BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam upaya meningkatan kualitas pembelajaran di sekolah, perlu di dukung dengan adanya tenaga pendidik dan kependidikan yang handal dan mumpuni, yang mampu berperan sebagaimana mestinya tenaga pendidik dan kependidikan yang berkualitas. Tenaga pendidik/guru yang berkualitas adalah tenaga pendidik/guru yang sanggup, dan terampil dalam melaksanakan tugasnya secara profesional.
Tugas utama guru adalah bertanggung jawab membantu anak didik dalam hal belajar. Menurut Mulyasa, guru memegang peranan yang cukup penting baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Guru adalah perencana, pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Guru pulalah yangselalu melakukan evaluasi dan penyempurnaan kurikulum.
Dalam proses belajar mengajar, gurulah yang menyampaikan pelajaran, memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam kelas, membuat evaluasi belajar peserta didik, baik sebelum, sedang maupun sesudah pelajaran berlangsung. Untuk memainkan peranan dan melaksanakan tugas-tugas itu, seorang guru diharapkan memiliki kemampuan professional yang tinggi. Dalam hubungan ini maka untuk mengenal peserta didik-peserta didiknya dengan baik, guru perlu memiliki kemampuan untuk melakukan diagnosis serta
mengenal dengan baik cara-cara yang paling efektif untuk membantu peserta didik tumbuh sesuai dengan potensinya masing-masing.
Proses pembelajaran yang dilakukan guru memang dibedakan keluasan cakupannya, tetapi dalam konteks kegiatan belajar mengajar mempunyai tugas yang sama, yaitu guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, innovator. Dalam hal ini guru mendidik dan mengajar mengajar tidak hanya dapat dinilai dengan prestasi penguasaan mata pelajaran, tetapi yang terpenting adalah perkembangan pribadi anak, sekalipun mempelajari pelajaran yang baik, akan memberikan pengalaman membangkitkan bermacam-macam sifat, sikap dan kesanggupan yang konstruktif.
Dengan tercapainya tujuan dan kualitas pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa guru telah berprestasi dalam mengajar. Keberprestasian kegiatan belajar mengajar tentu saja diketahui setelah diadakan evalusi dengan berbagai faktor yang sesuai dengan rumusan beberapa tujuan pembelajaran. Sejauh mana tingkat keberprestasian belajar mengajar, dapat dilihat dari daya serap anak didik dan persentase keberprestasian anak didik dalam mencapai tujuan pembelajaran khusus (indikatornya). Jika hanya tujuh puluh persen atau kurang dari jumlah anak didik yang mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf keberprestasian kurang (di bawah KKM), maka proses belajar mengajar berikutnya hendaknya ditinjau kembali. Hal ini dimaksudkan agar dapat meminimalisir segala kelemahan dan kekurangan yang dilakukan guru, sehingga prestasi akhir kegiatannya dapat membawa prestasi yang baik.
Setiap akan mengajar, guru perlu membuat persiapan mengajar dalam rangka melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan. Dalam perisiapan itu sudah terkandung tentang, tujuan mengajar, pokok yang akan diajarkan, metode mengajar, bahan pelajaran, alat peraga dan teknik evaluasi yang digunakan. Karena itu setiap guru harus memahami benar tentang tujuan mengajar, secara khusus memilih dan menentukan metode mengajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, cara memilih, menentukan dan menggunakan alat peraga, cara membuat tes dan menggunakannya, dan pengetahuan tentang alat-alat evaluasi.
Sementara itu teknologi pembelajaran adalah salah satu dari aspek tersebut yang cenderung diabaikan oleh beberapa pelaku pendidikan, terutama bagi mereka yang menganggap bahwa sumber daya manusia pendidikan, sarana dan prasarana pendidikanlah yang terpenting. Padahal kalau dikaji lebih lanjut, setiap pembelajaran pada semua tingkat pendidikan baik formal maupun non formal, haruslah berpusat pada kebutuhan perkembangan anak sebagai calon individu yang unik, sebagai makhluk sosial, dan sebagai calon manusia seutuhnya.
Hal tersebut dapat dicapai apabila dalam aktivitas belajar mengajar, guru senantiasa memanfaatkan teknologi pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran dengan pemberian balikan dalam penyampaian materi dan mudah diserap peserta didik atau peserta didik berbeda. Khususnya dalam pembelajaran Fiqih, agar peserta didik dapat memahami materi yang disampaikan guru dengan baik, maka proses pembelajaran dengan pemberian balikan, guru akan memulai membuka pelajaran dengan menyampaikan kata kunci, tujuan yang ingin dicapai, baru memaparkan isi dan diakhiri dengan memberikan soal-soal kepada peserta didik.
Tugas pendidik dalam konteks ini adalah membantu mengkondisikan peserta didik pada sikap, perilaku atau kepribadian yang benar agar mampu berkembang sesuai tarap perkembangan pembelajarannya. Untuk mewujudkan harapan tersebut salah satu cara yang bisa dilakukan oleh seorang pendidik adalah dengan melaksanakan pembelajaran yang inovatif.
Dalam pembelajaran di MI Hidayatul Mubtadiin Srikaton Kecamatan Adiluwih pada mata pelajaran Fiqih kelas VI tahun pelajaran 2012/2013 ini penulis sekaligus sebagai guru mata pelajarannya merasa kurang berprestasi dalam mengajarnya. Hal ini didasarkan pada rendahnya prestasi belajar mata pelajaran tersebut terutama pada semester ganjil ini. Sebagai bukti riil rendahnya kondisi pembelajaran mata pelajaran Fiqih kelas VI pada pokok bahasan “Jual Beli” bahwa pada ulangan harian yang dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 09 Januari 2013 diperoleh nilai rata-rata kelas 60, padahal Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan adalah 66.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa kompetensi dasar yang diajarkan secara keseluruhan belum tuntas. Dari data yang ada bahwa jumlah peserta didik sebanyak 25 peserta didik yang terdiri 13 peserta didik laki-laki dan 12 peserta didik perempuan bahwa hanya 12 anak yang mendapat nilai di atas KKM dan selebihnya yaitu 13 anak yang memperoleh nilai di bawah KKM, dengan demikian prosentase ketuntasannya adalah 48,00%.
Penulis sebagai gurunya merasa gelisah dan kecewa, kemudian penulis melakukan refleksi atau perenungan kembali terhadap proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan dan juga meminta saran kepada teman sejawat dari Kepala Madrasah, maka dapat penulis identifikasi penyebab rendahnya prestasi belajar peserta didik mata pelajaran Fiqih pokok bahasan Jual Beli. Dari beberapa penyebab rendahnya prestasi belajar tersebut yang dapat penulis catat adalah : (1) peserta didik kurang memperhatikan dalam proses pembelajaran; (2) penyampaian materi oleh guru kurang menarik; (3) kegiatan pembelajaran bersifat monoton yaitu ceramah dan mencatat; (4) guru belum memanfaatkan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran.
Dengan mencermati kondisi pembelajaran seperti di atas penulis dapat mengelompokkan secara garis besar ada dua masalah yang dihadapi penulis/guru dalam pembelajarannya, yaitu pertama rendahnya prestasi belajar mata pelajaran Fiqih; dan kedua pembelajaran yang dilakukan guru kurang variatif dan cenderung bersifat monoton.
Guna mencapai keberprestasian pembelajaran yaitu tercapainya KKM maka diperlukan kreativitas guru dalam merancang pembelajaran yang menarik dan menantang bagi peserta didik. Sebagai tenaga pendidik yang professional guru harus tetap dapat menumbuhkan minat belajar anak didik, di antaranya melalui pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran balikan, yaitu sebagaimana disaebutkan oleh Rostiyah. Menurutnya ada dua cara pemberian balikan, sebagia berikut:
1. Pemberian Balikan Secara Simbol
Pemberian balikan secara simbol adalah pemberian informasi guru kepada peserta didik secara tertulis yang dituangkan pada lembar jawaban prestasi kerja peserta didik dalam mengerjakan tes atau latihan, dengan memberikan tanda benar (B) pada jawaban yang benar, dan memberikan tanda salah (S) pada jawaban yang salah tanpa memberikan keterangan apapun. Tanda-tanda tersebut sebagai simbol apakah pekerjaan peserta didik benar atau salah.
2. Pemberian Balikan Secara Ekspositorik
Pemberian balikan secara ekspositorik, adalah pemberian informasi guru kepada peserta didik secara tertulis yang dituangkan pada lembar jawaban prestasi kerja peserta didik dalam mengerjakan tes atau latihan, yaitu dengan memberikan tanda benar (B) pada jawaban yang benar, dan memberikan tanda salah (S) pada jawaban yang salah dan sekaligus memberi penjelasan singkat/terperinci atas kesalahannya dan petunjuk perbaikan serta buku sumber acuannya agar peserta didik dapat memperbaiki kekurangannya dan kesalahannya yang telah diperbuatnya.
Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas yang berjudul “PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MODEL PENGAJARAN PEMBERIAN BALIKAN DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FIQIH PADA PESERTA DIDIK KELAS V MI HIDAYATUL MUBTADIIN SRIKATON TAHUN PELAJARAN 2012/2013”.
B. Identifikasi Masalah
1. Prestasi belajar Peserta didik masih rendah
2. Peserta didik kurang memperhatikan dalam proses pembelajaran;
3. Penyampaian materi oleh guru kurang menarik;
4. Kegiatan pembelajaran bersifat monoton yaitu ceramah dan mencatat;
5. Guru belum memanfaatkan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran;
6. Rendahnya minat belajar peserta didik;
7. Kurangnya sarana bacaan.
C. Pembatasan Masalah
Dalam pembahasan PTK ini dikemukakan
1. Rendahnya prestasi belajar mata pelajaran Fiqih;
2. Pembelajaran yang dilakukan bersifat monoton.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah pembelajaran komtekstual Model Pengajaran Pemberian Balikan dapat meningkatkan prestasi belajar Fiqih peserta didik kelas VI MI Hidayatul Mubtadiin Srikaton Kecamatan Adiluwih tahun pelajaran 2012/2013?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik mata pelajaran Fiqih kelas IV MI Hidayatul Mubtadiin Srikaton Kenamatan Adiluwih tahun pelajaran 2012/2013 melalui metode pembelajaran kontekstualmodel pemberian balikan.
F. Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang diperoleh dari kegiatan penelitian yaitu :
1. Bagi peserta didik
Menumbuhkan motivasi peserta didik untuk belajar, meningkatkan keberanian peserta didik untuk berpendapat ataupun mengutarakan pertanyaan sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Bagi Guru
Menambah wawasan guru dan pengetahuan tentang pembelajaran yang efektif untuk pembelajaran Fiqih sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
Dengan penerapan metode pembelajaran yang variatif dan kreatif (termasuk di dalamnya dengan model pemnelajaran Kontekstual Pe,nerian Balikan) akan meningkatkan prestasi akademik peserta didik. Dengan meningkatnya prestasi belajar peserta didik, maka akan berpengaruh pula terhadap kualitas pembelajaran atau out put dari sekolah yakni MI Hidayatul Mubtadiin Srikaton Kecamatan Adiluwih.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritis
1. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) menurut Sanjaya adalah suatu pendekatan pembelajaran yang yang menekankan pada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan kosep itu, prestasi pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi peserta didik.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli dapat diambil kesimpulan bahwa, pendekatan Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar, dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan ke dalam kehidupan mereka sehari-sehari, sementara peserta didik memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
2. Prinsip-prinsip Contextual Teaching and Learning
Pada dasarnya pembelajaran Contextual Teaching and Learning mempunyai beberapa prinsip pokok, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan atau menyelidiki (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sesungguhnya (truth assessment). Dalam prakteknya jika prinsip itu dilaksanakan maka dapat diprediksikan bahwa pembelajaran kontektual yang dilaksanakan akan berprestasi seutuhnya. Tujuh prinsip utama pembelajaran tersebut irulah yang mendasari pembelajaran Contextual Teaching and Learning di kelas. CTL sebagai model pembelajaran dibangun atas beberapa komponen penting yang merupakan unsur-unsur yang menyebabkan pembelajaran tersebut berlangsung secara kontekstual.
3. Implementasi Stategi Contextual Teaching and Learning
Co
ntextual Teaching and Learning (CTL) sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang memiliki 7 prinsip atau komponen-komponen sebagaimana tersebut di atas dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Penerapan tujuh kompenen tersebut sebagaimana dijelaskan Wina Sanjaya sebagai berikut.
a. Konstruktivisme (Construktivism).
Dalam pandangan ini pendekatan yang diperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak peserta didik memperoleh dan mengingat pengetahuan. Karena itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan cara:
1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi peserta didik;
2) memberi kesempatan pada peserta didik menemukan dan menerapkan idenya sendiri;
3) menyadarkan peserta didik agar menerapkan pendekatan mereka sendiri alam belajar.
b. Menemukan (Inquiry).
Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang dialami. Metode inquiry memberi peluang kepada peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Pada dasarnya peserta didik ditantang untuk mencari, melakukan, dan menentukan sendiri. Jadi peserta didik lebih produktif bukan reproduktif.
Dalam menerapkan pendekatan Contextual Teaching And Learnig, tugas guru adalah menciptakan suasana pembelajaran yang efektif. seorang guru mampu membelajarkan peserta didik secara aktif jika :
1) Mampu menciptakan kondisi yang benar, berarti: bangun dan ciptakan suasana yang positif antara guru dan peserta didik, visualisasikan tujuan, tentukan prestasi sasaran, anggaplah kesalahan adalah umpan balik, ciptakan lingkungan belajar menarik dan menyenangkan bagi anak.
2) Presentasi singkat dan benar.
3) Berpikir kreatif.
4) Ekspresikan.
5) Praktikkan.
6) Lakukan evaluasi secara berkelanjutan.
c. Bertanya (Questioning).
Bertanya (questioning) adalah induk dari pendekatan pembelajaran kontekstual, awal dari pengetahuan, jantung dari pengetahuan, dan aspek penting dari pembelajaran. Orang bertanya karena ingin tahu, menguji, mengkonfirmasi, mengapersepsi, mengarahkan atau menggiring, mengaktifkan skemata, mengklarifikasi, memfokuskan, dan menghindari kesalah pahaman.
Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, selalu dimulai dari ‘pertanyaan’. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir peserta didik. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegitan bertanya berguna untuk:
1) menggali informasi, baik administrasi maupun akademis;
2) mengecek pemahaman peserta didik;
3) memecahkan persoalan yang dihadapi;
4) membangkitkan respon kepada peserta didik;
5) mengetahui sejauhmana keingintahuan peserta didik;
6) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui peserta didik;
7) memfokuskan perhatian peserta didik pada sesuatu yang dikehendaki guru;
8) untuk membangkitkan lebih banyak pertanyaan dari iswa; dan
9) untuk menyegarkan kembali pengetahuan peserta didik.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community).
Dalam masyarakat-belajar, prestasi pembelajaran dapat diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Prestasi belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antar mereka yang tahu kepada mereka yang belum tahu.
Pendekatan pembelajaran dengan Teknik “learning comunity” ini sangat membantu proses belajar dikelas. Praktiknya dalam belajar terwujud adalah :
1) Bekerja dalam pasangan;
2) Pembentukan kelompok kecil;
3) Pembentukan kelompok besar;
4) Mendatangkan ahli kedalam kelas (tokoh, dokter, polisi, dan sebagainya);
5) Bekerja dengan kelas sederajat;
6) Bekerja kelompok dengan kelas diatasnya;
7) Bekerja dengan sekolah diatasnya; dan;
8) Bekerja dengan masyarakat.
e. Pemodelan (modeling).
Pemodelan pada dasarnya adalah membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemostrasikan bagaimana guru menginginkan para peserta didiknya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar peserta didiknya melakukan. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. Dengan kata lain, model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olah raga, contoh karya tulis, cara melafalkan bahasa Inggris, dan sebagainya. Atau, guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dengan begitu, guru memberi model tentang “bagaimana cara belajar”
f. Refleksi (reflection).
Refleksi merupakan cara berfikir tentang sesuatu yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dimasa yang lalu. Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima. Peserta didik mengendapkan apa yang baru saja diterimanya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima.
Guru perlu melaksanakan refleksi pada akhir program pengajaran serta menyisakan waktu sejenak agar peserta didik melakukan refleksi yakni berupa :
1) pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu;
2) catatan atau jurnal di .buku peserta didik;
3) kesan dan saran peserta didik mengenai pelajaran hari itu;
4) diskusi;
5) prestasi karya; dan
6) cara-cara lain yang ditempuh guru untuk mengarahkan peserta didik kepada pemahaman mereka tentang materi yang dipelajari.
g. Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment).
Penilaian autentik adalah prosedur penilaian pada pembelajaran kontekstual. Prinsip yang dipakai dalam penilaian serta ciri-ciri penilaian autentik adalah sebagai berikut :
1) Harus mengukur semua aspek pembelajaran: proses, kinerja, dan produk.
2) Dilaksanakan selama dan sesudah proses belajaran berlangsung.
3) Menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber.
4) Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian.
5) Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan bagian- bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakuakan setiap hari.
6) Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian peserta didik.
3. Prestasi Belajar
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia prestasi diartikan sebagai prestasi yang telah dicapai (telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya), Sedangkan prestasi belajar di bidang pendidikan adalah prestasi dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah prestasi pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan prestasi yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu.
Prestasi belajar merupakan prestasi dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan. Penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran, prestasi berarti prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan pembelajaran pada kurun waktu tertentu. Prestasi belajar peserta didik tersebut mampu memperlihatkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan / pengalaman dan dalam bidang ketrampilan, nilai serta sikap.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan prestasi usaha yang telah dicapai oleh seseorang sedang prestasi belajar Fiqih adalah prestasi yang dapat dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar Fiqih dalam kurun waktu tertentu. Seorang peserta didik yang telah melakukan kegiatan belajar Fiqih, dapat diukur prestasinya setelah melakukan kegiatan belajar tersebut dengan menggunakan suatu alat evaluasi. Jadi prestasi belajar Fiqih merupakan prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah mempelajari Fiqih dalam kurun waktu tertentu dan diukur dengan menggunakan alat evaluasi (tes).
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Muhibbin Syah bahwa prestasi belajar peserta didik dipengaruhi oleh setidaknya tiga faktor yakni:
faktor internal (faktor dari dalam peserta didik), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani peserta didik
faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik), yakni kondisi lingkungan di sekitar peserta didik
faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
B. Hipotesis Tindakan
Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini penulis mengajukan hipotesis : ”Melalui pembelajaran kontekstual model pengajaran pemberian balikan diyakini dapat meningkatkan prestasi belajar fiqih pada peserta didik kelas VI MI Hidayatul Mubtadiin Srikaton Kec adiluwih Tahun Pelajaran 2012/2013
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Lokasi dan Subjek Penelitian
Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas IV semester genap di MI Hidayatul Mubtadiin Srikaton Kecamatan Adiluwih. Kabupaten Pringsewu. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun 2013. Waktu penelitian dilaksanakan dari tanggal 07 Januari sampai dengan tanggal 16 Februari 2013. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus penelitian masing masing siklus dilaksanakan dalam satu kali pertemuan.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VI MI Hidayatul Mubtadiin yang berjumlah 25 peserta didik, yang terdiri dari 12 peserta didik laki-laki dan 13 peserta didik perempuan. Dalam pembelajaran, 25 peserta didik dikelompokkan menjadi 5 kelompok dengan kemampuan kognitif yang heterogen berdasarkan nilai uji kompetensi I pada materi sebelumnya. Penentuan anggota kelompok secara heterogen ini dimaksudkan agar peserta didik yang berkemampuan kurang tidak berada dalam satu kelompok yang dapat mengakibatkan diskusi dalam kelompok kurang efektif.
B. Objek Penelitian
Variabel yang menjadi fokus penelitian untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran di sini adalah variabel output dari kegiatan pembelajaran atau dalam istilah penelitian ilmiah secara umum dikenal sebagai variabel terikat (dependent varable), dalam hal ini adalah “prestasi belajar peserta didik” terhadap materi Jual Beli mata pelajaran Fiqih untuk peserta didik kelas VI semester II MI Hidayatul Mubtadiin Srikaton Kecamatan Adiluwih Tahun Pelajaran 2012/2013. Sedangkan variabel inputnya, atau dalam istilah penelitian ilmiah secara umum dikenal sebagai variabel penentu atau variabel bebas (independent variable) adalah Pembelajaran Kontektual dengan model Pengajaran Pemberian Balikan.
Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa obyek suatu penelitian tidak lain adalah variabel-variabel yang ingin diselidiki yang menjadi fokus kegiatan pengumpulan data dalam pelaksanaan penelitian untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Obyek penelitian ini adalah prestasi belajar peserta didik yang berkaitan dengan pembelajaran materi Jual Beli mata pelajaran Fiqih untuk peserta didik kelas VI semester II MI Hidayatul Mubtadiin Srikaton Kecamatan Adiluwih Tahun Pelajaran 2012/2013.
Adapun obyek dari penelitian ini adalah :
1. Prestasi belajar peserta didik
2. Pembelajaran Kontekstual Model Pengajaran Pemberian Balikan
Penulis membatasi penelitian pada kedua obyek di atas agar penelitian lebih fokus dan tidak melebar.
C. Rencana Tindakan
Tahap-tahap yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:
Siklus I
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini yang harus dilakukan guru adalah membuat RPP. Rencana pembelajaran harus disusun rapi dan sistematis. Ini untuk mengatur apa saja yang harus dilaksanakan oleh guru ketika melaksanakan KBM.
a. Menyediakan alat dan bahan
Alat dan bahan pelu disiapkan agar nantinya dalam KBM dapat berjalan dengan baik.
b Membentuk kelompok
Pembentukan kelompok berdasarkan atas kemampuan masing-masing peserta didik. Hal ini dilakukan agar terjadi kolaborasi antara anggota kelompok dan terjadi keseimbangan antar kelompok.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini guru melaksanakan tahap-tahap pembelajaran berdasarkan RPP yang telah disusun. Guru memandu dan membimbing peserta didik. Bagaimana reaksi dan tanggapan peserta didik, sejauh mana motifasi dan partisipasi peserta didik dalam mengikuti pelajaran Fiqih.
3. Observasi
Guru mengadakan observasi dan pengamatan terhadap peserta didik. Dalam pelaksanaan ini peserta didik diberikan evaluasi terhadap sesuatu pembelajaran. Jika pengajaran menggunakan Kontekstual looperatif Tipe MHT ini menarik dan diminati peserta didik tertentu, prestasi pembelajaran akan meningkat.
4. Refleksi
Pada tahap ini guru menganalisa kegiatan pembelajaran, bagaimana keadaan peserta didik ketika diterapkan Pembelajaran Kontekstual Model Pembelajaran Pemberian Balikan. Apakah metode ini dapat mendorong, meningkatkan prestasi belajar peserta didik, dan ternyata penerapan model pembelajaran ini mampu menciptakan perubahan sikap belajar peserta didik akan tetapi belum maksimal, sehingga masih perlu diadakan siklus tindakan putaran selanjutnya
Siklus II
Perencanaan
Dengan mengkoreksi dan menganalisa prestasi pembelajaran dari siklus I maka dinilai kurang. Maka guru lebih mengoptimalkan dengan pembelajaran Kontekstual dengan Model Pengajaran Pemberian Balikan. Adapun yang perlu dilakukan dalam persiapan tindakan kedua ini tidak jauh berbeda dari putaran pertama.
Menyusun RPP
Menyediakan alat dan bahan sebagai sumber dan media dalam KBM.
Membentuk kelompok sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta didik.
Pelaksanaan
Pada tahap ini guru melaksanakan tahapan pembelajaran berdasarkan susunan RPP yang telah disusun. Guru membimbing jalannya pembelajaran sehingga peserta didik benar-benar aktif dan optimal dalam bertindak sebagai subjek pembelajaran. Pada tahap ini dapat dilihat dan dirasakan seberapa jauh partisipasi, motivasi, dan tanggapan peserta didik dalam mengikuti pelajaran.
3. Observasi
Guru mengadakan obervasi pada peserta didik, ternyata hasil evaluasi pada putaran kedua lebih baik dari hasil putaran pertama.
4. Refleksi
Pada tahap refleksi pada putaran kedua ini dianalisa kegiatan pembelajarannya yaitu setelah dilakukan pembelajaran Kontekstual dengan model Pengajaran Balikan, ternyata prestasi pembelajaran meningkat.
D. Jadwal penelitian
Siklus pertama dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 9 Januari 2013
Siklus kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 16 Januari 2013
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data, diperlukan suatu alat penelitian yang akurat, karena hasilnya sangat menentukan mutu penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam peneltitan ini adalah teknik tes dan non tes. Teknik tes digunakn untuk mengetahui data prestasi belajar peserta didik, sedangkan teknik non tes dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi yang digunakan untuk mengetahui aktifitas peserta didik dan diskusi kelompok serta kinerja guru.
Aktivitas Belajar Peserta didik
Tabel 1. Lembar Penilaian Aktivitas Belajar Peserta didik
No Nama Indikator Jumlah Keterangan
1 2 3 4 5 Aktif Kurang Aktif
Keterangan Indikator
Memperhatikan penjelasan guru
Bekerja sama antara peserta didik dengan guru
Bertanya antar peserta didik
Menanggapi pada saat presentasi
Mengerjakan tugas guru
Kriteria :
Aktif : diberi tanda
Tidak Aktif : diberi tanda -
Kriteria keaktifan, jika rata-rata :
Peserta didik dikategorikan aktif apabila rata-rata persentase aktivitasnya mencapai 75% atau lebih.
Selanjutnya untuk menentukan persentase peserta didik aktif digunakan rumus:
%As = (∑As)/N x 100%
Keterangan:
%As = persentase peserta didik aktif
∑As = banyaknya peserta didik yang aktif
N = banyak peserta didik yang hadir
Prestasi Belajar Kelompok
Tabel 2. Lembar Penilaian Diskusi Kelompok dengan model Kooperatife Tipe MHT
No
Nama aktif mengikuti diskusi Percaya diri dalam menjawab pertanyaan
Bekerja sama dengan kawan Memperhatikan penjelasan kawan.
∑
Ket
a b c a b c a b c a b c
JUMLAH
Keterangan: score: a : baik 85 - 100
b : cukup 65 - 84
c : kurang ≤ 65
Skor akhir =
Prestasi Belajar Peserta didik
Tabel 3. Lembar Penilaian Prestasi Tes dengan model Pembelajaran Konstekstual Model Pemberian Balikan
No. Nama Peserta didik Siklus 1
KKM Nilai Keterangan
1
2
3
Skor akhir =
< 65 = belum tuntas
≥ 65 = tuntas
F. Metode Analisis Data
1. Data Aktivitas Peserta didik
Aktivitas peserta didik diperoleh dari prestasi observasi. Setiap peserta didik diamati aktivitasnya dalam seriap pertemuan dengan member tanda “√” pada lembar observasi jika aktivitas yang dilakukan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. Setelah selesai observasi dihitung jumlah aktivitas yang dilakukan peserta didik lalu dinyatakan dalam bentuk persen dengan menggunakan rumus seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2002:69), yaitu sebagai berikut:
%Ai = Na/N x 100%
Keterangan:
%Ai = persentase aktivitas peserta didik
Na = banyaknya aktivitas yang dilakukan peserta didik pada 1 pertemuan
N = banyaknya aktivitas yang diamati.
Peserta didik dikategorikan aktif apabila rata-rata persentase aktivitasnya mencapai 60% atau lebih.
Selanjutnya untuk menentukan persentase peserta didik aktif digunakan rumus:
%As = (∑As)/N x 100%
Keterangan:
%As = persentase peserta didik aktif
∑As = banyaknya peserta didik yang aktif
N = banyak peserta didik yang hadir
2. Prestasi Belajar Kelompok
Prestasi belajar kelompok peserta didik diperoleh dari prestasi observasi. Setiap peserta didik diamati aktivitasnya dalam seriap diskusi dengan memberi nilai pada masing-masing indicator dari skor 0 - 100 pada lembar observasi jika aktivitas diskusi yang dilakukan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. Setelah selesai observasi dihitung jumlah aktivitas diskusi kielompok yang dilakukan peserta didik
Keterangan: score: a : baik 85 - 100
b : cukup 65 - 84
c : kurang ≤ 6
Skor akhir =
3. Data Prestasi Belajar
Untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik setelah diterapkan pembelajaran kontekstual model Pemberian Balikan diambil dari presentase ketuntasan belajar peserta didik setelah diadakan tes pada setiap akhir siklus. Peserta didik dinyatakan tuntas jika mendapat nilai 65 atau lebih.
Untuk menentukan persentase peserta didik tuntas setiap siklusnya rumus seperti yang dikemukakan oleh Sudjana (2000:69), yaitu sebagai berikut.
%At = (∑At)/N x 100%
Keterangan:
%At = persentase peserta didik tuntas belajar
∑At = banyaknya peserta didik yang tuntas belajar
N = banyaknya peserta didik yang hadir
G. Indikator Kinerja
Tolok ukur atau kriteria keberprestasian penelitian ini dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi proses dan dari sisi prestasi. Dari sisi proses, keberprestasian penelitian ini dengan penerapan model pembelajaran yang dipilih sebagai alternatif pemecahan masalah pembelajaran dapat dilihat dari adanya perubahan tingkah laku belajar peserta didik yang relevan atau yang positif secara signifikan, yaitu meningkatnya motivasi belajar peserta didik di kelas, meningkatnya partisipasi belajar peserta didik, meningkatnya keberanian bertanya dan berpendapat, meningkatnya atensi atau perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran, meningkatnya kemampuan mendengarkan, meningkatnya kreativitas belajar peserta didik, meningkatnya interaksi belajar, dan lain sebagainya.
Sedangkan keberprestasian dari sisi prestasi dapat dilihat dari meningkatnya prestasi prestasi belajar peserta didik dan ketuntasan belajar peserta didik secara signifikan sesuai dengan acuan yang telah ditentukan dalam penelitian ini. Prinsip penilaian yang diterapkan di sini sedapat mungkin mengacu pada Penilaian Berbasis Kelas atau Berbasis Peserta Didik, artinya penilaian dilakukan sepenuhnya oleh guru terhadap seluruh aspek dan proses kegiatan belajar peserta didik dengan isntrumen penilaian yang bervariasi dengan tetap memperhatikan perbedaan kemampuan individual peserta didik. Oleh karena itu Pedoman acuan penilaian yang ditentukan dalam penelitian ini untuk mengukur kemajuan prestasi belajar dan ketuntasan belajar peserta didik ditetapkan berdasarkan kriteria PAP (Penilaian Acuan Patokan). Berdasarkan kriteria PAP, kemajuan prestasi belajar peserta didik melalui penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah dikatakan meningkat secara signifikan manakala dari prestasi evaluasi di akhir tindakan penelitian (siklus), seluruh peserta didik telah berprestasi mencapai batas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan untuk mata pelajaran Fiqih yaitu 65. Adapun kriteria ketuntasan belajar secara klasikal adalah sebesar 75 %. Nilai rata-rata prestasi belajar peserta didik di akhir tindakan menunjukkan peningkatan sebesar 10% dari prestasi belajar sebelumnya. Dengan demikian berarti menandai berakhirnya siklus pelaksanaan program tindakan.
JADWAL WAKTU PENELITIAN
No Nama Kegiatan Bulan
Desember Januari Februari
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Persiapan Penelitian
a. Pembuatan Proposal x x
b. Studi Pendahuluan x
c. Penyusunan Instrumen x x
2 Pelaksanaan Penelitian
a. Pengambilan Data x x
b. Pengolahan Data x x
c. Interpretasi Data x
3 Pelaporan Penelitian
a. Penyusunan Draft Laporan Penelitian x
b. Penyempurna-an Draft x
c. Penyempurna-an Laporan Penelitian x x
d. Pengiriman Laporan Penelitian x
RENCANA ANGGARAN
Anggaran yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian ini diperkirakan sebesar Rp. 2.000.000,00 (Dua juta rupiah), dengan perincian sebagai berikut :
No U r a i a n Jumlah (Rp)
1 Honorarium
Penyusunan Proposal 300.000,00
Penyusunan Laporan PTK 1.000.000,00
2 Bahan dan Peralatan
ATK 200.000,00
3 Rental Komputer 200.000,00
4 Penggandaan dan Penjilidan 200.000,00
5. Lain-lain 100.000,00
Jumlah 2.000.000,00