BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai
makhluk sosial melakukan interaksi dengan lingkungannya, terutama berinteraksi
dengan sesama manusia. Dalam melakukan interaksi manusia membutuhkan media
interaksi, yaitu komunikasi. Melalui komunikasi, interaksi menjadi lebih
bermakna dan mempengaruhi segala aspek kehidupannya. Dengan komunikasi pula
manusia dapat menyampaikan segala keinginannya, menyampaikan informasi,
berpendapat, baik secara verbal (melalui lisan) maupun secara non verbal.
Hakikat pembelajaran Bahasa
Indonesia ialah peningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa
Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran
Bahasa Indonesia yang diberikan kepada siswa meliputi empat aspek, yaitu mendengar,
membaca, menulis, dan berbicara.
Berdasarkan pengamatan dan
pengalaman di lapangan diketahui bahwa di antara ke empat aspek tersebut,
kemampuan berbicara siswa dalam proses pembelajaran masih rendah terutama bagi siswa
kelas rendah sekolah dasar. Hal ini terlihat pada hasil tes awal kemampuan
komunikasi lisan dengan nilai rata-rata 5,9 dan tingkat keberhasilannya
mencapai 60 %, karena dari 30 siswa kelas III SD Negeri 3 Waringinsari Barat
terdapat 18 siswa (60%) yang memperoleh hasil sesuai yang ditargetkan, dan 12
siswa (40%) yang memperoleh hasil di bawah standar. Padahal kemampuan berbicara
ini sangat penting dimiliki oleh siswa karena sangat mendukung terjadinya
proses komunikasi secara lisan. Dengan belajar berbicara siswa dapat belajar
berkomunikasi dengan baik, bahkan sebagian besar aktivitas kehidupan
manusia membutuhkan dukungan kemampuan berbicara. Oleh karena itu kemampuan
berbicara telah diajarkan sejak siswa duduk di kelas I melalui pembelajaran
keterampilan berbicara.
Berbicara
merupakan suatu proses penyampaian informasi, ide atau gagasan dari pembicara
kepada pendengar. Si pembicara berdudukan sebagai komunikator sedangkan
pendengar sebagai komunikan. Informasi yang disampaikan secara lisan dapat
diterima oleh pendengar apabila pembicara mampu menyampaikannya dengan baik dan
benar. Dengan demikian, kemampuan berbicara merupakan faktor yang sangat
mempengaruhi kemahiran seseorang dalam penyampaian informasi secara lisan.
Agar
pembicaraan itu mencapai tujuan, pembicara harus memiliki kemampuan dan
keterampilan untuk menyampaikan informasi kepada orang lain. Hal ini bermakna
bahwa pembicara harus memahami betul bagaimana cara berbicara yang efektif
sehingga orang lain (pendengar) dapat menangkap informasi yang disampaikan
pembicara secara efektif pula.
Di lingkungan sekolah, interaksi
antar siswa dan guru sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Apabila interaksi
antara siswa dan guru dapat berjalan dengan baik maka pencapaian hasil
belajarnya juga baik. Namun apabila interaksi antara siswa dan guru kurang baik
maka akan menyebabkan hasil belajar mereka menjadi rendah.
Salah satu upaya meningkatkan
kemampuan komunikasi secara lisan bagi siswa di kelas rendah adalah dengan
menggunakan pendekatan komunikatif. Strategi belajar-mengajar dalam pendekatan
komunikatif didasarkan pada cara belajar siswa/mahasiswa aktif, yang sekarang
dikenal dengan istilah Student Centered Learning (SCL). Cara belajar
aktif merupakan perkembangan dari teori Dewey Learning by Doing (Pannen,
dkk.2001:42). Dengan pendekatan komunikatif tersebut diharapkan rendanya
kemampuan siswa kelas III SD Negeri 3 Waringinsari dalam berkomunikasi secara
lisan dapat ditingkatkan sesuai target standar yang diharapkan. Dalam Kurikulum Sekolah Dasar 2006 (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006:81) telah menetapkan tujuan mata pelajaran Bahasa
Indonesia adalah siswa diharapkan memiliki kemampuan,
di antaranya yaitu kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis.
Atas dasar pemikiran tersebut
penulis mengangkat sebuah judul dalam skripsi ini yaitu : “Peningkatkan
Kemampuan Komunikasi Secara Lisan dengan menggunakan Pendekatan Komunikatif
pada siswa Kelas III SD Negeri 3 Waringinsari Barat Sukoharjo Pringsewu”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas
dapat diidentifikasikan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Pembelajaran
yang dilakukan masih dilaksanakan secara terpisah (belum secara holistic).
2. Guru
belum menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
3. Kemampuan
komunikasi secara lisan masih rendah
C. Pembatasan
Masalah
1.
Pembatasan
Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka masalah
dalam penelitian ini perlu dibatasi
antara lain:
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi secara
lisan.
b. Menggunakan
pendekatan komunkatif.
2. Rumusan Masalah dan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian adalah
: “rendahnya kemampuan komunikasi secara lisan siswa kelas III SD Negeri 3
Waringinsari Barat”.
Untuk itu permasalahan yang diajukan adalah sebagai
berikut :
Apakah pendekatan
komunikatif dapat meningkatkan kemampuan komunikasi secara lisan bagi siswa
kelas III SD Negeri
3 Waringinsari Barat Kecamatan Sukoharjo
tahun pelajaran 2011/2012?
Dengan demikian judul
penelitian tindakan kelas ini adalah: Upaya
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi secara Lisan dengan Menggunakan Pendekatan
komunikatif di Kelas III SD Negeri 3 Waringinsari Barat Tahun Pelajaran 2011/2012.”
D. Tujuan Penelitian
Tujuan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan: Proses pembelajaran
Keterampilan
berkomunikasi secara lisan siswa
kelas III SD
Negeri 3 Waringinsari Barat Kecamatan Sukoharjo tahun
pelajaran
2011/2012 menggunakan pendekatan
komunikatif.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai:
a. Bahan
kajian dalam meningkatkan kualitas kemampuan
komunikasi secara lisan
b.
Menerapkan pembelajaran temati.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
1)
Memberi kemudahan
bagi siswa dalam menemukan ide /
caraberkomunikasi secara lisan.
2) Menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
3) Mengoptimalkan
penggunaan pebelajaran tematik.
b.
Bagi guru
1) Mengatasi
kesulitan pembelajaran berkomunikasi
secara lisan yang
dialamisiswa.
2)
Menjadi acuan
bagi guru
untuk membuat
pembelajaran keterampilan komuniksasi
secara lisan yang kreatif dan inovatif.
c. Bagi peneliti
1)
Mengaplikasikan teori yang diperoleh.
2)
Menambah pengalaman peneliti dalam
penelitian yang
terkait dengan pembelajaran keterampilan berkomunikasi
secara lisan.