#Attribution1 { height:0px; visibility:hidden; display:none }

Tuesday, April 24, 2012

BAB I : PTK KEMAMPUAN KOMUNIKASI LISAN MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk sosial melakukan interaksi dengan lingkungannya, terutama berinteraksi dengan sesama manusia. Dalam melakukan interaksi manusia membutuhkan media interaksi, yaitu komunikasi. Melalui komunikasi, interaksi menjadi lebih bermakna dan mempengaruhi segala aspek kehidupannya. Dengan komunikasi pula manusia dapat menyampaikan segala keinginannya, menyampaikan informasi, berpendapat, baik secara verbal (melalui lisan) maupun secara non verbal.
Hakikat pembelajaran Bahasa Indonesia ialah peningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang diberikan kepada siswa meliputi empat aspek, yaitu mendengar, membaca, menulis, dan berbicara.
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman di lapangan diketahui bahwa di antara ke empat aspek tersebut, kemampuan berbicara siswa dalam proses pembelajaran masih rendah terutama bagi siswa kelas rendah sekolah dasar. Hal ini terlihat pada hasil tes awal kemampuan komunikasi lisan dengan nilai rata-rata 5,9 dan tingkat keberhasilannya mencapai 60 %, karena dari 30 siswa kelas III SD Negeri 3 Waringinsari Barat terdapat 18 siswa (60%) yang memperoleh hasil sesuai yang ditargetkan, dan 12 siswa (40%) yang memperoleh hasil di bawah standar. Padahal kemampuan berbicara ini sangat penting dimiliki oleh siswa karena sangat mendukung terjadinya proses komunikasi secara lisan. Dengan belajar berbicara siswa dapat belajar berkomunikasi dengan baik, bahkan sebagian besar aktivitas kehidupan manusia membutuhkan dukungan kemampuan berbicara. Oleh karena itu kemampuan berbicara telah diajarkan sejak siswa duduk di kelas I melalui pembelajaran keterampilan berbicara.
Berbicara merupakan suatu proses penyampaian informasi, ide atau gagasan dari pembicara kepada pendengar. Si pembicara berdudukan sebagai komunikator sedangkan pendengar sebagai komunikan. Informasi yang disampaikan secara lisan dapat diterima oleh pendengar apabila pembicara mampu menyampaikannya dengan baik dan benar. Dengan demikian, kemampuan berbicara merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kemahiran seseorang dalam penyampaian informasi secara lisan.
Agar pembicaraan itu mencapai tujuan, pembicara harus memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. Hal ini bermakna bahwa pembicara harus memahami betul bagaimana cara berbicara yang efektif sehingga orang lain (pendengar) dapat menangkap informasi yang disampaikan pembicara secara efektif pula.
Di lingkungan sekolah, interaksi antar siswa dan guru sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Apabila interaksi antara siswa dan guru dapat berjalan dengan baik maka pencapaian hasil belajarnya juga baik. Namun apabila interaksi antara siswa dan guru kurang baik maka akan menyebabkan hasil belajar mereka menjadi rendah.
Salah satu upaya meningkatkan kemampuan komunikasi secara lisan bagi siswa di kelas rendah adalah dengan menggunakan pendekatan komunikatif. Strategi belajar-mengajar dalam pendekatan komunikatif didasarkan pada cara belajar siswa/mahasiswa aktif, yang sekarang dikenal dengan istilah Student Centered Learning (SCL). Cara belajar aktif merupakan perkembangan dari teori Dewey Learning by Doing (Pannen, dkk.2001:42). Dengan pendekatan komunikatif tersebut diharapkan rendanya kemampuan siswa kelas III SD Negeri 3 Waringinsari dalam berkomunikasi secara lisan dapat ditingkatkan sesuai target standar yang diharapkan. Dalam Kurikulum Sekolah Dasar 2006 (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006:81) telah menetapkan tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah siswa diharapkan memiliki kemampuan, di antaranya yaitu kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.  Atas dasar pemikiran tersebut penulis mengangkat sebuah judul dalam skripsi ini yaitu : “Peningkatkan Kemampuan Komunikasi Secara Lisan dengan menggunakan Pendekatan Komunikatif pada siswa Kelas III SD Negeri 3 Waringinsari Barat Sukoharjo Pringsewu”.

B.  Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diidentifikasikan masalah penelitian sebagai berikut:
1.    Pembelajaran yang dilakukan masih dilaksanakan secara terpisah (belum secara holistic).
2.    Guru belum menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
3.    Kemampuan komunikasi secara lisan masih rendah
C.    Pembatasan Masalah
1.      Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka masalah dalam penelitian ini perlu dibatasi antara lain:
a.  Meningkatkan kemampuan komunikasi secara lisan.
b. Menggunakan pendekatan komunkatif.
2. Rumusan Masalah dan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian adalah : “rendahnya kemampuan komunikasi secara lisan siswa kelas III SD Negeri 3 Waringinsari Barat”.
Untuk itu permasalahan yang diajukan adalah sebagai berikut :
Apakah  pendekatan komunikatif dapat meningkatkan kemampuan komunikasi secara lisan bagi siswa kelas  III  SD  Negeri 3 Waringinsari Barat Kecamatan Sukoharjo  tahun  pelajaran 2011/2012?

Dengan demikian judul penelitian tindakan kelas ini adalah: Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi secara Lisan dengan Menggunakan Pendekatan komunikatif di Kelas III SD Negeri 3 Waringinsari Barat Tahun Pelajaran 2011/2012.” 
D.  Tujuan Penelitian
Tujuan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan: Proses  pembelajaran  Keterampilan berkomunikasi secara lisan siswa  kelas  III  SD  Negeri 3 Waringinsari Barat Kecamatan Sukoharjo  tahun  pelajaran 2011/2012 menggunakan pendekatan komunikatif.

E.  Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai:
a.  Bahan kajian dalam meningkatkan kualitas kemampuan komunikasi secara lisan
b. Menerapkan pembelajaran temati.
2.  Manfaat praktis
a.  Bagi siswa
1)  Memberi kemudahan bagi siswa dalam menemukan ide / caraberkomunikasi secara lisan.
2)  Menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
3)  Mengoptimalkan penggunaan pebelajaran tematik.
b.   Bagi guru
1) Mengatasi  kesulitan  pembelajaran  berkomunikasi secara lisan  yang  dialamisiswa.
2)  Menjadi  acuan  bagi  guru  untuk  membuat  pembelajaran keterampilan komuniksasi secara lisan yang kreatif dan inovatif.

c.  Bagi peneliti
1)  Mengaplikasikan teori yang diperoleh.
2)  Menambah   pengalaman   peneliti   dalam   penelitian   yang   terkait dengan pembelajaran keterampilan berkomunikasi secara lisan.