PENINGKATAN
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
DENGAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN
IPA DAN IPS
(Laporan)
Oleh
RITA YURIDA
NIM
: 814 646 072
UNIVERSITAS
TERBUKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN
UPBJJ-UT BANDAR
LAMPUNG
2009.2
LEMBAR
PENGESAHAN
|
1.
|
Judul Laporan
|
:
|
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
SISWA DENGAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN IPA DAN IPS KELAS VI SD NEGERI 1 PANGGUNG JAYA KEC. RAWAJITU UTARA TAHUN PELAJARAN
2009/2010
|
2. Identitas Peneliti :
N A M A :
RITA YURIDA
NIM :
814 646 072
PROGRAM STUDI : S-1 PGSD
MASA UJIAN : 2009.2
KELOMPOK BELAJAR : BUMI DIPASENA
3. Lokasi Penelitian :
NAMA SEKOLAH : SD NEGERI 1 PANGGUNG JAYA
KELAS :
VI (ENAM)
MATA PELAJARAN : IPA DAN IPS
ALAMAT :
Panggung Jaya Kec. Rawajitu Utara
Kab. Mesuji
4.
Lama Penelitian :
1 Bulan (3 Siklus Pembelajaran)
Bumi Dipasena, Nopember 2009
Mengetahui Mahasiswa
Supervisor
Drs. ERI
SETIAWAN, M.Si. RITA
YURIDA
NIP. 1958111019883 1 002 NIM. 814 646 072
LEMBAR KONSULTASI LAPORAN PKP
|
1.
|
Judul
Laporan
|
:
|
PENINGKATAN
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN
IPA DAN IPS KELAS VI SD NEGERI 1 PANGGUNG JAYA KEC. RAWAJITU UTARA TAHUN PELAJARAN
2009/2010
|
2. Identitas Peneliti :
N A M A :
RITA YURIDA
NIM :
814 646 072
PROGRAM STUDI :
S-1 PGSD
MASA UJIAN :
2009.2
KELOMPOK BELAJAR :
BUMI DIPASENA
|
NO
|
HARI /
TANGGAL
|
HAL-HAL YANG DIBICARAKAN
|
PARAF
|
|
|
|
|
|
Bumi
Dipasena, Nopember 2009
Pembimbing,
Drs. ERI SETIAWAN, M.Si.
NIP 1958111019883
1 002
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur hanyalah milik Allah Tuhan Seru sekalian Alam, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang setia
mengagungkan asma-Nya. Atas Rahmat tersebut kami dapat menyelesaikan penelitian
dan laporannya dari awal hingga akhir berjalan lancar, sesuai dengan yang
diharapkan, tanpa menjumpai kendala yang berarti.
Laporan
yang amat sederhana ini disusun sebagai tugas akhir perkuliahan Universitas
Terbuka Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program S-1 PGSD pada mata kuliah
Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP).
Dengan
selesainya laporan ini, kami menyampaikan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak
P A D R I, S.Pd.SD. selaku
Pengelola S-1 PGSD Kelompok Belajar (Pokjar) Bumi Dipasena yang telah
memberikan fasilitas dan kesempatan untuk melaksanakan perkuliahan dan
penelitian untuk laporan ini.
2. Bapak Drs. Eri Setiawan, M.Si. selaku Dosen
Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penelitian ini sehingga penelitian dan penulisannya ini dapat
terselesaikan sesuai dengan targetnya.
3. Ibu Eni Puryanti selaku Kepala SD negeri 1 Panggung Jaya yang
telah memberikan ijin dan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan penelitian.
4. Bapak Samsuri selaku teman sejawat yang
dengan setia mendampingi, mengamati dan memberikan masukan-masukan yang amat
berarti untuk kelancaran proses penelitian ini.
iii
5. Bapak Ibu guru SD Negeri 1 Panggung Jaya yang
telah membantu pelaksanaan observasi dalam penelitian atau perbaikan
pembelajaran ini.
6. Rekan-rekan Mahasiswa S-1 PGSD Pokjar Bumi
Dipasena sebagai rekan diskusi dalam pelaksanaan pembelajaran dan penyusunan
laporan ini.
Kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil hingga
terselesaikannya penyusunan dan penulisan laporan ini, kami tidak bisa
memberikan imbalan apa-apa kecuali hanya bisa berdoa semoga akan mendapat
imbalan yang setimpal dari Allah Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin.
Kami
menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca dan kami berharap
kiranya laporan ini ada manfaatnya, khususnya bagi kami pribadi dan umumnya
kepada segenap pembaca sekalian. Amin.
Bumi
Dipasena, Nopember 2009
Penulis,
RITA YURIDA
NIM. 814 646 072
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL............................................................................................ vii
BAB I : PENDAHULUN
A.
Latar
Belakang Masalah ........................................ 1
B.
Rumusan
Masalah .................................................. 5
C.
Tujuan
Penelitian ................................................... 6
D.
Manfaat
Penelitian ................................................. 6
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A.
Pengertian
Motivasi Pembelajaran ......................... 8
B.
Pengertian
Hasil Belajar ........................................ 9
C.
Pembelajaran
Strategi Heuristik ............................ 11
BAB III : PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Subjek Penelitian .......................................................... 13
B. Deskripsi Per Siklus ............................................. 14
v
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian ...................................... 18
1.
Hasil / Temuan yang Diperoleh ........................ 18
2. Peningkatan Motivasi Belajar
Siswa ................ 22
3.
Peningkatan Hasil Belajas Siswa ....................... 23
B. Pembahasan ........................................................... 24
1.
Siklus I ............................................................... 24
2.
Siklus II ............................................................. 26
3.
Siklus III ............................................................ 29
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................... 32
B. Saran...................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan
adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu
belajar ( learning ) dan pembelajaran ( intruction ). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik
dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik.
Dalam
proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan
pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari,
penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang pendidik adalah seseorang atau
sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan
seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar yang efektif.
Kegiatan
belajar mengajar melibatkan beberapa komponen, yaitu peserta didik, guru
(pendidik), tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar, media dan
evaluasi. Tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang
positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti
: perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over
behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur
katanya, motorik dan gaya hidupnya.
Tujuan
pembelajaran yang diinginkan tentu yang optimal, untuk itu ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan oleh pendidik, salah satu diantaranya yang menurut
penulis penting adalah Metodologi mengajar. Mengajar merupakan istilah kunci
yang hampir tak pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan karena
keeratan hubungan antara keduanya.
Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan
perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM)
bergantung pada cara/mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya enak menurut
siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang
diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada
siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, Motorik dan gaya hidupnya.
Metodologi
mengajar banyak ragamnya, kita sebagai pendidik tentu harus memiliki metode
mengajar yang beraneka ragam, agar dalam proses belajar mengajar tidak
menggunakan hanya satu metode saja, tetapi harus divariasikan, yaitu disesuaikan
dengan tipe belajar siswa dan kondisi serta situasi yang ada pada saat itu,
sehingga tujuan pengajaran yang telah dirumuskan oleh pendidik dapat
terwujud/tercapai
Dalam kegiatan belajar mengajar banyak
metode yang biasa dipakai oleh guru
untuk menyampaikan pelajaran kepada anak didiknya. Dari sekian banyak metode
tidak ada metode yang paling baik, begitu sebaliknya juga tidak ada metode yang
paling buruk. Metode yang dipakai untuk menyampaikan pelajaran dinamakan dengan
metode pengajaran.
Masing-masing
metode pengajaran selalu mempunyai kekurangan maupun kelebihan. Kekurangan
maupun Kelebihan itu sendiri disamping menjadi karakter khusus dari metode itu
sendiri, juga kekurangan maupun kelebihan metode pengajaran. Itu sangat
ditentukan oleh faktor lain, yaitu audience atau objek yang dikenai metode itu,
bisa pula jenis mata pelajaran yang diajarkan. Mengingat karakter maupun jenis
informasi yang dimiliki oleh setiap mata mata pelajaran itu tidak sama, maka
tidak ada satu metode yang baik untuk semua mata pelajaran, demikian pula tidak
ada satu metode yang buruk untuk semua mata pelajaran.
Karena itu bisa
jadi metode pengajaran tertentu sangat baik untuk mata pelajaran itu pula,
demikian setrusnya. Selanjutnya yang menjadi persoalan adalah belum adanya
hasil penelitian yang menyatakan bahwa untuk metode tertentu sangat baik untuk
mata pelajaran tertentu, demikian sebaliknya jangan menggunakan metode itu,
karena sangat tidak tepat untuk mata pelajaran itu. Jika ada yang berpendapat
bahwa metode tertentu baik untuk mata pelajaran tertentu pula, namun ternyata
tidak bias dipraktekkan untuk disegala tempat, juga disegala tingkatan. Dengan
demikian untuk memilih metode mana yang paling tepat dalam rangka meningkatkan
hasil prestasi belajar untuk mata pelajaran yang tertentu, dalam hal ini
khususnya mata pelajaran Sejarah diperlukan langkah-langkah yang tepat.
Memilih
metode guna meningkatkan prestasi belajar khususnya mata pelajaran Sejarah digunakan langkah-langkah sebagai berikut :
- pertama, mendasarkan pada pendapat orang lain ( ahli ) mengenai metode mana yang tepat.
- kedua, menerapkan metode tersebut kemudian membandingkan penggunaan metode- metode itu sehingga didapatkan pilihan yang tepat mengenai metode yang akan digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar.
Muhibbin Syah ( 2000 ), mendefinisikan
bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan
memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai
diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama ( socialized
recitation ).
Metode diskusi diaplikasikan dalam proses
belajar mengajar untuk mendorong siswa berpikir kritis, mendorong siswa
mengekspresikan pendapatnya secara bebas, mendorong siswa menyumbangkan buah
pikirnya untuk memcahkan masalah bersama, dan mengambil satu alternatif jawaban
atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan
pertimbangan yang seksama.
Oleh karena itu
peneliti menawarkan sebuah solusi dengan mengambil metode pembelajaran sejarah
dengan metode diskusi. Pada penelitian ini peneliti mengambil judul “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Sejarah Dengan Metode
Diskusi di Madrasah Tsanawiyah Qomarul
Hidayah Tugu Trenggalek”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas penulis menentukan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan metode
diskusi pada mata pelajaran Sejarah di
Madrasah Tsanawiyah Qomarul Hidayah Tugu Trenggalek ?
2. Bagaimana peningkatan
Prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran Sejarah di Madrasah Tsanawiyah
Qomarul Hidayah Tugu Trenggalek dengan metode diskusi ?
C.
Tujuan
Sebagaimana
rumusan masalah diatas penelitian bertujuan sebagai berikut :
1. Menerapkan metode diskusi pada mata pelajaran Sejarah di Madrasah
Tsanawiyah Qomarul Hidayah Tugu Trenggalek.
2. Meningkatkan Prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah di Madrasah Tsanawiyah Qomarul Hidayah Tugu
Trenggalek dengan metode diskusi.
D.
Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian
ini akan dibahas berbagai hal diantaranya yaitu :
1. Prestasi siswa dalam mengikuti KBM
2. Metode diskusi
E.
Manfaat Penelitian
Ada banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan
penelitian yaitu :
1. Bagi siswa
Menumbuhkan motivasi siswa untuk
belajar, meningkatkan keberanian siswa untuk berpendapat ataupun mengutartakan
pertanyaan sehingga mampu menepis perasaan kecemasan matematika, membiasakan
siswa untuk kritis dan kreatif dalam KBM sehingga dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran.
2. Bagi Guru
Menambah wawasan guru dan
pengetahuan tentang pembelajaran yang efektif untuk pembelajaran Matemtika
sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
Dengan dikenalnya dan
dikembangkannya metode pembelajaran yang variatif dan kreatif akan meningkatkan
prestasi akademik siswa yang mana akan berpengaruh juga terhadap mkualitas dan
mutu pembelajaran dari sekolah yang bersangkutan.
F. Tindakan Yang Dipilih
Untuk mengatasi
model di atas salah satunya dengan melalui metode Diskusi. Metode diskusi diaplikasikan dalam proses
belajar mengajar untuk mendorong siswa berpikir kritis, mendorong siswa
mengekspresikan pendapatnya secara bebas. mendorong siswa menyumbangkan buah
pikirnya untuk memcahkan masalah bersama dan mengambil satu alternatif jawaban
atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdsarkan
pertimbangan yang seksama.
Bagi siswa untuk
benar-benar mengerti dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan, mereka harus kerja
untuk memecahkan masalah, menemukan suatu bagi dirinya sendiri dan selalu
bergulat dengan ide-ide dan gagasan. Tugas mendidik tidak hanya menuangkan atau
menjelaskan sejumlah informasi ke dalam benak siswa, tetapi mengusahakan
bagaimana agar konsep-konsep penting dan berguna dan ketahanan kuat dalam benak
siswa.
Metode
diskusi ini lebih ditekan pada siswa
sebagai subjek dan pelaku dalam pembelajaran. Kelebihan metode diskusiadalah menyadarkan anak
didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan, menyadarkan ank
didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara
konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik, dan membiasakan
anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan
pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi.
C. Metode Diskusi
1. Pengertian
“Metode diskusi adalah metode pengajaran
dimana siswa membahas, bertukar pikiran atau pendapat mengenai suatu topik atau
masalah tertentu untuk dapat mencapai suatu kesepakatan atau kesimpulan”. (
Dekdikbud, 1984 : 31 ).
Jadi pengertian diskusi kelompok adalah
suatu cara mengajar yang digunakan guru dalam pemberian materi pelajaran (
topik bahasan ) melalui pemecahan masalah untuk menarik suatu kesimpulan
bersama.
2. Jenis-jenis Metode Diskusi
a.
Whole group
Suatu diskusi dimana anggota kelompok yang melaksanakan
tidak lebih dari 15 (lima
belas) orang peserta.
b.
Buzz group
Suatu diskusi yang terdiri dari satu kelompok besar dibagi
menjadi 2 sampai 8 kelompok yang lebih kecil.
c.
Panel
Suatu diskusi yang sering digunakan yang dari satu kelompok
kecil 3-6 orang peserta dengan susunan semi melingkar yang dihadapkan pada satu
kelompok besar peserta lain.
d.
Caologium
Metode diskusi yang dijalankan oleh beberapa orang tetapi
tidak dalam bentuk pidato.
e.
Informal
Debate
Diskusi yang dilaksanakan dengan membagi kelompok menjadi 2
(dua) team yang sama kuat dan jumlahnya seimbang.
f.
Fish Bowl
Diskusi yang terdiri dari seorang moderator dan satu atau
tiga orang nara
sumber, duduk dalam susunan semi lingkaran berderet dengan kursi menghadap
kelompok.
Adapun tujuan dari penggunaan metode
diskusi ini adalah :
a)
Membangkitkan
kegiatan belajar dengan cara membahas dan memecahkan masalah.
b)
Baik untuk
menumbuhkan dan membina sikap serta perbuatan siswa secara demokratis.
c)
Baik untuk
menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan cara piker kritis dan logis.
d)
Membina siswa
untuk dapat mengemukakan pendapatnya dengan bahasa yang baik dan benar.
3 Kebaikan dan Kelemahan Metode Diskusi
Adapun
kebaikan dan kelemahan metode diskusi
adalah sebagai berikut :
1.
Kebaikan
·
Mendidik
siswa untuk belajar bertukar pikiran.
·
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk dapat memperoleh penjelasan dari berbagai sudut
pandangan atau sumber.
·
Merangsang
siswa untuk mengemukakan pendapat atau menentang pendapat teman.
·
Mendidik
siswa untuk menghayati pembaharuan suatu problem secara bersama-sama.
2.
Kelemahan
·
Tidak semua
topik dapat dijadikan pokok diskusi.
·
Diskusi
membutuhkan waktu yang sama.
·
Tidak semua
siswa berani mengemukakan pendapatnya.
·
Diskusi akan
didominasi oleh siswa yang berani dan biasa bicara.
Selanjutnya untuk menutupi segala
kekurangan yang terdapat dalam metode pengajaran diskusi ini, maka seorang guru
harus pandai-pandai menutupi kekurangan tadi dengan misalnya memberikan
variasi-variasi pada waktu pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas.
Variasi pada pada penerapan metode diskusi dapat diselingi dengan metode tanya
jawab dan metode yang lainnya, yang bertujuan untuk melihat efektifitas metode
pengajaran yang diterapkan.
D.
Pembahasan Tentang Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi
Berikut
ini akan penulis paparkan definisi tentang prestsi menurut pendapat para ahli :
a. Menurut Kamus Umum
W.J.S Poerwadarminta, prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan,
dikerjakan dan sebagainya).
b. Dalam Kamus Edisi
Ketiga (2000) didefinisikan bahwa prestasi adalah hasil yang telah diperoleh
(dicapai dan lain-lain) ataupun pencapaian terhadap sesuatu.
c. L.W.Rue (1993)
berpendapat bahwa prestasi adalah hasil pencapaian tugas yang merujuk kepada
kerja bagi setiap individu.
d. Philip Ricciardi
(1996) menyatakan pula bahwa prestasi merupakan hasil yang berhasil dicapai
dengan kuantitas tertentu atau nilai kerja yang dilakukan terhadap pelajaran
atau hasil belajar. Menurut beliau juga, prestasi merupakan suatu kebolehan
untuk menghasilkan sesuatu yang benar dengan cara yang benar dan dilakukan pada
saat yang tepat dalam suatu usaha yang bersesuaian.
e. Menurut Tuty
Haryati definisi dari prestasi adalah suatu hasil luar biasa/dahsyat yang telah
dicapai. Menurutnya pula prestasi merupakan sebuah keberhasilan berstandar
tinggi yang citranya hanya diperoleh segelintir orang. Dengan kemampuan berfikir dan menilai, prestasi diasumsikan
sebagai kesuksesan dengan ukuran yang ditentukan sendiri berdasrakan hasil
penilaian yang eksternal. Dengan nilai yang tinggi, beliau juga memaknai
prestasi sebagai barang mewah dimana hanya sedikit orang saja yang sanggup
menyandangnya.
Dari
beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa:
a. Prestasi adalah
hasil pencapaian terhadap tugas yang diberikan kepada individu maupun
organisasi.
b. Prestasi tidak
mengandung konotasi negatif, artinya keberhasilan dalam kebaikan, karena semua
orang selalu mngharapkannya.
2.
Pengertian Belajar
Kata
belajar berasal dari kata dasar “ajar” yang mendapat awalan ber- menjadi
belajar, yang berarti “berusha supaya memperoleh kepandaian, ilmu dan
sebagainya.
Pengertian
tentang belajar itu sangat kompleks, sehingga banyak pengertian yang dapat
diambil dari padanya. Akan tetapi belajar mempunyai cirri–ciri kegiatan yang
antara lain adalah: “Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui
suatu pengalaman atau latihan.”
Manusia
belajar dengan tujuan agar terjadi perubahan di dalam aspek kehidupannya, baik
manusia itu sebagai makhluk psichophisis maupun sebagai makhluk socioindividual
ataupun sebagai makhluk culturreligius.
Sebagai
makhluk psichophisis manusia belajar nampak dengan usahanya untuk mencari keseimbangan
kehidupan individu dalm hidup bermasyarakat. Sedangkan sebagai makhluk
culturreligius nampak dengan usahanya untuk membudayakan lingkungan dan
kestabilan beragama.
Untuk
lebih memperjelas tentang pengertian belajar, maka penulis perlu mendefinisikan
pengertian belajar menurut pemikiran para ahli. Walaupun terjadi perbedaan yang
dipengaruhi oleh sudut pandang yang berbeda, tetapi pada prinsipnya mempunyai
titik persamaan.
Agoes
Soejanto mendefinisikan belajar adalah sebagai berikut:
“Belajar adalah suatu
proses perubahan yang terus menerus pada diri manusia karena usaha untuk
mencapai ke arah kehidupan atas bimbingan tentang cita-citanya dan sesuai
dengan cita-cita dan falsafahnya.
Berbeda
dengan Agoes Soejanto, Prof. Dr. Nasution dalam bukunya mengemukakan bahwa:
“Belajar adalah
perubahan-perubahan dalam sistem urat syaraf ….. Definisi lain belajar adalah
penambahan atau pengetahuan …… Definisi ketiga merumuskan bahwa belajar adalah
sebagi perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan”.
Berdasarkan
pendapat para ahli tersebut ditinjau dari sudut peristiwa yang terjadi pada
sitem psichophisis seseorang yang melakukan belajar berarti suatu proses
bekerjanya sistem urat saraf dimana berbagai perubahan terjadi didalamnya.
Ditinjau
dari sikap individu dalam menghadapi objek yang dipelajari, belajar dalah suatu
kegiatan menyusun dan mengatur lingkungn dengan sebaik-baiknya, sehingga
lingkungan tersebut terserap oleh individu yang bersangkutan.
Jika
ditinjau dari segi kegiatannya, belajar adalah suatu kegiatan untuk memmperoleh
kebiasaan-kebiasaan, pegetahuan dan pengembangan tertentu dari sikap-sikap bagi
orang yang melakukannya.
Dari
uraian di atas, belajar mempunyai beberapa pengertian yaitu yang pertama bahwa
belajar merupakan perubahan-perubahan dari proses bekerjanya urat syaraf. Kedua
belajar mepunyai arti kemampuan menyusun dan mengatur lingkungan dengan
sebaik–baiknya dan yang ketiga belajar merupakan suatu proses untuk memperoleh
pengertian dan pengembangan sikap.
Ditinjau
dari masanya (modern dan tidaknya), belajar memiliki dua pengertian, yaitu:
a. Menurut Pendapat
Tradisional
Menurut pendapat tradisional, belajar
adalah: “menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan.”
Berdasarkan pendapat ini belajar
merupakan suatu proses pengumpulan bermacam-macam pengetahuan
sebanyak-banyaknya. Jadi yang diutamakan dalam belajar menurut pendapat ini
adalah pendidikan intelek, dimana anak didik diberikan beraneka ragam pelajaran
untuk menambah pengetahuan terutama dengan jalan menghafal. Dalam hal ini kemampuan
untuk menerapkan ilmu yang diperoleh (praktik) kurang diutamakan.
b. Menurut Pendapat
Modern
Menurut pendapat modern, belajar adalah:
“a change a behavior” atau perubahan tingkah laku seperti yang telah di
difinisikan oleh Ernest R. Hilgard:
“Learning is the process by wick an activity originates or
is changed through training procedures (weather in the laboratory or in the
natural environment), as distinguished from changes by factors not attributable
to training.”
Dalam definisi tersebut dikemukakan bahwa
seseorang itu belajar apabila ia dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya ia
tidak dapat melakukan atau mengerjakan. Dan adanya perubahan tingkah laku
apabila ia menghadapi suatu keadaan.
Dalam hal ini, Prof. Dr. Winarno
Surahmad mengemukakan bahwa beberapa hal yang menjadai ciri daripada belajar,
yaitu:
1.
Adanya suatu
usaha yng dilakukan seseorang.
2.
Adanya tujuan
yang di inginkan.
3.
Adanya hasil
yang dicapai.
Dengan demikian dapat diambil suatu
kesimpulan, bahwa di dalam masa hidupnya manusia tidak bisa melepaskan diri
dari proses belajar yang merupakan suatu proses untuk menuju perubahan dan
untuk memenuhi cita-citanya.
3.
Beberapa Teori Tentang
Belajar
Selain yang tersebut di atas, ada
beberapa teori balajar yang dianut oleh masyarakat. Ada tiga teori belajar yang akan penulis
paparkan, yaitu:
a.Teori Transfer of Training
Teori ini berasal dari ilmu jiwa daya,
yang berpendapat bahwa jiwa manusia itu terdiri dari beberapa daya yang dapat
dipindahkan.
Menurut teori ini jiwa terdiri dari
berbagai daya, masing-masing dengan fungsi tertentu seperti daya-daya itu dapat
dilatih sehingga manambah baik fungsinya.
Teori ini dipelopori oleh Aristoteles
yang berpendapat bahwa jiwa adalah merupakan daya kerja otak, dimana otak ini
terdiri dari bagian-bagian yang masing-masing dapat dilatih sehingga dapat
mencapai kemampuan semaksimal mungkin. Dari hasil latihan ini dapat dipindahkan
dari bagian yang satu kebagian yang lain.
Drs. Agoes soejanto memberi koreksi atas
teori ini sebagai berikut:
1. Bahwa proses belajar hanya berlangsung dengan
menyalurkan hasil training, padahal sering terjadi pada waktu kita berfikir,
perasaan ikut berfungsi, demikian pula dengan kemauan dan sebagainya.
2. Kebenaran adanya transfer tidak Mutlak tetapi terbatas.
3. Memnghargai lenih tinggi fikiran daripada aspek jiwa
yang lain misalnya: perasaan, kemauan dan sebagainya gejala intelektualisme.
b. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi
Belajar menurut ilmu jiwa asosiasi
terdapat dua teori, yaitu connectinisme atau bond Phiphotesis dari teori
conditioning.
1. Teori Connectinisme
Penyelidik yang terkenal dalam teori ini
adalah Thoradike dengan teorinya yang terkenal S – R bond teori.
Prof. S. Nasution mengemukakan “Menurut
teori ini belajar adalah pembentukan atau penguatan antara S (stimulus) dan R
(respon), reaksi ini antara S dan R terjadi hubungan (bond) yang erat bila seri
ditarik.”
Mendidik dan mengajar tidak lain adalah
memberi stimulus atau perangsang tertentu kepada anak yang menimbulkan
pandangan suatu reaksi atau respon yang kita inginkan. Hubungan S dan R
diulang-ulang, agar bertambah erat sehingga menjadi kebiasaan dan tidak segera
dilupakan. Dengan hal ini peranan guru sangat pentinng untuk mempengaruhi
situasi belajar mengajar, yaitu untuk menentukan dan memperkuat hubungan
stimulus dan respon.
Dalam dunia pendidikan ada
keberatan-keberatan dari apa yang dikemukakan dalam teori ini antara lain:
a.
Belajar
menurut teori ini adalah mekanistis.
b.
Pelajaran
bersifat teacher centered.
c.
Anak pasif
artinya kurang didorong untuk berfikir tidak turun menetukan bahan pelajaran
sesuai dengan kebutuhannya.
d.
Teori ini
mengutamakan pembentukan materi.
2. Teori Conditioning
Teori ini dipelopori oleh ivav Pavlov
yang sebenarnya dikenal sebagai pengembangan dari teori Connectinisme. Dalam
hal ini dikatakan bahwa:
Hubungan S – R yang bersifat otomatis
dianggap kurang tepet. Menusia sebagai organisme yang unik, menghadapi situasi
dengan cara tersendiri tergantung pada bakat dan pengalamannya. Itu sebabnya
faktor individu atau organisme dimasukkan menjadi S – O – R dimana O
(organisme) turut menentukan S dan R.
Menurut teori ini tingkah laku manusia
sebenarnya hanyalh merupakan hasil kerja sama antara beberapa reflek. Karena
itu proses belajar tidak lain adalah proses mebiasakan adanya kerja sama antara
reflek-reflek sebagaimana dikehendaki manusia.
Meskipun demikian masih dapat
dikemukakan beberapa kelemahan dari teori yang dikemukakan oleh Ivav Pavlov:
a.
Percobaan dalam laboratorium berlainan dengan
x keadaan dalam kehidupan yang sebenarnya.
b.
Pribadi
seorang (tujuannya, kesanggupannya minatnya dsb) dapat mempengaruhi hasil
experimen.
c.
Respons mungkin dipengaruhi oleh stimulus
yang tidak dikenal. Tak dapat diramalkan lebih lanjut stimulus manakah yang
menarik perhatian seseorang.
d.
Teori ini
terlampau sederhana dan tidak memuaskan untuk menjelaskan segala seluk beluk
belajar yang sangat kompleks itu.
3. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt
Teori ini dikemukakan oleh Wilham Windt
dengan hasil experimennya mengatakan “Bahwa manusia adalah organisasi yang
merupakan kesatuan bulat menyeluruh di dalam mengadakan interaksi dengan alam
sekitarnya yang juga merupakan kesatuan yang bulat pula, sehingga karena ia
selalu berusaha untuk merubah cara-cara hidupnya sebagai hasil interaksi
tersebut. Proses berinteraksi untuk mendapatkan perubahan dalam kehidupan
inilah yang disebut belajar.”
Teori ini mengemukakan keseluruhan
sebagai prinsip yang penting, anak itu tidak dipandang sebagai sejumlah
daya-daya, melainkan sebagai suatu keseluruhan, yakni suatu organisme yang
dinamis dan senantiasa dalam interaksi dengan dunia sekitarnya untuk mencapai
tujuannya.
Anak itu menerima perangsang dari luar,
yang bersifat selektif terhadap perangsang-perangsang itu, yakni memilih
perangsang-perangsang yang sesuai dengan tujuannya, lalu dia bereaksi terhadap
perangsang-perangsang satu itu dengan mengolahnya. Ia berbuat dengan perangsang
itu. Jadi belajar itu berlangsung berdasarkan lingkungan dan alam itu anak akan
aktif.
Oleh karena itu di dalam belajar
keseluruhan situasi yang bersangkut paut dengan belajar adalah sangat penting
karena antara interaksi manusia dengan lingkungannya selalu bersifat berubah
atau dinamis.
Dengan demikian penulis, tidak pernah
mengalami atau menemui situasi yang sama, sehingga manusia harus selalu
belajar. Seseorang akan belajar jika ia mendapatkan apa yang dikenal denganh
insaigh atau pemahaman terhadap situasi yang problematik.
Dari uraian tentang belajar di atas,
penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa:
1)
Belajar
menurut Ilmu Jiwa Daya (transfer of training) adalah kesanggupan seseorang
untuk mempergunakan suatu pengetahuan yang telah dimiliki kepada situasi yang
baru dijumpainya, kemudian makin banyak pengetahuan yang dimiliki, maka makin
kuatlah daya yang dimiliki, maka makin kuatlah daya kemampuan seseorang dalam mengembangkan
dirinya untuk mencapai pengetahuannya.
2)
Menurut teori
belajar asosiasi belajar itu terjadi hubungan asosiasi, sehingga pengumpulan
pengetahuan oleh seseorang diperlukan untuk menyiapakan bagi asosiasi yang dijumpainya kemudian. Oleh
karena itu diperlukan banyak pengetahuan yang sejenis dengan pengetahuan yang
akan diperolehnya pada situasi yang baru itu.
3)
Menurut Teori
Gestalt belajar itu merupakan pemahaman dari keseluruhan unsur yang ada pada
situasi belajar. Karena itu diperlukan penguasaan pengetahuan yang
sebanyak-banyaknya guna mrmahami pengetahuan yang baru dijumpainya.
4. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai
(dilaksanakan, dikerjakan), sedang pengertian prestasi belajar dalam pembahasan
ini yang penulis maksud adalah hasil diperoleh dari proses belajar dengan nilai
tinggi maupun rendah, baik dalam bentuk nilai kualitatif maupun kuantitatif.
Pelajar atau siswa harus mempunyai
konsekwensi belajar, menekuni pelajarannya demi tercapainya cita-citanya. Tanpa
adanya ketekunan belajar mustahil seorang siswa akan mencapai prestasi yang
tinggi. Belajar adalah merupakan pekerjaan yang berat, seorang siswa tidak akan
sanggup mengeluarkan tenaga yang berat itu dalam satu hari penuh sekalipun
siswa itu mempunyai niatan yang baik, karena pikirannya akan beralih pada satu
topik kepada topik yang lain. Oleh karena itu kegiatan belajar bukanlah
pekerjaan yang terus menerus, tetapi seorang siswa dapat membagi waktunya pada
masa yang pendek dalam kontinuitas belajarnya.
5. Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar memang banyak sekali jenisnya, namun secara umum dapat di golongkan
menjadi dua golongan saja, yaitu faktor yang intern dan faktor ekstern.
a. Faktor Intern
Adalah faktor yang ada dalam inbdividu
yang sedang belajar. Dalam hal ini slameto mengatakan “ ada tiga faktor yang
mempengaruhi yaitu faktor jasmaniyah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.”
1.
Faktor
Jasmaniyah
Faktor jasmaniyah perlu diperhatikan
dalam belajar, karena faktor tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap
belajar. Faktor-faktor tersebut seperti keadaan sehat atau keadaan sakit.
Hal itu dikuatkan oleh Winarno Surachmad
dalam bukunya interaksi belajar mengjar sebagai berikut “Diantara faktor-faktor
yang memberikan kondisi tertentu pada peristiwa belajar adalah faktor
psikologis”.
Kesehatan fisik pada umumnya sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar individu. Orang yang dalam keadaan sehat
dan segar jasmaninya akan berbeda dengan
oaring yang kondisi jasmaninya dalam keadaan sakit.
2. Faktor Psikologis (Rohani)
Faktor ini sangat besar pengaruhnya
terhadap belajar. Karena yang demikian ini dapat membawa siswa kedalam situasi
edukatif.
Salah satu faktor psikologis yang banyak
mempengaruhi belajar adalah faktor minat. Minat adalah faktor kecenderungan
yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapan kegiatan.
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap
belajar, karena jika tidak sesuai dengan minat tidaklah seseorang itu akan
melaksanakan pekerjaannya dengan sebaik-baiknya. Demikian pula halnya dalam
belajar.
Minat sangat perlu mendapat perhatian di
dalam belajar. Dengan adanya minat akan memudahkan timbulnya perhatian dan akan
mempunyai pengaruh yang baik dalam konsentrasi.
3. Faktor Kelelahan
Kelelahan dapat dibedakan dalam dua
bagian, yaitu kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan rohani tampak pada bentuk
lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan
kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan., sehingga
minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan mudah hilang. Ini ditandai
dengan pusing kepala sehingga sulit untuk berkonsentrasi.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang
berasal dari luar diri manusia. Salah satu faktor ekstern yang banyak mewarnai
terhadap siswa adalah faktor keluarga. Karena awal pendidikan anak adalah
berlangsung dalam keluarga. Sehingga kerja sama antara keluarga sangatlah
penting demi berhasilnya pendidikan yang dicita-citakan.
Faktor keluarga yang banyak mewarnai
pada belajar adalah:
1. Pekerjaan Orang Tua
Orang tua hendaknya selalu menjaga dan
memperhatikan kebutuhan anak, baik kebutuhan primer atupun kebutuhan jiwa dan
sosial. Anak sangat membutuhkan pemeliharaan langsung dari orang tua. Namun
tidak semua orangtua melakukannya terhadap anak. Hal ini disebabkan karena
orang tua yang bekerja sehari-hari, sehingga perhatian orang tua terhadap anak
kurang.
Dalam hal ini tersebut Zakiyah Darojad
mengatakan “Orang yang bekerja sedikit tiap hari ia selalu mengalami pergantian
udara antara rumah tangga, kantor atau masyarakat luar, maka ia akan menghadapi
anak-anaknya dan rumah tangganya dengan hati tenang, lega dan gembira”.
Dari pendapat tersebut menunjukkan
bahwa, betapa besar pengaruh orang tua terhadap anak, baik dalam sikap, tingkah
laku maupun dalam belajar anak. Orang tua yang selalu sibuk dengan pekerjaan,
perhatiannya terhadap anakpun menjadi sangat berkurang. Ini bisa menimbulkan
pertumbuhan fisik, perasaan, kecerdasandan sosial anak kurang baik sehingga
dapat mengakibatkan prestasi belajar anak berkurang. Orang tua yang tidak
disibukkan oleh pekerjaan dan ekonominya akan banyak mencurahkan perhatiannya
terhadap anak.
2. Keadaan Ekonomi Orang Tua
Pekerjaan akan memberikan penghasilan
yang tetap yang merupakan salah salah satu harapan seseorang. Manusia bekerja
dengan harapan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan jasmani maupun
rohani.
Dengan kondisi orang tua yang mantap
akan terpenuhi semua saran dan alat-alat pelajaran yang dibutuhkan anak.
Disamping itu dengan kebutuhan yang cukup, banyak memberikan kesempatan bagi
orang tua untuk memberikan makanan yang penuh gizi kepada anak-anaknya,
sehingga inteligensi anak akan menjadi
cerdas dan tanggap terhadap ilmu pengetahuan yang diterimanya.
Fleming mengatakan “Pengaruh keadaan
sosio ekonomi keluarga juga ada hubungannya dengan kecerdasan anak, sehingga
pada umumya anak-anak yang pandai berasal dari keluarga yang makmur”.
Kemampuan ekonomi orang tua banyak
memberikan kesempatan belajar anak di rumah, sebaliknya ekonomi orang tua yang
kurang mampu bisa mengganggu kesempatan belajar anak di rumah, karena tidak
jarang orang tua banyak mempergunakan tenaga anak-anaknya untuk membantu
kesibukannya. Disamping itu keadaan ekonomi orangtua juga akan berpengaruh
terhadap perkembangan dan belajarnya anak.
Keadaan sosio ekonomi keluarga mempunyai
peranan terhadap perkembangan anak-anak. Apabila kita pikirkan, bahwa dengan
adanya perokonomian yang cukup, ligkungan material yang luas dihadapai oleh anak
dalam keluarganya, ini akan mendapatkan kesempatan yang lebih luas untuk
mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang dimiliki. Karena alat-alat yang
diperlukan dapat disediakan oleh orang tuanya. Kondisi ekonomi orang tua yang
serba cukup (orang tua yang mampu akan menyebabkan orang tua dapat mencurahkan
perhatiannya yang lebih mendalam kepada pendidikan anaknya).
Dengan perhatian orang tua dan ekonomi
yang cukup, anak dapat mengembangkan kecakapannya, sehingga belajarnya akan
berhasil lebih baik. Dengan demikian jelaslah bahwa keadaan ekonomi keluarga
erat hubungannya dengan belajar anak.
Karena dengan terpenuhinya kebutuhan pokoknya, fasilitas belajar akan terpenuhi
dan situasi belajar akan lebih mudah terwujud. Sebaliknya jika anak hidup dalam
keluarga miskin, kebutuhan pokoknya kurang terpenuhi dapat menyebabkan anak
memiliki sifat pesimis dan minder yang sangat tidak mendukung untuk mewujudkan
kondisi belajar yang kondusif, sehingga prestasi belajarnya pun akan berkurang.
E. Ilmu Pengetahuan Sosial
1. Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai
SMP/MTs/SMPLB. IPS
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi
Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta
didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan
bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Di masa yang akan datang
peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat
global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran
IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan
analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan
bermasyarakat yang dinamis.
Mata pelajaran IPS disusun
secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju
kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan
tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan
mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
Manusia sebagai salah satu
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi penghuni di permukaan planet
bumi ini, yang senantiasa berhadapan/berhubungan dengan dimensi-dimensi ruang,
waktu, dan berbagai bentuk kebutuhan (needs)
serta berbagai bentuk peristiwa baik dalam skala individual maupun dalam skala
kelompok (satuan sosial).
Berkenaan dengan sebagian
dari hakekat makhluk manusia tadi, dan kemudian dihadapkan pada beberapa
disiplin ilmu sosial, maka tentu saja terdapat relasi, relevansi, dan fungsi
yang cukup signifikan. Dimensi ruang
(permukaan bumi) dengan segala
fenomenanya, sangat relevan menjadi obyek (bahan) kajian geografi. Sedangkan
dimensi manusia baik dalam skala individual maupun dalam skala kelompok
(masyarakat dan satuan sosial lainnya) sangat relevan menjadi bahan
kajian/telaah disiplin sosiologi dan psikologi sosial. Kemudian dimensi waktu
dan peristiwa-peristiwa yang dialami manusia dari waktu ke waktu sangat relevan
menjadi obyek/bahan kajian bagi disiplin ilmu sejarah. Sedangkan dimensi
kebutuhan (needs) yang senantiasa memiliki karakteristik/sifat keterbatasan
(kelangkaan) sangat tepat menjadi obyek kajian bagi disiplin ilmu ekonomi.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi,
sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar
realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner
dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial itu merupakan
bagian dari kurikulum sekolah yang
diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah,
geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.
Geografi, sejarah, dan
antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi.
Pembelajaran geografi memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan
wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan berkenaan dengan
peristiwa-peristiwa dari berbagai periode. Antropologi meliputi studi-studi
komparatif yang berkenaan dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial,
aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekspresi dan
spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih. Ilmu
politik dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada
aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi dan
psikologi sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran,
kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial. Secara intensif konsep-konsep
seperti ini digunakan ilmu-ilmu sosial dan studi-studi sosial.
Gambar 1. Keterpaduan Cabang
Ilmu Pengetahuan Sosial
2. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Tujuan
utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah
sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap
perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap
masalah yang terjadi sehari-hari baik
yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai
manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Awan
Mutakin, 1998).
Mata pelajaran IPS bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat dan lingkungannya
2. Memiliki
kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan
dalam kehidupan sosial
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai
sosial dan kemanusiaan
4.
Memiliki
kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang
majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
5.
Memiliki
kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui
pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
6.
Mengetahui
dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari
ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah
sosial.
7.
Mampu
menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk
menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.
8.
Menaruh
perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat
analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.
9.
Mampu
mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive
yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat
3. Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial
1. Ruang
lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
2. Manusia,
Tempat, dan Lingkungan
3. Waktu,
Keberlanjutan, dan Perubahan
4. Sistem
Sosial dan Budaya
5. Perilaku
Ekonomi dan Kesejahteraan.
6. Memahami
identitas diri dan keluarga, serta mewujudkan sikap saling menghormati dalam
kemajemukan keluarga
7.
Mendeskripsikan
kedudukan dan peran anggota dalam keluarga dan lingkungan tetangga, serta kerja
sama di antara keduanya
8.
Memahami
sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan
kabupaten/kota dan provinsi
9.
Mengenal
sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan
kabupaten/kota dan provinsi
10. Menghargai berbagai
peninggalan dan tokoh sejarah nasional, keragaman suku bangsa serta kegiatan
ekonomi di Indonesia
11. Menghargai peranan
tokoh pejuang dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia
12. Memahami perkembangan
wilayah Indonesia, keadaan sosial negara di Asia Tenggara serta benua-benua
13. Mengenal gejala
(peristiwa) alam yang terjadi di Indonesia dan negara tetangga, serta dapat
melakukan tindakan dalam menghadapi bencana alam
14. Memahami peranan
Indonesia di era global
4. Konsep Pembelajaran Terpadu
dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
- Model Integrasi Berdasarkan Topik
Dalam pembelajaran IPS keterpaduan dapat
dilakukan berdasarkan topik yang
terkait, misalnya ‘pariwisata’. Pariwisata dalam contoh yang dikembangkan
ditinjau dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam Ilmu Pengetahuan
Sosial. Pengembangan pariwisata dalam hal ini ditinjau dari persebaran dan
kondisi fisis-geografis yang tercakup dalam disiplin Geografi.
Secara sosiologis, pariwisata itu juga
dapat ditinjau dari partisipasi masyarakat, pengaruhnya terhadap kondisi sosial budaya
setempat, dan interaksi antara wisatawan dengan masyarakat lokal. Secara
historis dapat dikembangkan melalui sejarah daerah pariwisata tersebut. Keadaan
politik juga dapat dikaji pula pada topik pengembangan pariwisata berkaitan
dengan pengaruhnya terhadap perkembangan pariwisata. Selanjutnya, dampak
pariwisata terhadap perkembangan ekonomi lokal maupun nasional dapat
dikembangkan melalui kompetensi yang berkaitan dengan ekonomi. Skema berikut
memberikan gambaran keterkaitan suatu topik/tema dengan berbagai disiplin ilmu.
![]() |
Gambar 2: Model Integrasi IPS
Berdasarkan Topik/Tema
- Model Integrasi Berdasarkan Potensi Utama
Keterpaduan IPS dapat dikembangkan
melalui topik yang didasarkan pada potensi utama yang ada di wilayah setempat;
sebagai contoh, “Potensi Bali Sebagai Daerah Tujuan Wisata”. Dalam pembelajaran
yang dikembangkan dalam Kebudayaan Bali dikaji dan ditinjau dari faktor alam,
sosial/antropologis, historis kronologis dan kausalitas, serta perilaku masyarakat
terhadap aturan. Melalui kajian potensi utama yang terdapat di daerahnya, maka
siswa selain dapat memahami kondisi daerahnya juga sekaligus memahami
Kompetensi Dasar yang terdapat pada beberapa disiplin yang tergabung dalam Ilmu
Pengetahuan Sosial.
![]() |
·
Potensi objek
wisata Memupuk
aspirasi terhadap kesenian
· Keamanan dan
stabilitas daerah
· Azas manfaat terhadap
kesejahteraan
penduduk
Gambar
3: Model Integrasi IPS Berdasarkan Potensi Utama
- Model Integrasi Berdasarkan Permasalahan
Model pembelajaran terpadu pada IPS yang
lainnya adalah berdasarkan permasalahan yang ada, contohnya adalah “Pemukiman
Kumuh”. Pada pembelajaran terpadu, Pemukiman Kumuh ditinjau dari beberapa
faktor sosial yang mempengaruhinya. Di antaranya adalah faktor ekonomi, sosial,
dan budaya. Juga dapat dari faktor historis kronologis dan kausalitas, serta
perilaku masyarakat terhadap aturan/norma.
![]() |
Gambar 4. Model Integrasi IPS Berdasarkan
Permasalahan



