarkan keindahan alam, bunga, sungai dan sebagainya, didasarkan atas
kepentingan memperiindah kenyataan itu.
Dalam puisi modern, penyair yang dapat dikategorikan
sebagai penyair romantic adalah : Muhammad Yamin, Amir Hamzah, J.E Tatengkeng
(dari Angkatan Pujangga Baru), Ramadhan K.H., Kirdjomuljo, dan Rendra (dari
periode 1953-1961).
2.
Aliran Realisme
Berbeda dengan aliran romantic, aliran realisme
menggambarkan segala sesuatu secara realistis, apa adanya. Dalam penggambaran
secara apa adanya itu, batas-batas kepantasan, tabu, dan hal yang tidak sopan
,masih diperhatikan realitas kehidupan yang tidak pantas digambarkan.
Dalam realisme, pwlukis kejadian dijadikan secara
teliti. Namun segala yang dilukiskan itu dinyatakan secara wajar, tidak
berlebihan atau dikurangi.
3.
Aliran Realisme Sosial
Kenyataan yang digambarkan oleh aliran Realisme Sosial
adalah kenyataan yang dialami oleh golongan masyarakat yang menderita yakni
kaum buruh dan tani. Penggambaran kenyataan itu dimaksudkan untuk membangkitkan
pertentangan kelas, yakni bngkitnya kaum buruh dan tani untuk melawan apa yang
oleh golongan komunis sebagai kaum borjuis atau kapitalis.
Aliran Realisme Sosioal pernah mengalami perkembangan
pesat antara tahun 1962 sampai 1965, yaitu disaat LEKRA (Lembaga Kebudayaan
Rakyat) sangat berkuasa dalam bidang kebudayaan dan kesenian di Indonesia.
4.
Aliran Ekspresionisme
Penyair ekspresionisme tidak mengungkapkan kenyataan secara
obyektif, namun secara subyektif. Ynag diekspresikan adaalh gelora kalbunya,
kehendak batinnya. Sajak ekspresionisme tidak menggambarkan alam atau
kenyataan, juga bukan menggambarkan kesan terhadap alam atau kenyataan, tetapi
cetusan langsung dari jiwa. Cetusan itu dapat bersifat mendarah daging, seperti
sajak “Aku” karya chairik anwar sebagai berikut :
Aku
Kalau sampai
waktuku
`ku mau tak
seorang kan
merayu
Tidak juga kau
Tak perlu
sedu-sedan itu
Aku ini binatang
jalang
Dari kumpulannya
terbuang
Biar peluru
menembus kulitku
Aku tetap
meradang menerjang
Luka dan bisa
kubawa berlari
Berlari
Hinggga hilang
pedih peri
Dan aku akan
lebih tidak perduli
Aku mau hidup
seribu tahun lagi.
Chairil Anwar, 1946.
5.
Aliran Impresionisme
Di depan telah dikemukakan bahwa impresionisme merupakan
perkembangan dari realisme. Kenyataan dalam impresionisme menimbulkan
kesan-klesan dalam diri penyair.
Kesan-kesan yang ditimbulkan dari kenyataan diolah dalam
batin pengarang kemudian pengarang membuat pemerian (deskripsi) tentang
kesannya itu dalam puisi. Maksud utama dalam puisi adalah menjelaskan kesan
yang yang terdapat dalam pikiran, perasaan dan kesadaran penyairdan bukan
mendeskripsikan secara terperinci kenyataan itu.
6.
Aliran Imajis
Menurut kaum imajis, kenyataan harus dilukiskan dalam
imaji visual yang jernih dan jelas. Kata-kata dipilih secara cermat dan
efisien. Kenyataan apapun dikemukakan. Bahasa yang dipilih adalah bahasa
sehari-hari dengan ritme yang tidak mengikat. Kata-kata dipandang segalanya.
Selain mengungkapkan gagasan penyair, kata-kata itu mendukung imaji penyair
yangh hendak diungkapkan.
Puisi
kaum imajis mirip prosa, hal ini disebabkan penyair ingin menggunakan bahasa
sehari-hari, sering pula penyair merasa bahwa imajinya sudah diketahui pembaca.
Sehinggga larik-larik puisinya terp[otong tidak dilanjutkan atau dibiarkan
menggantung.
*Guru MI Miftahul Ulum Waringinsari Pringsewu Lampung
*Guru MI Miftahul Ulum Waringinsari Pringsewu Lampung