KATA
PENGANTAR
Standar
Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian
|
Mampu beriman pada qadla dan qadar
1.
Menjelaskan makna qadha dan
qadar
2. Menjelaskan makna
iman kepada qadha dan qadar
3. Menyebutkan dalil
naqli tentang qadha dan qadar
4. Menyimpulkan hikmah
beriman kepada qadha dan qadar
5. Menunjukkan akibat
yang ditimbulkan oleh orang yang tidak percaya kepada adanya qadha dan qadar
|
A. MAKNA QADHA DAN QADAR
Istilah qadha dan qadar memiliki
makna bermacam-macam. Qadha dapat dimaknai hukum,[1] perintah,[2] mengabarkan[3] dan iradah (kehendak). [4] Qadha
berarti penetapan hukum atau penentuan
dan penghakiman sesuatu. Seorang qadhi
(hakim) dinamakan demikian sebab ia bertugas atau bertindak menghakimi dan memutuskan perkara. Sedangkan Qadar—bentuk
masdarnya takdir—berarti ketentuan, perkiraan, ukuran, ketetapan
dan putusan. Secara lughawi qadar memiliki tiga makna, yaitu;
Pertama, qadar sebagai suatu ilmu yang amat luas, meliputi
segala sesuatu yang akan terjadi dan semua yang berhubungan dengannya, yang
sekiranya terjadi kelak pasti sesuai dengan apa yang telah diketahui dan
ditentukan sejak semula. Kedua, qadar
merupakan sesuatu yang dipastikan lahir dari penciptanya, dimana
perwujudan itu sesuai dengan apa yang diketahui sebelumnya. Ketiga,
qadar berarti menertibkan, mengatur dan menentukan sesuatu menurut batas-batasnya
dimana akan sampai sesuatu kepadanya.
Dari sekian banyak
ayat al-Qur’an dipahami bahwa senua makhluk telah ditetapkan takdirnya oleh
Allah, mereka tidak dapat melampaui
batas ketetapan tersebut, dan Allah SWT menuntun dan menunjukkan mereka
arah yang seharusnya dituju, demikian yang dipahami dari permulaan ayat dalam
surat al-A’la:
y7mÎxË #$óOz
u/nÎ7y #${Fãô?n
ÈÊÇ #$!©%Ï {y=n,t
ùs¡|q§3
ÈËÇ ru#$!©%Ï
%s£u ùsgyy3 ÈÌÇ
“Sucikanlah
nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi, yang menciptakan (semua makhluk) dan
menyempurnakannya, yang memberi takdir kemudian mengarahkannya.” (QS al-A’la
(87): 1-3)
Karena itu ditegaskan dalam surat Yasiin ayat 38
ru#$9±¤Jô§ß BrgøÌ 9ÏJß¡óGt)sh9 9©gy$ 4 sº9Ï7y ?s)øÏã #$9øèyÍÍ #$9øèy=ÎOÉ ÈÑÌÇ
”Dan
matahari beredar di tempat peredarannya. Demiian itulah takdir yang ditentukan oleh Allah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Mengetahui” (38), Dan telah kami tetapkan bagi bulan
manzilah-manzilah , (sehingga setelah samapai pada manzilah terahir),
kembalilah ia sebagai bentuk tandan yang tua. (QS Yaa Sin (36): 38-39)
Bahkan segala sesuatu terdapat
takdir atau ketetapn-Nya:
#$!©%Ï 9smç¼ Bã=ù7à #$9¡¡Jy»quºNÏ ru#${FöÚÇ ru9sOó tGÏõ ru9sY# ru9sNö t3ä` !©&ã¼ °Î7Ô ûÎ #$9øJß=ù7Å ruzy=n,t 2à@¨ «xÓóä& ùs)s£unç¼ ?s)øÏ\# ÈËÇ
Dan Dialah yang telah
menciptakan sesuatu, lalu Dia menetapkan atasnya qadar (ketetapan) dengan sesempurna
sempurnanya (QS al-Furqan (25): 2)
Demikian takdir Allah SWT menjangkau seluruh makhluk-Nya,
sebagaimana firman Allah SWT:
ru4 %sô _yèy@ #$!ª 9Ï3ä@eÈ «xÓóä& %sôY# ÈÌÇ
”
Allah telah menetapkan bagi segala sesuatu
kadarnya”. (QS al-Thalaq (65): 3)
Peristiwa-peristiwa
yang terjadi di alam raya ini dari sisi
kejadiannya dalam kadar dan ukuran tertentu, dan itulah takdir.
Peristiwa-peristiwa tersebut berada dalam pengetahuan dan ketentuan Tuhan.
Inilah yang kemudian disebut dengan sunnatullah, meskipun beberapa ulama,
seperti Quraish Shihab, tidak sepenuhnya sependapat dengan pernyataan tersebut.
Sunnatulah yang digunakan dalam al-Qur’an adalah untuk hukum-hukum Tuhan yang
pasti, sedangkan takdir mencakup
hukum-hukum kemasyarakatan dan hukum-hukum alam.
Kemampuan
manusia terbatas sesuai dengan ukuran Allah kepadanya. Manusia, misalnya tidak
bisa terbang, ini merupakan ukuran atau
batas kemampuan yang diberikan Tuhan kepada manusia, kecuali menggunakan
akalnya untuk menciptakan sesuatu
Menurut M. Taib Thahir bahwa pemakaian qadha yang
terdapat dalam Al-Quran lebih tepat diartikan hukum yang ditetapkan Tuhan dalam
azalinya semenjak dahulu kala tentang apa-apa yang akan terjadi di dunia dan
akhirat. Oleh karena itu apapun yang akan terjadi semuanya telah diketahui-Nya.
Sedangkan qadar berarti merancang dan merencanakan
sesuatu yang akan diperbuat dengan pikiran dan perhitungan semasak dan seteliti
mungkin. Menurutnya, arti qadha dan qadar itu tidak seberapa perbedaannya,
bahkan dapat dikatakan satu arti. Sehingga seringkali dijumpai dalam hadis Nabi
penuturan qadha dan qadar secara bersama-sama, dan kadang-kadang hanya
menuturkan qadarnya saja. Sebagaimana sabda Nabi Saw:
..الْإِيمَانُ
قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِِ وَكُتُبِهِ وِ وَرُسُلِهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِِ و تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ (رواه البخارى
ومسلم)
Artinya :
Apakah
iman itu? Berkata Rasulullah Saw.: Iman itu ialah, bahwa engkau percaya kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, percaya kepada hari akhir, dan
percaya kepada qadha dan qadar Allah yang baik maupun yang buruk adalah dari
Allah…. (HR Bukhari dan Muslim)
Al-Qadar yang dimaksudkan di sini adalah
qadar Allah, yakni ilmu Allah dalam azalinya yang meliputi segala sesuatu yang
akan terjadi dan yang berhubungan
dengannya, dan yang sekiranya terjadi kelak pasti sesuai dengan apa yang telah
diketahui dan ditentukan sejak semula oleh-Nya.
Sementara
itu, menurut Dja’far Amir, qadha merupakan keputusan yang berlaku menjadi
kenyataan atas tiap-tiap makhluk sesuai dengan ilmu serta takdir Tuhan semenjak
zaman azali. Dengan kata lain,
semua keputusan yang telah berlaku pada tiap-tiap makhluk itu terlaksana
menurut apa yang telah ditakdirkan oleh Tuhan semenjak zaman azali. Karena itu
semua hal yang terjadi, semua kejadian yang berlaku adalah sepengetahuan dan
telah direncanakan Tuhan sejak dahulu, tetapi manusia tidak dapat
mengetahuinya. Sedangkan qadar adalah
ketentuan-ketentuan yang mesti berlaku atas tiap-tiap makhluk, sesuai dengan
batas-batas yang telah ditentukan oleh Tuhan semenjak zaman azali, termasuk
juga ketentuan yang baik dan buruk kesemuanya akan berlaku menurut kehendak
Tuhan.
Tuhan
menjadikan alam ini lengkap dengan ketentuan-ketentuan yang bertautan dengan
makhluk menurut batas-batas Tuhan. Qadar Tuhan tidak dapat dihindarkan oleh
makhluk. Sesungguhnya segala yang akan terjadi di dunia ini telah tercantum
dalam “Lauhul Makhfudh” semenjak zaman azali, yakni suatu tempat yang terjaga
oleh para malaikat. Semua taqdir yang tertulis di sana, manusia tidak
mengetahuinya, kecuali Allah sendiri yang mengetahui.
Firman
Allah Swt:
مَا
أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ
مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ (الحديد\57: 22)
Artinya:
Suatu musibah tidak akan terjadi di bumi
ini, dan tidak pula terjadi pada diri kamu sekalian melainkan semuanya itu
telah termaktub semenjak sebelumnya dalam Kitab sebelum Kami wujudkan
kejadian-kejadian tersebut. (QS Al-Hadid [57]: 22).
Selain pendapat
di atas, para ulama kalam dari golongan Asy’ari memaknai qadha itu sebagai iradah
(kehendak) Allah dalam azalinya berhubungan dengan segala hal dan keadaan,
kebaikan dan keburukannya, keadaan mana sesuai dengan apa yang akan diciptakan
Allah yang tidak akan berubah-ubah sampai terbuktinya iradah tersebut.
Sementara qadar berarti mewujudkannya Allah terhadap semua makhluk dalam bentuk
dan pembatasan tertentu, baik mengenai zat-zat ataupun sifat-sifatnya, yang
keadaan itu sesuai dengan iradah-Nya.
Sebaliknya golongan
Maturidi memaknai qadha dengan Allah mewujudkan sesuatu dengan serapi dan
sebaik mungkin. Sedangkan qadar dimaknai sebagai ilmu Allah dalam azalnya
tentang akan terjadinya segala sesuatu dalam bentuk dan keadaan yang tidak akan
menyimpang dari ilmu Allah tersebut.
Beberapa ayat Al-Quran
berkaitan dengan uraian qadha dan qadar di antaranya adalah sebagai
berikut:
وَقَدَّرَ
فِيهَا أَقْوَاتَهَا (فصلت: 10)
Artinya:
…Dan Dia
menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)-nya... (QS Fushshilat : 10).
وَكُلُّ
شَيْءٍ عِنْدَهُ بِمِقْدَارٍ (الرعد\13: 8)
Artinya:
Dan segala
sesuatu pada sisi-Nya adalah dengan ketentuan-Nya. (QS Al-Ra'du [13]: 8)
وَإِنْ
مِنْ شَيْءٍ إِلَّا عِنْدَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ
مَعْلُومٍ (الحجر\15: 21)
Artinya:
Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada
sisi Kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan takdir
yang dipastikan (QS Al-Hijr [15]: 21).
Jadi yang bisa dipahami dari beberapa
ayat di atas adalah bahwa maksud makna qadar atau takdir adalah suatu ketentuan
yang telah dibuat oleh Allah Swt untuk segala yang ada di alam semesta yang
maujud ini. Ketentuan tersebut adalah undang-undang umum atau
kepastian-kepastian yang diikatkan di dalamnya antara sebab dengan musabbabnya,
juga antara sebab dan akibatnya.
B. MAKNA IMAN
KEPADA QADHA DAN QADAR
Iman terhadap qadha dan qadar merupakan salah satu dari
rukun iman. Percaya kepada qadha dan qadar ini bukanlah harus mempercayai
begitu saja, bahwa segala sesuatu yang diketahui Allah itu pasti akan terjadi
dengan tidak mengindahkan sebab-sebab dan unsur-unsur yang semestinya harus ada
sebagai syarat atas timbulnya kejadian itu. Percaya terhadap qadha dan qadar
bukanlah berarti bahwa ikhtiar (usaha) dan tanggung jawab manusia
dihapuskan. Manusia telah dianugerahi kesanggupan berikhtiar, karena itu
kepadanya pula dibebani tanggung jawab dalam amal perbuatannya.
Iman kepada qadha dan qadar ialah membenarkan dengan
sesungguhnya bahwa segala sesuatu yang terjadi, baik dan buruk itu adalah atas
qadha dan qadar Allah Swt. Dalam firman-Nya yakni QS Al-Hadid [57]: 22 di atas
membuktikan bahwa segala yang terjadi pada alam semesta dan pada jiwa manusia,
yang baik dan buruk, semua itu sudah ditakdirkan oleh Allah Swt dan ditulis
sebelum diciptakannya makhluk. Keyakinan seperti ini menjadi wajib agar manusia
tidak mudah berprasangka buruk kepada Allah Swt. Firman Allah
Swt.
لِكَيْ
لَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا ءَاتَاكُمْ وَاللَّهُ
لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (الحديد\57: 23)
Artinya:
(Kami
jelaskan yang demikian itu, yakni tentang takdir) supaya kamu jangan berduka
cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira
terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi
membanggakan diri. (Al-Hadid [57]: 23)
Firman
Allah Swt:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا
فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ
(فصلت\41: 46)
Artinya:
Barang siapa yang berbuat kebaikan akan
berguna untuk dirinya sendiri, dan orang yang mengerjakan perbuatan jahat itu
akan membahayakan dirinya sendiri. Tidaklah Tuhanmu berbuat sewenang-wenang
atas hamba-hamba-Nya. (QS Fushshilat [41]: 46).
Sepintas
seolah taqdir itu bertentangan kebebasan berikhtiar dan tanggung jawab manusia,
padahal pada hakekatnya tidaklah demikian. Kehendak dan ikhtiar manusia itu sendiri tidaklah
terlepas dari kehendak Allah Swt. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran:
وَمَا
تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ (التكوير\81: 29)
Artinya:
Dan kamu
sekalian tidak menghendakinya, kecuali Allah Pemimpin semesta alam yang menghendaki. (QS Al-Takwir: 29).
Manusia diberi
kekuasaan dan kebebasan berbuat, namun pada hakekatnya semua itu dapat
terlaksana jika dikehendaki oleh Allah Swt. Dengan demikian kejadian, gerakan,
bisikan dan kehendak apapun yang besar maupun yang kecil semuanya termasuk
dalam lingkaran qadar Allah.
Untuk itu percaya terhadap adanya qadha dan qadar menjadi
kewajiban bagi setiap orang yang menyatakan dirinya mukmin.
Banyak orang yang salah dalam memahami qadha dan qadar
ini. Bahkan, menyatakan bahwa keburukan, maksiat atau kejahatan yang dilakukan
seseorang seringkali mengatasnamakan takdir. Peristiwa ini pernah dialami dalam
sejarah.
Bahwa di zaman pemerintahan Khalifah Umar, pernah terjadi
pencurian, dan pencurinya tertangkap. Umar r.a. berkata: "Mengapa kamu
mencuri?" jawab pencuri: "Allah telah menakdirkan demikian atas
diriku." Mendengar jawaban seperti itu, Umar r.a. marah sekali, kemudian
dia berkata: "pukul saja orang ini dengan cemeti, setelah itu potonglah
tangannya!" para sahabat yang lain bertanya: "mengapa begitu berat
hukumannya?" Jawab Umar: "Ya, itulah yang paling tepat. Dia wajib
dipotong tangannya sebab mencuri dan wajib dipukul karena berdusta atas nama
Tuhan."
C. HIKMAH BERIMAN KEPADA QADHA DAN QADAR
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar ini akan banyak
merasakan banyak mendapat hikmah di balik itu. Dan hanya orang tersebut yang
dapat merasakan secara seempurna. Namun demikian, secara umum hikmah beriman
kepada qadha dan qadar ini antara lain:
1.
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar Allah Swt dapat mengurangi rasa tertekan jiwa
karena kegagalan dalam usaha atau hidup
pada umumnya. Dengan percaya pada qadha dan qadar dapat dihindari rasa kecewa
atau frustasi yang mendalam. Sebab dia berkeyakinan bahwa semua itu sudah
digariskan oleh Allah. Manusia hanya dikenakan kewajiban untuk berusaha. Hal
ini pernah disampaikan oleh Nabi Saw.
الْمُؤْمِنُ
الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي
كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ
وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا
وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ
الشَّيْطَانِ (رواه مسلم)
Artinya:
Mukmin yang kuat itu lebih baik dan
lebih dicintai Allah dari pada mukmin yang lemah, tetapi pada diri
masing-masing mendapat kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk memperoleh apa
yang bermanfaat bagimu dengan memohon pertolongan kepada Allah dan jangan
malas. Apabila engkau tertimpa sesuatu makan janganlah engkau mengatakan,
"Seandainya aku berbuat begini tentu hasilnya begini dan begitu",
akan tetapu uacapkanlah, "Allah telah menakdirkan dan apa yang Dia
kehendaki Dia laksanakan." Karena sesungguhnya "andaikata" itu
akan membuka perbuatan setan. (HR Muslim)
akan
terhindar dari kesombongan saat dia menuai kesuksesan, dan terhindar dari
penyakit stress (depresi) jika dia mendapatkan kegagalan.
2. akan terhindar dari kesombongan saat dia
menuai kesuksesan
3. akan selalu
mematuhi aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan Allah SWT. Seperti contoh, Allah
Swt membuat sebuah ketentuan atau hukum sebab akibat, "barang siapa yang
sungguh-sungguh, maka dia akan menuai kesuksesan." Maka, manusia yang
yakin akan ketentuan seperti itu akan berusaha bersungguh-sunggu dalam
melakukan sesuatu. Karena, hukum Allah adalah dia akan menuai kesuksesan.
3. dapat membangkitkan gairah dan semangat kerja,
dapat mendorong seorang mukmin untuk menciptakan kegiatan yang bersifat positif
untuk memperoleh kehidupan yang lebih layak. Sekaligus, dia akan dapat
mengangkat dirinya kepada sifat-sifat yang luhur dan mulia.
D. ORANG YANG TIDAK PERCAYA
PADA QADHA DAN QADAR
Orang yang tidak percaya adanya qadha dan qadar ini
berarti tidak sempurna imannya, karena dianggap tidak mengakui kesempurnaan
ilmu Allah Swt, keagungan, maupun iradah-Nya. Padahal, salah satu rukun Iman
itu adalah iman kepada qadha dan qadar Allah.
Ayat-ayat Al-Quran menandaskan, bahwa tidak ada
sesuatupun yang terjadi di alam ini
tanpa sepengetahuan dan kehendak Allah. Orang yang mengingkari qadha dan qadar
berarti mendustakan ayat-ayat Allah.
Bilamana
terdapat orang yang menganggap segala sesuatu tergantung dirinya sendiri,
segala kebajikan dan keberuntungan yang diperolehnya dikarenakan kecakapannya
semata tentulah dia dapat dikategorikan sebagai orang congkak, angkuh, dan
hamba yang tidak bersyukur. Orang yang demikian ini akan dibenci dan dihindari
oleh masyarakat di sekitarnya. Selain itu, Allah enggan untuk memasukkannya
kedalam surga-Nya.
Orang yang ditimpa bencana dengan anggapan bencana itu
semata-mata karena kekeliruannya, mungkin akan terlalu menyesali dirinya, atau
akan mendendam kepada orang-orang di sekitarnya. Kemudian, bila seseorang yang selalu ditimpa musibah secara
bertubi-tubi dengan tanpa menyandarkannya kepada Allah, sementara dia sendiri
tidak memiliki kemampuan menolak musibah tersebut tentu akan menimbulkan sikap
frustasi dan berujung pada tindakan fatal. Jika sudah demikian, dia akan susah
melanjutkan sisa hidupnya.
Munculnya kesesatan manusia diawali dengan pendurhakaan
akan ajaran Allah Swt. Pendurhakaan tersebut muncul karena tumbuhnya sifat
sombong lagi congkak, yang kemudian berakibat merasa benar sendiri. Akhirnya,
dia akan berbuat kerusakan dan tidak mau menunaikan perintah Allah Swt.
RANGKUMAN
- Qadha adalah keputusan yang berlaku menjadi kenyataan atas tiap-tiap makhluk sesuai dengan ilmu serta takdir Tuhan semenjak zaman azali
- Qadar adalah ketentuan-ketentuan yang mesti berlaku atas tiap-tiap makhluk, sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan oleh Tuhan semenjak zaman azali, termasuk juga ketentuan yang baik dan buruk kesemuanya akan berlaku menurut kehendak Tuhan
- Iman kepada qadha dan qadar ialah membenarkan dengan sesungguhnya bahwa segala sesuatu yang terjadi, baik dan buruk itu adalah atas qadha dan qadar
- Hikmah beriman pada qadha dan qadar antara lain: menghilangkan kesombongan, stress dan depresi; meraih kesuksesan; meningkatkan semangat kerja
LATIHAN KECAKAPAN
Tugas Diskusi.
Diskusikan dengan teman-teman anda apakah terjadinya
bencana alam yang mendera sebuah
negara itu sebagai takdir atau bukan. Bagaimana dengan keterlibatan manusia
dalam melahirkan bencana-bencana, seperti banjir, kemarau panjang, atau
tsunami.
LATIHAN
A.Pilihlah jawaban yang
paling benar di bawah dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a,b,c, atau d
pada soal-soal di bawah ini!
1. Di bawah
ini adalah makna dari qadha kecuali …
a. hukum c.
kehendak
b. perintah d. mengganti ibadah
2. Sedangkan qadar bermakna di bawah ini kecuali..
a. menertibkan c.
menentukan
b. mengukur d.
dipastikan muncul dari
Tuhan
3. Menurut Allah sebagaumana yang difirmankan dalam QS Al-Hadid: 23, adanya
perintah untuk meyakini adanya qadar ini adalah…
a. agar bisa melihat masa depan dengan jelas
b. agar memuluskan jalan hidupnya
c. agar tidak kecewa ketika mendapatkan musibah atau kegagalan
d. agar hidup lebih menyenangkan
4. Hikmah beriman kepada qadha dan qadar antara lain…
a. menjadikan hidup lebih tentram
dan bahagia
b. menambah gairah melakukan
perbuatan dosa
c. ridha dengan perilaku jeleknya
d. menghadapi masa depan yang
lebih gemilang
5. Orang yang tidak beriman kepada qadha dan
qadar akan mendapatkan resiko yang cukup besar, antara lain..
a. hidup bahagia
b. hidup lebih terarah dan fokus
c. hidup menjadi tentram dan sejahtera senantiasa diliputi kedamaian
d. mudah terkena depressi atau stress yang
kemudian merusak hidupnya
